BOGOR – Hampir dua bulan Atikah hanya bisa berdiam diri di rumah ketika wabah Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) muncul pada Maret lalu. Ia terpaksa menutup warungnya karena tidak ada pembeli. Padahal warung itu merupakan satu-satunya sumber penghasilan keluarga. “Tanpa pemasukan, kami hanya berharap bantuan dari pemerintah,” kata perempuan 52 tahun itu saat ditemui di rumahnya di Tegallega, Kota Bogor, Selasa lalu.
Menurut Atikah, penghasilan sebagai penjual gorengan sebenarnya tidak besar. Namun keuntungan yang diperoleh cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membiayai sekolah anak-anaknya. Pekerjaan ini sudah ia jalani sejak 2005, setelah suaminya tidak bekerja lagi.
Berlama-lama di rumah tanpa pemasukan membuat Atikah galau. Dia ingin kembali membuka usahanya. Apalagi banyak warung lain yang sudah mulai beroperasi. “Tapi saya tidak punya modal,” katanya.
Pada pertengahan Mei lalu, Atikah bertemu dengan tetangganya yang memiliki nasib serupa. Tetangganya itu bercerita tentang Koperasi Serba Usaha (KSU) Karya Mandiri yang dapat memberi pinjaman tanpa bunga. “Kami hanya diminta menjadi anggota dengan kewajiban menabung Rp 1.000 setiap hari,” kata Atikah.
Karena syarat pengajuan pinjaman dinilai ringan, Atikah memutuskan bergabung dengan koperasi. Benar saja, ia mendapat pinjaman sebesar Rp 300 ribu tanpa dikenai bunga. Dengan modal inilah ia akhirnya bisa membuka warung kembali. “Bayarnya ringan, dicicil per hari yang harus lunas dalam 100 hari.”
Ernah, warga Sukamulya, Kota Bogor, menyampaikan kisah senada dengan Atikah. Sebelum masa pandemi, perempuan 53 tahun itu berjualan ayam goreng penyet. Usahanya terpaksa ditutup setelah pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar untuk mencegah penyebaran wabah. “Buka juga percuma, tidak ada yang beli,” katanya.
Sebulan setelah wabah muncul, Ernah sudah tidak memegang uang sama sekali. Tabungannya terkuras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ia ingin berjualan lagi, tapi tidak memiliki modal. “Pekan kedua April, ada orang yang mengajak saya bergabung dengan KSU Mandiri. Katanya bisa dapat pinjaman modal,” ujarnya.
Awalnya, Ernah tidak terlalu tertarik karena khawatir terjerat utang. Setelah mendapat penjelasan tentang bentuk pinjaman dan bantuan yang diberikan koperasi, ia akhirnya tertarik bergabung. “Benar (bantuan modal) tidak ada bunga,” katanya. “Saya justru beruntung karena diwajibkan menabung yang uangnya pun bisa diambil kapan saja.”
Ketua KSU Karya Mandiri, Atty Somaddikarya, mengatakan pinjaman modal tanpa bunga kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ini memang diluncurkan setelah ada pandemi. Tujuannya semata membantu pengusaha-pengusaha kecil itu untuk bangkit. “Sehingga mereka bisa secara mandiri keluar dari impitan ekonomi,” katanya.
Mereka yang ingin mendapat pinjaman modal itu, kata Atty, harus terlebih dulu menjadi anggota koperasi. Syarat menjadi anggota tidak sulit. Mereka akan diminta mengisi sejumlah formulir dan menyatakan sanggup menabung Rp 1.000 setiap hari. “Jadi budaya menabung ini adalah salah satu tujuan saya agar masyarakat, terutama kaum perempuan, terlatih dalam mengelola keuangan,” katanya.
Sebelum masa pandemi, KSU hanya memberikan pinjaman modal kepada mereka yang telah enam bulan menjadi anggota koperasi. “Sekarang, pengusaha kecil yang terkena dampak pandemi bisa langsung mengajukan pinjaman meski baru terdaftar sebagai anggota,” kata Atty. Hanya, jumlah pinjaman dibatasi antara Rp 300 ribu dan Rp 1,2 juta, serta harus lunas dalam waktu 100 hari.
M.A. MURTADHO | SUSENO
8