Edisi Minggu, 13 Oktober 2013
Cari angin
Putu Setia
Bunda selalu putri. Tidak ada bunda yang lelaki. Kata ini umumnya pengganti panggilan ibu atau mama. Bagaimana dengan Bunda Putri, nama yang paling heboh saat ini?
Nama ini pun terbatas sebagai julukan, bukan nama sebenarnya. Versi majalah Tempo, Bunda Putri adalah nama lain dari Non Saputri--entah siapa pula nama lengkapnya. Sang Bunda dikenal oleh Luthfi Hasan Ishaaq, mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera. Bunda Putri ini disebut Luthfi sangat dekat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bahkan bisa mempengaruhi kebijakan SBY dalam reshuffle kabinet. Bagaimana ihwalnya seorang istri--bahkan istri kesekian--dari seorang pejabat di Kementerian Pertanian begitu dekat dengan SBY, masih teka-teki.
Baca Selengkapnya
Ekonomi dan Bisnis
JAKARTA - Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hasan Bisri mempertanyakan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten yang memberikan persetujuan atas pencairan anggaran hibah dan bantuan sosial. "Gubernur mengajukan anggaran untuk hibah dan dana bansos (bantuan sosial) itu tidak salah. Tapi yang salah kenapa DPRD menyetujuinya," katanya kepada Tempo kemarin.
Baca Selengkapnya
Berita Lainnya
Internasional
BHUBANESWAR - Supertopan Phailin menerjang pesisir timur India kemarin. Situs Weather Channel melansir, sekitar pukul 20.30 waktu setempat, angin dengan kecepatan 226 kilometer per jam menghantam Kota Gopalur, Negara Bagian Odisha, dari arah Teluk Bengal. Besarnya topan kali ini, menurut pakar metereologi Eric Holthaus, setara dengan badai skala empat.
Kedatangan Phailin, yang dalam bahasa Thailand berarti batu safir, membuat khawatir banyak pihak. Pusat Pemantau Bersama Badai Amerika Serikat di Hawaii memperkirakan supertopan ini akan bergerak hingga 315 kilometer per jam, setara dengan kekuatan badai terbesar di dunia, Katrina. Pusat Pemantau Topan di London bahkan memasukkan topan ini dalam skala 5 atau skala terbesar.
Baca Selengkapnya
Ide
Bandung Mawardi,
Pengelola Jagat Abjad Solo
Berita kecelakaan di perlintasan kereta api di Indramayu, 1 Oktober 2013, membuat publik bersedih dan berimajinasi tentang kereta api bagi Indonesia, dari dulu sampai sekarang. Kecelakaan maut antara mobil dan kereta api itu mengakibatkan 13 orang meninggal. Peristiwa tragis ini membuktikan bahwa perlintasan kereta api di Indonesia sering menjadi biang petaka (Koran Tempo, 3 Oktober 2013).
Kereta api mengesankan makna petaka, kecelakaan, dan kematian. Kita terlalu sering mendapat berita tentang kecelakaan ketimbang pemaknaan kereta api bagi agenda-agenda perubahan di Indonesia, sejak abad XIX. Kita mungkin lupa akan sejarah kereta api. Anggapan atas kereta api cenderung mengarah ke alat transportasi publik tanpa mengikutkan seribu makna. Kereta api melaju di kota-kota sejak abad XIX, menggerakkan perubahan di negeri terjajah. Perubahan-perubahan masih berlangsung sampai sekarang meski dengan imajinasi ironis dan pemaknaan sempit. Kereta api hampir kehilangan pesona, ditepikan dalam agenda-agenda memaknai Indonesia.
Pengelola Jagat Abjad Solo