maaf email atau password anda salah
Kuasa hukum Ferdy Sambo mengklaim perintah mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri itu kepada ajudannya adalah menghajar Brigadir Yosua, bukan menembaknya. Penjelasan ini diduga kuat sebagai upaya Ferdy terbebas dari pasal pembunuhan berencana.
Sidang Komisi Kode Etik Polri memecat Inspektur Jenderal Ferdy Sambo dari kepolisian. Bekas Kepala Divisi Propam itu dinilai melakukan pelanggaran etik berat karena merekayasa kasus pembunuhan ajudannya, Brigadir Yosua. Sidang etik yang berlangsung tertutup menuai kritik. Nasib skandal lainnya seputar kasus ini pun masih menjadi tanda tanya.
Setelah tersudut dalam perkara dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir Yosua dan perintangan penyidikan, Ferdy Sambo terimpit desas-desus beking bandar judi. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memerintahkan Divisi Propam mengusut dugaan keterlibatan personel Polri dalam komplotan yang mencuat dengan sebutan "Konsorsium 303" tersebut.
Setelah menetapkan enam tersangka, Tim Khusus Polri menelusuri kluster berikutnya dari para perwira yang diduga merintangi pengusutan kematian Brigadir Yosua. Mereka diduga ikut merekayasa skenario dan memanipulasi kronologi di lokasi kejadian. Nama Brigadir Jenderal Raden Agus Budhiarta dan Komisaris Besar Hengki Haryadi masuk dalam radar.
Rekaman kamera CCTV dan keterangan saksi menyingkap dugaan keterlibatan Putri Candrawathi, istri Ferdy Sambo, dalam pembunuhan Brigadir Yosua. Putri berada di rumah dinas Kepala Divisi Propam Polri itu saat Yosua dieksekusi. Putri juga disebut hadir dalam pertemuan di rumah pribadi Ferdy sebelum dan sesudah penembakan.
Polisi akhirnya menetapkan istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, sebagai tersangka pembunuhan berencana terhadap Brigadir Yosua. Peran Putri, yang semula mengaku menjadi korban pelecehan, terungkap lewat rekaman CCTV sebelum, saat, dan setelah pembunuhan Yosua di rumah dinas bekas Kepala Divisi Propam Polri itu.
Ferdy Sambo akan dilaporkan ke kepolisian terkait dengan dugaan pencurian telepon seluler dan uang di rekening Brigadir Yosua serta penyebaran berita bohong. Laporan tersebut akan melengkapi pasal pembunuhan berencana yang menjerat Ferdy.
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban menolak melindungi istri Ferdy Sambo yang mengaku dilecehkan oleh Brigadir Yosua. Padahal, lewat kaki tangannya, Sambo diduga berupaya menekan sekaligus menyuap lembaga tersebut. LPSK justru melindungi Bharada Eliezer sebagai justice collaborator.
Kepala Polri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan kesaksian terbaru Bharada Eliezer bahwa Ferdy Sambo tak hanya memerintahkan pembunuhan terhadap Brigadir Yosua. Sambo juga disebut dua kali menembak Yosua dari jarak dekat setelah Eliezer tiga kali menembak korban. Sambo pun diduga mengoleskan jelaga di sarung tangannya ke tangan Yosua untuk bukti seolah-olah terjadi saling tembak.
Penetapan Ferdy Sambo sebagai tersangka pembunuhan berencana terhadap Brigadir Yosua menyingkap sisi lain di tubuh kepolisian. Sebagai perwira tinggi, Sambo ditengarai tidak patuh melaporkan harta kekayaannya. Banyak petinggi Polri belum melaporkan asal-usul aset yang mereka peroleh.
Setelah mengumumkan penetapan Ferdy Sambo sebagai tersangka pembunuhan Brigadir Yosua, Kepala Polri Listyo Sigit Prabowo membubarkan Satuan Tugas Khusus Polri. Satgassus Merah Putih, sebutan tim khusus yang terakhir dipimpin oleh Sambo tersebut, diisi seabrek perwira tinggi dan menengah--sebagian berada di pusaran kasus kematian Yosua. Banyak desas-desus seputar tim non-struktural yang bekerja secara misterius itu.
Terungkapnya kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir Yosua menguak kultur kekerasan dan rekayasa kasus di tubuh Polri. Budaya kekerasan itu tumbuh karena para pelaku memperoleh impunitas. Rekayasa kasus kerap dilatarbelakangi penyiksaan dan pembunuhan di luar proses hukum.
Ferdy Sambo menjadi tersangka karena memerintahkan Bharada Eliezer menembak Brigadir Yosua. Ia lalu merekayasa cerita tembak-menembak untuk menutup fakta terjadi pembunuhan berencana. Untuk mendukung skenario tersebut, Ferdy melepaskan beberapa kali tembakan ke dinding menggunakan senjata api milik Yosua.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.