Blues setengah basah
Tiba-tiba hingar di ruang ini
Menyeretmu ke mari:
Seseorang yang mati sore tadi
Dan bermakam di hati
Saat keranda waktu seakan-akan
Diusung ke Utara, tempat yang paling
Kau idamkan untuk dilawati,
Ada sepercik kata di pikiranku,
Kalimat yang gontai memburumu:
"Tunggu aku meski belum sekarang saat itu!"
Tapi sebuah jeda telah menghukumku
Selamanya bisu
Hingga di depan jendela,
Dengan gorden kusut itu,
Kuurai tangisku
Dan mulai memaklumi:
Blues setengah basah itu
Mungkin desah napas kita
Dulu, menyatu, di bawah
Langit yang tak selamanya teduh
Dan yang memanggilmu ke mari
Semestinya bukan mimpi
Atau lagu sedih ini
Melainkan hingar kita—dan kata
Yang tak terisap oleh waktu
2019
Parit Pertempuran untuk Brandon
Parit itu digali leluhurmu
Dipakai sekali, dan
Kita terhubung dari situs ini:
Hidup memang siklus ajaib
Sebelum senja raib
Dan kapal kecil itu bersandar
Ke bahu malam
Mungkin ada angin
Mengais lambung perahu
Barangkali ada dingin
Yang tak kita tahu
Dan segalanya memang cepat berlalu
Seperti cerita hantu
Sejak pertempuran itu diakhiri
Tanjung-tanjung mulai disusuri
Seseorang menawar tujuh putik pala
Badai membalurkan bubuk mesiu
Di wajah para kelasi kapalnya
Meraba-raba rusuk sebuah kota,
Kita pun bertanya,
"Siapakah yang membaptis pulau tropika itu
Jadi dapur rahasia yang menyelamatkan Eropa
Dari kutukan dan kelaparan
Pada sebuah zaman penuh mala?"
Cuma cinta yang gagal, kita tahu,
Jadi bagian kerajaan dagangnya
Dalam cuaca yang belum sesemrawut saat ini
Kabut-kabut bertaut
Dan musim berselimut
Sebelum tiga setengah abad kemudian
Ada yang pulang dengan tangis,
Ke mari, dan berkata,
"Aku datang, akan selalu
Datang tepat waktu, seperti
Pala yang selalu tumbuh
Semerah kedua biji matamu"
Kita memeluknya, erat sekali
Dalam udara bau arak
Dan menemukan parit pertempuran
Dalam ranselnya, peta-peta kuno,
Dan biji-biji pala, seharum masa lalu:
Hidup memang siklus ajaib
2019
Boy Riza Utama, lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 4 Mei 1993. Ia bergiat di Komunitas Paragraf, Pekanbaru.