Perubahan terjadi setelah seorang penduduk Tegalgundil dinyatakan positif terinfeksi. Diduga ia tertular di kereta Commuter Line ketika berangkat dan pulang kerja. Apalagi penyakit ini kemudian juga menulari keluarganya. “Kasus pertama (di Kota Bogor) ditemukan di Tegalgundil, delapan orang terinfeksi,” kata Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Tegalgundil, Agus Sudarto, Ahad lalu.
Agus kelimpungan. Sebab, sebagai Ketua LPM, ia dituntut untuk bisa memberi penjelasan kepada masyarakat dan juga pemerintah daerah. “Saya bingung harus bagaimana, karena saat itu saya juga takut (tertular),” katanya.
Keresahan Agus itu ternyata dirasakan juga oleh ketua-ketua RT dan RW di Tegalgundil. Mereka kemudian bertemu dan secara khusus membahas cara menangani wabah. “Intinya, kami ingin warga berperan aktif untuk mencegah penularan,” katanya.
Awalnya, kata Agus, disepakati untuk menerapkan pembatasan ketat dengan memasang portal di jalan masuk utama ke permukiman. Namun upaya ini hanya berjalan sebentar, karena banyak ditentang oleh masyarakat.
Sunadi Muhtar, Ketua RT 04 RW 18 Tegalgundil, mengatakan karena langkah pembatasan tidak berjalan, ia berinisiatif menerapkan program Kampung ABC. Bentuknya adalah menandai rumah berdasarkan kategori huruf A, B, dan C.
Rumah warga yang positif Covid-19 akan diberi stiker huruf A berwarna merah. Tujuannya agar warga lain menjadi waspada. Paling tidak, orang yang mengunjungi rumah berstiker A akan lebih berhati-hati dan memperhatikan prosedur untuk mencegah penularan. “Sedangkan stiker huruf B berwarna kuning ditempelkan di rumah yang berdekatan dengan stiker A,” kata Sunadi. “Untuk rumah yang aman, kami tempel stiker C warna hijau.”
Penghuni rumah berstiker B dan C, kata Sunadi, memiliki tugas untuk memantau dan mengawasi perkembangan penghuni rumah berstiker A. Mereka juga diminta mencatat kebutuhan pasien yang positif untuk kemudian dikoordinasikan dengan ketua RT dan RW. Dengan kerja sama ini, diharapkan penghuni rumah berstiker A bisa dengan tenang menjalani karantina. “Kan mereka (penghuni berstiker A) disuruh diam di rumah, nah kebutuhannya itu kami penuhi dengan gotong-royong,” kata Sunadi. “Setelah sehat, kami stop (bantuan) dan stiker merahnya juga dilepas.”
Ketika rencana program itu disosialisasi, kata Sunadi, banyak warga yang menentang. Alasannya, mereka khawatir bakal mendapat stigma buruk dari masyarakat. Sunadi akhirnya menyampaikan rencana program ABC itu kepada pihak kelurahan dan kecamatan. Ternyata lurah dan camat justru memberi dukungan. Bahkan kecamatan mengadopsi program tersebut untuk diterapkan di wilayah lain. “Sekarang ABC ada kepanjangannya, Kampung Aman Bencana Covid,” kata Sunadi.
Camat Bogor Utara, Marse H. Saputra, mengatakan program Kampung Aman Bencana Covid ini akan dikembangkan di seluruh wilayahnya. Kelurahan Tegalgundil dijadikan pilot project Kampung ABC. "Kampung ABC ini salah satu upaya dari pemerintah, masyarakat, komunitas, dan tim penggerak PKK untuk mengubah perilaku masyarakat menghadapi pandemi Covid-19," kata Marse.
Konsep Kampung ABC ini dinilai cocok dengan penanganan Covid-19 di Kota Bogor. Sebab, penyebaran wabah di sini didominasi dari kluster keluarga. “Sehingga penanganan awal harus ada di rumah,” kata Marse.
M.A MURTADHO
Menekan Penyebaran Wabah di Lingkungan