maaf email atau password anda salah
Sudah sebulan diberi subsidi, minyak goreng curah masih belum menyentuh harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp 15.500 per kilogram. Harga di pasar masih betah di kisaran Rp 19-20 ribu per kilogram. Pedagang pasar menuding sejumlah faktor sebagai penyebabnya.
Kementerian Perdagangan menyatakan terbatasnya pasokan minyak goreng disebabkan oleh kendala di tahap distribusi. Sejumlah kebijakan pun diterbitkan untuk menambah pasokan minyak goreng. Namun aneka kebijakan itu dinilai memberatkan pelaku industri.
Pengusaha yang menyalurkan minyak sawit mentah ke pabrik biodiesel memperoleh subsidi bila harga dalam negeri lebih rendah daripada harga CPO internasional. Berkat insentif ini, dana sawit yang bersumber dari pungutan ekspor kembali ke kantong perusahaan. Terdapat nama-nama besar yang menguasai industri minyak sawit nasional.
Program pencampuran 30 persen minyak kelapa sawit dengan solar (B30) berkembang pesat. Ditopang insentif dari pemerintah, volume produksi program yang dituding sebagai penyebab tingginya harga minyak goreng ini terus ditambah. Tahun ini, biodiesel bakal dipasok oleh 22 perusahaan.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.