Miroslav Holub
Sedikit darah, berlebih atau tidak, ujarnya,
Ia tangguh juga agung, begitu tangguh
mungkin ini adalah kelemahannya,
Sedikit darah, ujarnya, lalu pergi untuk mencuci tangannya,
Tentu, ada yang tak mampu kau bersihkan,
Tapi ia tak tahu itu, karena ia tangguh,
Karena sikunya ia menjadi pandai, begitu juga tinjunya,
Ketika ia berucap ia melahap kata-kata mereka,
Sebab udara yang tertegun dan kawanan semut
yang merayap di atas transistor melalui telinganya,
Sedikit darah, laki-laki itu berujar lalu
kata-katanya segera mengajarkan semua,
Ini karena dia yang menaklukan Carthage,
Sebersih peta dari peperangan yang percuma
Sebersih anatomi dubuk,
Sebersih kata hati senjata,
Sebersih tangan dari rumah jagal,
Sebersih raja semut,
Sesuci sperma Genghis Khan,
Sebersih spora antraks
Sebersih urian di balik kematian
Semua membungkukan kepala,
Tampon-tampon itu menunduk padanya
Lalu hanya sedikit darah
yang bercucur
di tanah.
Hakekat
Sempurna. Ia meninggalkan pintu itu
yang lebam selepas ia
membuat tanda.
Sementara kami berdua duduk
bentuk dokumen-dokumen itu
melihat kami
kumbang hijau berkepala besar
di celah malam.
Buku-buku itu merentang
punggung-punggung mereka,
keseimbangan itu menimbang hanya untuk kesenangan
dan manik-manik kaca di kalung
dari raja tidur yang berbisik bersama
dalam neraca.
‘Pernahkah kau benar?’ salah satu dari kami bertanya.
‘Aku tidak pernah.’
Lalu kami berhitung.
Terlambat sudah
Dan di luar sana kota asap, berembun dan ungu, beranjak
ke atas bintang.
Cinta
Dua ribu rokok.
Seribu mil
dari dinding ke dinding.
Keabadian dan setengah siaga
lebih kosong dari pada salju.
Berton kata-kata
setua jalan
platipus di pasir.
Seratus buku-buku yang tidak kami tulis sebelumnya.
Seratus piramida yang tidak kami bangun sebelumnya.
Tersapu.
Debu.
Pahit
semula dunia.
Percayalah ketika aku berkata
ini indah.
Malam yang Maut
Tinggi, tinggi.
Kata-kata terakhir perempuan itu mengembara melewati plafon
seperti awan.
Bufet meratap,
celemek menggigil
seperti menutupi ngarai.
Tamat. Anak-anak muda itu sudah tidur.
Tapi di larutnya malam
mayat perempuan itu bangun,
mengambil lilin (sayang kalau benda itu dibuang),
segera memperbaiki stoking terakhir,
ia menemukan lima puluh nikel
di kaleng kayu manis
lalu meletakkannya di meja,
menemukan gunting yang terjatuh di balik lemari dapur,
menemukan sarung tangan
yang telah mereka hilangkan setahun lalu,
mengepas kenop pintu,
mengencangkan keran,
menghabiskan kopi,
dan kembali lagi.
Di pagi harinya mereka membawanya.
Ia dikremasi.
Abunya sekasar
batu bara.
Miroslav Holub adalah penyair dan ahli imunologi Republik Cek yang lahir pada 13 September 1923 dan meninggal pada 14 Juli 1998. Puisi-puisi di atas diterjemahkan dari buku Selected Poems–Miroslav Holub (1967) versi bahasa Inggris karya Ian Milner dan George Theiner. Penerjemah versi bahasa Indonesia adalah Eka Ugi Sutikno, anggota Kabe Gulbleg dan pengajar di Universitas Muhammadiyah Tangerang.