BEIJING - Naomi Osaka meraih gelar juara dalam turnamen Cina Terbuka pada akhir pekan lalu. Gelar juara ini dia raih secara beruntun setelah mengangkat trofi dalam Jepang Terbuka pada akhir bulan lalu.
Hasil ini membuktikan bahwa Osaka telah bangkit dan kembali bermain dalam persaingan di level atas. Kemenangannya semakin sempurna setelah mengalahkan petenis nomor satu dunia, Ashleigh Barty, dalam laga final yang berlangsung di Beijing pada Ahad lalu.
Kesuksesan meraih dua gelar juara dalam rentang dua pekan membuat Osaka kembali menempati posisi tiga teratas dalam peringkat baru Asosiasi Tenis Wanita (WTA) yang dirilis kemarin. Petenis berusia 21 tahun itu menggeser posisi Elina Svitolina dari Ukraina, perempat finalis di Beijing, yang turun ke posisi keempat. Sementara itu, Barty masih mempertahankan posisi teratas dan masih aman dari ancaman Karolina Pliskova, yang gagal melewati babak pertama di Beijing.
Sebelumnya, Osaka berjuang untuk bangkit setelah terpuruk sejak awal tahun ini. Ia hampir selalu kalah pada babak-babak awal setelah mengangkat trofi Grand Slam keduanya dalam Australia Terbuka pada Januari lalu. Meski banyak yang menilai kemundurannya terjadi akibat berpisah dengan pelatihnya, Sascha Bajin, dia tetap memilih risiko bersama pelatih baru. Sayangnya, ia gagal menyamai standar tinggi di tiga Grand Slam berikutnya pada tahun ini, yakni Prancis Terbuka, Wimbledon, dan Amerika Serikat Terbuka.
"Saya pikir kondisi saya yang terpuruk justru membuat saya termotivasi untuk berada di sini sekarang," kata Osaka, yang turun dari peringkat pertama setelah diambil alih oleh Barty pada Juni lalu. "Setelah menang di Melbourne, jujur saya selalu menghitung poin peringkat. Saya terlalu berorientasi pada statistik. Lalu saya merasa tidak akan kalah setelah itu."
Osaka, yang mengalahkan Serena Williams pada final Amerika Serikat Terbuka 2018, mengatakan dirinya kemudian berusaha mengurangi tekanan mental tersebut. Mengubah pola pikir itu cukup membantunya kembali bangkit. Hasilnya pun mulai terlihat sejak dia berlaga dalam Jepang Terbuka pada akhir bulan lalu.
Permainannya kembali cemerlang dan tak kehilangan satu set pun saat mengalahkan lawan-lawannya di Tokyo. Level permainan Osaka meningkat dan ia berhasil lolos ke babak final dengan mengalahkan petenis Rusia, Anastasia Pavlyuchenkova, untuk merebut gelar juara ketiganya di Jepang. Ia kemudian berusaha mengulang sukses itu di Beijing.
Seperti halnya di Tokyo, Osaka juga menyingkirkan petenis papan atas untuk menuju final Cina Terbuka. Ia tak kesulitan mengalahkan petenis lain, termasuk ketika menaklukkan Caroline Wozniacki pada babak semifinal. Baru pada laga final ia harus meredam perlawanan Barty. "Makanya saya sempat menangis saat kalah di set pertama dalam final itu," kata Osaka, yang mengalahkan Barty dengan skor 3-6, 6-3, 6-2.
Kini Osaka harus persiapan lebih matang untuk menghadapi turnamen Final WTA di Shenzhen, Tiongkok, pada akhir bulan ini. Ia menjadi petenis kelima dari delapan petenis top dunia yang akan berlaga dalam turnamen penutup akhir tahun tersebut. Ia memastikan dapat berlaga dalam turnamen itu setelah lolos ke perempat final Cina Terbuka.
SHANGHAIDAILY | JAPANNEWS | TENNIS | NUR HARYANTO