YOGYAKARTA -- Pemerintah pusat memuji strategi penanganan wabah Covid-19 yang dilakukan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemerintah provinsi yang dipimpin Gubernur Sri Sultan Hamengku Buwono X itu menerapkan pembatasan pada zona mikro.
“Pembatasan ini selaras dengan apa yang dijalankan pemerintah pusat. Presiden Joko Widodo sudah mengatakan hal ini dalam rapat terbatas,” kata Kepala Staf Kepresidenan RI Moeldoko setelah bertemu dengan Gubernur DIY di Keraton Yogyakarta, kemarin.
Menurut Moeldoko, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mikro lebih tepat sasaran dalam menekan laju kasus positif Covid-19. Sebagai contoh, jika terjadi penambahan kasus jangkitan virus corona dalam wilayah kecil, cukup kawasan tersebut yang disekat lewat PSBB mikro. “Jangan dengan pembatasan makro karena akan mengganggu yang lain,” kata mantan Panglima TNI itu.
Sejatinya, pemerintah DIY sudah menerapkan status tanggap darurat sejak Maret lalu. Terakhir, Sultan memperpanjang masa tanggap darurat Covid-19 hingga 31 Oktober mendatang.
Meski begitu, Sultan menyebutkan bahwa pembatasan di wilayahnya dilakukan pada tingkat desa. Sebagai contoh, jika ada seorang pendatang masuk ke suatu desa, maka lurah, perangkat desa, hingga pemuda desa akan aktif melakukan pencatatan. “Orang yang masuk itu akan dimintai data, seperti nama dan alamat, untuk memudahkan pelacakan,” kata Sultan.
Sultan berharap cara kerja seperti ini bisa menumbuhkan kesadaran masyarakat perihal pentingnya kontrol lingkungan. Termasuk kesadaran menerapkan protokol kesehatan, seperti mengenakan masker dan mencuci tangan. “Kesadaran untuk tetap di rumah juga sangat penting. Tapi kalau tidak bisa di rumah, ya patuhi protokol kesehatan,” kata dia.
Meski begitu, Sultan tak menampik bahwa penambahan kasus corona masih bisa terjadi di wilayahnya. Hingga kemarin, tercatat ada 20 kasus positif baru di DIY dengan jumlah kumulatif 2.700 kasus. Adapun jumlah pasien sembuh hingga kemarin mencapai 1.957 orang. Sedangkan jumlah korban meninggal akibat Covid-19 di DIY mencapai 73 jiwa.
Sultan sudah memerintahkan petugas di lapangan untuk semakin luas melakukan pelacakan setiap kali menemukan kasus baru. Strategi lain yang tak kalah penting, Sultan tak ingin banyak berasumsi tentang pagebluk ini di media. “Jika pagi, sore, dan malam saya harus bicara soal corona, orang kecil akan takut mencari sesuap nasi.”
Sehari sebelumnya, Moeldoko bertemu dengan sejumlah pemimpin media massa di Yogyakarta. Dalam pertemuan itu, Moeldoko mengatakan Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mendalami daftar prioritas penerima dan distribusi vaksin Covid-19.
Menurut Moeldoko, distribusi vaksin tidak mudah, sehingga perlu mempersiapkan tenaga manusia dan penyimpanannya. “Saat ini sedang disusun manajemen tentang itu,” kata dia.
Manajemen yang dimaksudkan Moeldoko adalah siapa saja yang diprioritaskan menerima vaksin dan umur. Misalnya bagaimana dengan penerima vaksin yang berusia di bawah 18 tahun dan di bawah 55 tahun. Selama ini yang diuji coba adalah orang-orang yang berumur 18-56 tahun. Prioritas dan distribusi vaksin ini sedang intens dibicarakan dalam sidang kabinet. Vaksin asal Cina tersebut, kata Moeldoko, diproyeksikan bisa rampung antara November, Desember, dan awal Januari mendatang.
PRIBADI WICAKSONO | SHINTA MAHARANI | INDRA WIJAYA
Strategi Kunci Tekan Pagebluk di Yogya
Jumlah kasus positif Covid-19 di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meningkat pada Agustus hingga September lalu. Jika melihat data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, terdapat tambahan 1.959 kasus positif selama periode tersebut.
Fakta lain adalah penambahan kasus Covid-19 terjadi di Kota Yogyakarta. Sebagai contoh di kawasan wisata Malioboro, Pasar Beringharjo, Kantor Urusan Agama, hingga warung soto Lamongan di Umbulharjo. Untuk menekan penambahan kasus positif, Pemerintah Kota menerapkan dua strategi kunci, yakni pelacakan dan pemblokiran. “Kasus di Malioboro jadi contohnya,” kata Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi kepada Tempo, kemarin.
Menurut Heroe, proses pelacakan kasus positif di Malioboro cukup sulit karena korban meninggal. Walhasil, petugas harus melakukan rekonstruksi kegiatan korban tersebut selama di kawasan Malioboro hingga kediamannya. Petugas memanfaatkan informasi dari keluarga hingga sesama pedagang di Malioboro.
Lebih sulit lagi, petugas harus menggali informasi dari lima komunitas pedagang di Malioboro. Melelahkan memang, tapi cara ini diambil demi mencegah jangkitan virus kian meluas. Selanjutnya, orang-orang yang berinteraksi dekat dengan korban wajib mengikuti sejumlah prosedur, dari tes cepat, tes usap, hingga karantina. “Jadi, saat muncul kasus pemetaan seperti ini, penting sekali untuk mengetahui sejauh mana penularan agar segera dihentikan," kata Heroe.
Hal yang tak kalah penting adalah Pemerintah Kota mengajak masyarakat mengubah pola pikir mereka. “Agar kondisi ekonomi pulih, satu-satunya jalan adalah menerapkan protokol kesehatan dengan ketat," kata dia.
PRIBADI WICAKSONO-YOGYAKARTA