maaf email atau password anda salah
Sejumlah mantan pelaku terorisme menyerukan semangat toleransi kepada anak muda. Bertolak dari pengalaman pribadi, mereka mengingatkan masyarakat agar mewaspadai dan menangkal paham radikal di media sosial. Anak muda di sejumlah komunitas terus mempromosikan isu-isu toleransi dan mengedukasi kelompok rentan, termasuk mahasiswa.
Para eks napi terorisme menjalani proses yang berbeda-beda dalam menyadari penyimpangan ajaran kelompok radikal. Berbagai tahap mereka lalui untuk berubah menjadi sosok yang toleran. Ada juga pemuda yang mengakui bersikap intoleran karena fanatik terhadap kelompok tertentu.
Berangkat dari kekhawatiran akan virus intoleransi yang menjangkiti anak muda, sejumlah komunitas berupaya mencegahnya lewat pendidikan. Ada yang menempuh pendidikan literasi untuk narapidana anak hingga generasi Z. Juga ada yang berinteraksi langsung dengan anak muda lewat diskusi dan pelatihan.
Pernah menjadi korban perisakan dan terorisme, sejumlah orang giat mengajarkan toleransi sejak dini dalam keluarga. Mereka mempraktikkan sikap saling menghargai perbedaan, termasuk dalam hal pengasuhan anak. Keluarga pun menjadi kunci utama untuk menangkal paham radikal.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.