JAKARTA - Presiden Joko Widodo memerintahkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI, Polri, serta pemerintah daerah agar melakukan berbagai cara untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan. Ia pun mengatakan upaya sudah dilakukan, yakni dengan mengerahkan personel ke lokasi kebakaran, mengerahkan pesawat pengebom air, serta membuat hujan buatan.
"Segala usaha sudah dilakukan," kata Jokowi di Pangkalan TNI Angkatan Udara Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, kemarin. Ia mengatakan pemerintah sudah mendatangkan 5.600 personel tambahan ke Riau serta mengerahkan 52 pesawat pengebom air.
Hingga kemarin, kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan terus meluas. Riau merupakan wilayah yang cukup parah terkena dampak kebakaran ini. Asap dari kebakaran hutan dan lahan di Sumatera bertiup ke wilayah udara Riau, sehingga daerah ini terus diselimuti awan pekat. Pemerintah juga kesulitan memadamkan kebakaran hutan dan lahan karena terkendala pasokan air, musim kemarau berkepanjangan, serta lokasi kebakaran yang sulit dijangkau.
Harapan terakhir pemerintah adalah terjadinya hujan, baik secara alami maupun lewat modifikasi cuaca. Namun upaya hujan buatan ini belum membuahkan hasil. Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB, Agus Wibowo, mengatakan hujan buatan belum diupayakan karena terhambat kabut asap pekat akibat kebakaran hutan dan lahan. "Asap kebakaran hutan dan lahan tertahan dan melayang di angkasa, sehingga sinar matahari tidak tembus ke bumi dan proses penguapan air terhambat," kata Agus.
Ia mengatakan hasil pemantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), potensi pertumbuhan awan masih sulit terjadi. Padahal syarat membuat hujan buatan dengan metode penyemaian garam (NaCl) membutuhkan awan minimal 80 persen.
Langkah selanjutnya yang ditempuh BNPB bersama BMKG serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah terlebih dulu menghilangkan asap tersebut. "Kami menggunakan kalsium oksida atau kapur tohor aktif (CaO) yang bersifat mengeluarkan panas atau eksotermik," ujar Agus.
Ia mengatakan kapur tohor akan ditaburkan pada gumpalan asap untuk mengurai partikel kebakaran dan gas. Lalu asap akan menghilang sehingga sinar matahari sampai ke permukaan bumi.
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT, Tri Handoko Seto, berharap cara tersebut dapat mengurangi konsentrasi asap agar awan bisa terbentuk. "Sehingga garam bisa ditebar untuk hujan buatan," katanya.
Ia mengatakan BPPT menyiapkan 40 ton kapur tohor aktif di Landasan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. BPPT akan menggunakan tiga pesawat untuk membawa kapur tohor ini ke beberapa wilayah di Kalimantan dan Sumatera.
Di Kalimantan Tengah, pembuatan hujan buatan mulai dilakukan kemarin. Koordinator lapangan pengebom air satuan tugas kebakaran hutan dan lahan Kalimantan Tengah, Kapten Irvan, mengatakan mereka mengupayakan hujan buatan dengan menabur garam setelah BMKG memberi tahu adanya awan. "Penaburan garam sebanyak 1,5 ton itu berada di dua titik awan di lokasi perbatasan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah," kata Irvan. Ia berharap, setelah penaburan garam itu, akan segera tercipta hujan buatan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kalimantan Tengah, Mofit Saptono, juga berharap hujan buatan segera turun. "Genangan air sangat dibutuhkan guna memadamkan lahan gambut yang terbakar. Kalau tidak digenangi air, kabut asapnya akan terus keluar seperti penjual sate," katanya. PARLIZA HENDRAWAN (PALEMBANG) | SIGIT WIBISONO (BALIKPAPAN) | KARANA W. (PALANGKA RAYA) | ESTER ARLIN K. | REZKI ALVIONITASARI
Hujan Buatan Terhambat Asap Pekat