JAKARTA - Basaria Panjaitan gagal di tahap psikotes dalam seleksi calon pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi periode 2019-2023. Basaria adalah Wakil Ketua KPK yang kembali mengikuti seleksi pemimpin KPK periode berikutnya bersama dua Wakil Ketua KPK lainnya, yaitu Laode Muhammad Syarif dan Alexander Marwata. Berbeda dengan Basaria, Laode dan Alexander dinyatakan lolos tes kejiwaan.
Anggota Panitia Seleksi Calon Pemimpin KPK, Hamdi Moeloek, mengatakan panitia seleksi tidak meloloskan Basaria dalam tahap psikotes karena banyak pesaingnya yang jauh lebih baik daripada jenderal polisi tersebut. "Pesaing Bu Basaria tidak seperti lima tahun lalu. Berarti hasil yang kami dapat, Bu Basaria performanya jauh di bawah 40 orang yang lolos," kata Hamdi kepada Tempo, kemarin.
Hamdi mengatakan prinsip seleksi ini adalah mencari kandidat pemimpin KPK yang paling bagus berdasarkan hasil psikotes. Meski begitu, ia menolak anggapan bahwa calon yang tak lolos psikotes bermasalah dengan kejiwaan. Bagi panitia seleksi, kata Hamdi, Basaria dan nama lain yang tak lolos seleksi memiliki nilai lebih rendah dibanding 40 nama yang lolos.
Kemarin, panitia seleksi mengumumkan 40 nama yang lolos psikotes, sedangkan sisanya, 64 orang, dinyatakan gagal. Selain Basaria, ada lima pegawai KPK yang dinyatakan gagal psikotes, yaitu Deputi Pencegahan KPK, Pahala Nainggolan; Direktur Gratifikasi KPK, Syarif Hidayat; Wakil Ketua Wadah Pegawai KPK, Harun Al Rasyid, Koordinator Wilayah VI Koordinasi Supervisi dan Pencegahan KPK, Asep Rahmat Suwandha; serta Ketua Tim Koordinasi Supervisi dan Pencegahan KPK Wilayah Jawa Tengah, Muhammad Najib Wahito.
Adapun unsur KPK yang lolos piskotes, antara lain, Laode, Alexander, Direktur Pembinaan Jaringan Kerja Antar-Komisi dan Instansi KPK, Sujanarko; Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK, Giri Suprapdiono; serta Kepala Biro Sumber Daya Manusia KPK, Chandra Sulistio Reksoprodjo.
Basaria dan Pahala belum merespons konfirmasi Tempo perihal hasil psikotes panitia seleksi ini. Keduanya juga belum membalas panggilan telepon dan pesan pendek yang dikirim ke teleponnya.
Peneliti dari Indonesia Corruption Watch (ICW), Kurnia Ramadhana, mengatakan dirinya tidak terlalu kaget dengan hasil psikotes Basaria. Ia mengatakan Basaria diduga memiliki sepak terjang kurang memuaskan dalam penegakan hukum. "Kami menyimpulkan tiga komisioner yang sudah mengikuti seleksi calon pemimpin KPK sebenarnya tidak terlalu baik," kata Kurnia.
Sesuai dengan hasil kajian ICW dan Transparency International Indonesia, lima pemimpin KPK pada era Agus Rahardjo dianggap tidak mampu memenuhi ekspektasi publik dalam pemberantasan korupsi. Kedua lembaga ini menemukan berbagai persoalan pada pemimpin KPK periode 2015-2019, di antaranya urusan penanganan kasus pengembalian aset, penyelesaian konflik internal KPK, dan penyelesaian pelanggaran etik pejabat KPK.
Kurnia juga menyoroti nama Pahala Nainggolan yang diduga pernah melakukan pelanggaran etik pada 2018. "Kami mendorong agar pelanggaran etik tersebut dibuka oleh pemimpin KPK," ujarnya.
Adapun mantan Ketua KPK, Abraham Samad, meminta agar panitia seleksi lebih obyektif dalam meloloskan calon pemimpin KPK. Pegiat antikorupsi ini berharap panitia seleksi tidak meloloskan kandidat yang memiliki integritas kurang bagus dalam pemberantasan korupsi. "Semoga pansel tidak meloloskan pensiunan aparat negara yang hanya mencari kerja," katanya. REZKY ALVIONITASARI | AJI NUGROHO | AVIT HIDAYAT
Basaria Tak Lolos Psikotes Calon Pemimpin KPK