maaf email atau password anda salah
Mayoritas kreditor Garuda akhirnya menyetujui proposal perdamaian penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) yang disodorkan perusahaan. Meski begitu, maskapai penerbangan ini mesti menyelesaikan sederet pekerjaan rumah agar bebas dari lilitan utang. Upaya penyehatan Garuda masih sebatas gali lubang tutup utang.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, menyatakan penambahan masa penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) selama 30 hari akan menjadi yang terakhir kali diajukan. Manajemen akan memaksimalkan perpanjangan PKPU untuk melakukan negosiasi lanjutan dengan kreditor.
Pemerintah kembali mencari utang baru untuk menutup defisit anggaran tahun depan. Namun sejumlah ekonom mengingatkan, jika pendapatan lebih rendah, pertumbuhan utang yang terus menggunung akan menjadi jebakan. Inflasi yang tinggi serta ketidakpastian ekonomi global harus tetap diwaspadai karena berpotensi menambah tekanan beban bunga utang Indonesia.
Garuda Indonesia akan mengkonversi pinjaman kepada sesama badan usaha milik negara menjadi surat utang tanpa bunga. Dengan opsi ini, kreditor tidak memperoleh bunga sesuai dengan perjanjian awal. Skema restrukturisasi ini bisa merugikan sesama perusahaan pelat merah karena mengganggu arus kas dan kinerja keuangan perusahaan. Membahayakan BUMN lainnya yang masih sehat.
Kementerian BUMN merancang tiga skema untuk mengurangi beban utang Garuda Indonesia yang kini mencapai US$ 9,8 miliar atau sekitar Rp 140 triliun. Pembatalan nilai utang dan tunggakan secara material menjadi salah satu yang paling diandalkan, selain memangkas kembali jumlah armada serta negosiasi kontrak dengan puluhan lessor. Mampukah Garuda keluar dari jurang kebangkrutan di tengah lilitan utang?
Sejumlah proyek yang didanai Cina ditengarai menimbulkan masalah lingkungan dan kehidupan sosial. Di Indonesia, masalah ini ditemukan pada enam proyek senilai US$ 4,65 miliar atau sekitar Rp 66,074 triliun. Masifnya pembukaan lahan pada proyek yang dibiayai utang itu memicu banjir dan mengancam kehidupan satwa langka.
Indonesia terjebak dalam gunungan utang dari Cina yang jumlahnya terus meroket sejak 2013. Sebanyak US$ 17,28 miliar atau sekitar Rp 245,7 triliun di antaranya tergolong utang tersembunyi karena masuk lewat badan usaha milik negara (BUMN) dan bank-bank pelat merah, sehingga tidak tercatat sebagai utang pemerintah. Tapi, bila pengembalian utang itu macet, negara pula yang bakal menanggung.
Setelah kalah di pengadilan arbitrase, Garuda Indonesia masih menghadapi gugatan dari beberapa perusahaan penyewaan pesawat (lessor). Jenis gugatan para lessor itu dari wanprestasi hingga kepailitan. Mencari upaya damai di luar pengadilan sembari mempertahankan operasi di tengah belitan utang.
Kekalahan di pengadilan arbitrase London membuat Garuda Indonesia babak belur luar-dalam. Tak hanya menambah beban keuangan, kekalahan itu juga menjadi pemantik bagi perusahaan penyewaan pesawat lainnya untuk melayangkan gugatan. Maskapai penerbangan pelat merah ini tengah menghadapi gugatan lain di pengadilan. Memberikan sentimen negatif bagi Garuda yang tengah menyusun proposal restrukturisasi utang, yang kini mencapai Rp 70 triliun.
Bengkaknya ongkos penanganan wabah memicu pemerintah melanjutkan siasat "gali lubang tutup lubang". Pemerintah dan Bank Indonesia kembali berbagi beban dalam membiayai penanganan pandemi Covid-19. Bank Indonesia akan membeli surat utang negara senilai Rp 215 triliun pada 2021 dan Rp 224 triliun pada 2022. Bank sentral mewanti-wanti agar uang segar tersebut tidak dipakai untuk urusan di luar kesehatan dan perlindungan sosial.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.