maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Belum Memiliki Akun Daftar di Sini
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
Polisi menetapkan enam tersangka dalam tragedi Kanjuruhan yang menewaskan sedikitnya 131 penonton. Dua dari enam tersangka itu adalah Komandan Kompi Brimob yang memerintahkan anak buahnya menembakkan gas air mata di dalam stadion. Pasukan huru-hara ini masuk 5-10 menit sebelum pertandingan usai. Sejumlah kalangan mendesak pengusutan kasus ini tidak berhenti pada enam tersangka.
Penggunaan gas air mata tidak ada dalam skenario awal perencanaan pengamanan di Stadion Kanjuruhan, Malang. Tempo memperoleh dokumen yang menyebutkan bahwa anjing pelacak kepolisian (K-9), meriam air, dan petugas pemadam kebakaran disiapkan untuk menghalau suporter bila situasi semakin memburuk. Diduga tidak ada simulasi pengamanan sebelum pertandingan.
Setelah menetapkan enam tersangka, Tim Khusus Polri menelusuri kluster berikutnya dari para perwira yang diduga merintangi pengusutan kematian Brigadir Yosua. Mereka diduga ikut merekayasa skenario dan memanipulasi kronologi di lokasi kejadian. Nama Brigadir Jenderal Raden Agus Budhiarta dan Komisaris Besar Hengki Haryadi masuk dalam radar.
Komnas HAM menolak bergabung dengan tim khusus bentukan polisi untuk menelisik kematian Brigadir Josua. Lembaga ini memilih membentuk tim independen untuk membongkar kejanggalan dalam insiden tersebut. Selain hasil autopsi yang mencurigakan, polisi ditengarai mengganti dekoder kamera pengawas di pos satpam sehari setelah insiden penembakan.
Kematian Brigadir Nopriansyah Josua Hutabarat di rumah komandannya, Inspektur Jenderal Ferdy Sambo, meninggalkan banyak kejanggalan. Sejak awal, polisi memberikan keterangan yang berubah-ubah. Kamera pengawas juga rusak saat baku tembak terjadi dan jumlah luka korban berbeda dengan peluru yang ditembakkan. Mabes Polri membentuk tim gabungan untuk mengusut kasus tersebut.
Sejumlah pihak berharap Kepolisian Daerah Metro Jaya tetap berpatroli rutin untuk mencegah terjadinya street race liar. Sanksi tegas harus diterapkan demi mencegah pengulangan aksi balap jalanan. Kepolisian Daerah Metro Jaya menjamin tetap berpatroli rutin demi mencegah balap liar.
Nasib anak perempuan berinisial D, 11 tahun, korban pemerkosaan ayah kandung, warga Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat, kini telah ditangani pemerintah. Gangguan psikologi yang ia alami akibat perlakuan bejat ayah kandungnya sendiri saat ini tengah ditangani serius.
Polisi gencar membangun kontra-narasi untuk mengaburkan kekerasan yang terjadi di Desa Wadas, Jawa Tengah. Pengalihan narasi itu diikuti dengan pembekuan sejumlah akun media sosial para penentang proyek tambang. Pemantauan terhadap akun aktivis yang mengkritik pemerintah semakin masif setelah polisi mengalokasikan anggaran jumbo untuk mengembangkan patroli siber.
Tindakan represif polisi membuat warga Wadas mengalami trauma. Sejumlah penduduk memilih berdiam diri dan mengunci pintu rumah setelah penangkapan besar-besaran terjadi sehari sebelumnya. Aparat masih melakukan razia telepon seluler hingga mendatangi rumah warga. Kekerasan memicu solidaritas membela masyarakat Wadas meluas.
Kepala Kepolisian RI Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengangkat Novel Baswedan cs sebagai ASN Polri bertepatan dengan Hari Antikorupsi Internasional pada 9 Desember lalu. Sebelum menjadi bagian korps korupsi, mereka harus diberi tugas "membersihkan" kepolisian lebih dulu.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.