maaf email atau password anda salah
Hasil investigasi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia menemukan adanya dugaan pelanggaran HAM dan pidana dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan. Sejumlah lembaga, antara lain PSSI, PT Liga Indonesia Baru (LIB), dan Indosiar Visual Mandiri, disebut bertanggung jawab atas tragedi yang menewaskan 135 suporter tersebut. Pelanggaran terjadi hampir di semua lini.
Komnas HAM berkali-kali mendesak pemerintah untuk mengusut kasus pelanggaran HAM berat masa lalu, tapi tak digubris. Upaya non-yudisial dan sejumlah terduga pelanggar HAM di lingkaran kekuasaan menguatkan keraguan akan keseriusan pemerintah menuntaskan kasus HAM.
Rekaman kamera CCTV yang diperoleh Komnas HAM mengungkap aktivitas di rumah pribadi Ferdy Sambo pada jam terakhir menjelang kematian Brigadir Yosua. Namun pengusutan kematian Yosua masih terganjal CCTV di tempat kejadian--rumah dinas Sambo--yang diklaim rusak. Durasi 30 menit di rumah dinas Kepala Divisi Propam Polri itu masih diselimuti kabut gelap.
Sejumlah kepingan rekaman CCTV menunjukkan aktivitas Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Brigadir Yosua, dan Bharada Eliezer sekitar satu jam sebelum Yosua tewas. Tapi masih ada misteri di 30 menit terakhir. Tak ada CCTV yang merekam di lokasi kejadian, rumah dinas Ferdy.
Autopsi terhadap jenazah Brigadir Yosua di Rumah Sakit Polri diduga berlangsung sebelum keluarga memberikan persetujuan. Ahli forensik menengarai sejumlah keanehan pada luka di tubuh Yosua, yang bertolak belakang dengan keterangan polisi. Komnas HAM akan menguji hasil autopsi versi polisi.
Kuasa hukum keluarga akhirnya membeberkan semua bekas luka yang mencurigakan di sekujur jenazah Brigadir Josua. Selain bekas tembakan, terdapat luka mirip sayatan senjata tajam dan hantaman benda tumpul. Demi menguak penyebab kematian, keluarga menyerahkan foto lengkap jenazah kepada Komnas HAM. Mereka pun menuntut rekaman percakapan di semua nomor telepon seluler Josua—yang kini raib—untuk dibuka.
Rekaman CCTV dan hasil autopsi jenazah Brigadir Josua menjadi kunci utama membuka insiden dugaan saling tembak dua ajudan Inspektur Jenderal Ferdy Sambo. Dekoder yang menjadi pusat CCTV di kompleks kediaman Ferdy Sambo tiba-tiba diganti oleh pihak kepolisian.
Komnas HAM menolak bergabung dengan tim khusus bentukan polisi untuk menelisik kematian Brigadir Josua. Lembaga ini memilih membentuk tim independen untuk membongkar kejanggalan dalam insiden tersebut. Selain hasil autopsi yang mencurigakan, polisi ditengarai mengganti dekoder kamera pengawas di pos satpam sehari setelah insiden penembakan.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.