JAKARTA -- Kementerian Riset dan Teknologi membentuk konsorsium riset dan inovasi Covid-19 untuk mengembangkan alat skrining dan diagnosis Coronavirus Disease 2019 di Indonesia. Konsorsium ini mendanai berbagai uji klinis alat tes deteksi Covid-19 produksi dalam negeri.
Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan kementeriannya membentuk konsorsium penelitian yang diisi oleh pemerintah, lembaga pemerintah, perguruan tinggi, lembaga penelitian, perusahaan negara, dan swasta. "Konsorsium memberikan dana riset bagi perguruan tinggi dan lembaga penelitian apabila proposal penelitiannya sesuai dengan kebutuhan penanganan Covid-19," ucap Bambang di Jakarta, kemarin.
Sejumlah kebutuhan penanganan Covid-19 itu di antaranya alat skrining atau tes cepat. Konsorsium membantu pembiayaan uji klinis pada tahap kedua. Pemerintah juga membantu agar alat yang diuji mendapat perizinan di Kementerian Kesehatan serta Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Saat ini sejumlah lembaga dan perguruan tinggi tengah berlomba meramu formulasi pengembangan alat tes cepat. GeNose buatan Universitas Gadjah Mada mampu mendiagnosis pasien melalui napas. Selain itu, terdapat alat Deteksi CePAD Unpad atau alat yang diklaim sebagai pengembangan Rapid Test 2.0. Sedangkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan alat uji tes cepat Covid-19 bernama detection kit Qirani 19.
Bambang meminta semua tim pengembangan alat skrining dan deteksi Covid-19 berlomba melakukan validasi agar mendapatkan standar sesuai dengan yang disyaratkan WHO. Apalagi sejauh ini belum ada alat tes cepat yang diproduksi selain dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Rencananya, dalam waktu satu atau dua bulan ke depan LIPI mendapat perizinan untuk rapid test antigen. Saat ini alat itu masih harus melalui tahap akhir riset dan uji validasi sampel untuk jenis tes PCR. Setelah itu rampung, disusul berikutnya alat GeNose dari UGM pada Desember mendatang. "Sedangkan Deteksi CePAD kebetulan belum pernah minta dukungan, tapi kami akan tetap bantu untuk perizinan,” kata dia.
Deputi Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Herawati Sudoyo, menyatakan Kementerian memang memiliki tugas pengembangan riset dan inovasi alat skrining Covid-19. Meski begitu, ia mempertanyakan temuan baru dalam setiap riset tersebut. "Semuanya tetap harus ada proses uji ilmiahnya," ucap dia.
Herawati juga mengingatkan bahwa pengembangan alat tes Covid-19 perlu memperhatikan standar WHO. Standar diagnosis terbaik sejauh ini hanya polymerase chain reaction (PCR). Kedua adalah metode rapid test antigen atau diagnosis cepat dengan mengambil sampel virus yang berasal dari saluran pernapasan.
Peneliti dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM, Dian Kesumapramudya Nurputra, mengatakan GeNose yang mereka kembangkan merupakan deteksi Covid-19 yang dibekali teknologi kecerdasan buatan. Saat ini alat itu tengah melalui uji diagnostik atau uji klinis. “Kami targetkan selesai pada Oktober atau pertengahan November,” kata Dian.
Dian menargetkan, alat ini bakal diujikan terhadap 1.600 pasien di sembilan rumah sakit tersebut, sesuai dengan rekomendasi komite etik. Artinya, uji diagnostik dilakukan terhadap 150-200 pasien di masing-masing rumah sakit. Secara teknis, uji diagnostik dilakukan oleh tim peneliti menggunakan 10 alat yang sebagian sudah digunakan untuk uji validasi.
Dian juga menjelaskan bahwa alat skrining GeNose bekerja dengan mendeteksi volatile organic compound (VOC), senyawa yang terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama napas pasien. Napas pasien diambil melalui sensor dan data diolah dengan bantuan kecerdasan buatan untuk pendeteksian dan pengambilan keputusan. Hasil tes dapat keluar hanya dalam kurun 80 detik.
Perekaya Madya Bidang Molecular Biotechnology BPPT, Irvan Faizal, menyatakan sejauh ini lembaganya telah selesai mengembangkan tes cepat antibodi melalui Task Force Covid-19 (TFC) bersama PT Hepatika dan PT Prodia Diagnostic Line. Selain itu, ia tengah mengembangkan antibody combo tes kit dan alltest Covid-19. "Kombo dan total tes masih proses registrasi dan diuji," ucap dia.
DIKO OKTARA | AVIT HIDAYAT | SHINTA MAHARANI