maaf email atau password anda salah
Terungkapnya kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir Yosua menguak kultur kekerasan dan rekayasa kasus di tubuh Polri. Budaya kekerasan itu tumbuh karena para pelaku memperoleh impunitas. Rekayasa kasus kerap dilatarbelakangi penyiksaan dan pembunuhan di luar proses hukum.
Kuasa hukum keluarga akhirnya membeberkan semua bekas luka yang mencurigakan di sekujur jenazah Brigadir Josua. Selain bekas tembakan, terdapat luka mirip sayatan senjata tajam dan hantaman benda tumpul. Demi menguak penyebab kematian, keluarga menyerahkan foto lengkap jenazah kepada Komnas HAM. Mereka pun menuntut rekaman percakapan di semua nomor telepon seluler Josua—yang kini raib—untuk dibuka.
Kalangan pegiat hak asasi menyebutkan dua bukti yang bisa membuat terang kejanggalan kematian Brigadir Josua: bekas luka pada jenazah dan rekaman CCTV di sekitar rumah Kepala Divisi Propam Polri Ferdy Sambo. Autopsi ulang jenazah secara independen serta pembukaan rekaman CCTV--yang sudah disita polisi--menjadi sangat penting.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.