JAKARTA - Dinas Bina Marga DKI Jakarta akan mempercepat revitalisasi trotoar di 21 lokasi pada tahun depan. Dinas menargetkan proyek pembenahan trotoar sepanjang 47 kilometer itu bisa dilaksanakan pada awal tahun depan.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Hari Nugroho, optimistis revitalisasi trotoar itu bisa dipercepat karena instansinya akan menerapkan sistem katalog elektronik atau e-catalogue. "Jadi, enggak perlu lelang," kata dia di Taman Sepeda Melawai, Jakarta Selatan, kemarin.
Percepatan pembangunan trotoar merupakan tindak lanjut atas instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 66 Tahun 2019 tentang Pengendalian Kualitas Udara. Gubernur Anies Baswedan menerbitkan instruksi tersebut pada 1 Agustus lalu. Salah satu poin instruksi gubernur tersebut adalah perbaikan fasilitas pejalan kaki di 25 ruas jalan protokol, arteri, dan penghubung ke angkutan umum massal pada 2020.
Tahun ini, Dinas juga tengah merevitalisasi trotoar sepanjang 14 kilometer di sepuluh lokasi, antara lain trotoar di Jalan Dr Satrio, Otto Iskandardinata, Cikini Raya, Latumenten, Danau Sunter Utara, Yos Sudarso, dan Kemang Raya. Pengerjaan proyek itu telah mencapai 30 persen dan ditargetkan rampung pada Desember nanti.
Menurut Hari, revitalisasi trotoar melalui katalog elektronik tahun depan akan lebih cepat dibanding lewat proses lelang. Sebelumnya, proyek Dinas dikerjakan melalui proses lelang. Dinas biasanya baru bisa meneken kontrak dengan pemenang lelang pada Mei-Juni.
Setelah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2020 disahkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta, menurut Hari, Dinas segera memulai proses revitalisasi trotoar yang diperkirakan menelan anggaran hingga Rp 1,1 triliun itu. "Anggarannya turun, langsung kami mulai," ujar dia.
Hari menambahkan, revitalisasi trotoar di 21 lokasi pada tahun depan ditujukan untuk memudahkan para pejalan kaki mengakses pelbagai angkutan umum. Misalnya, pembenahan trotoar di delapan lokasi sekitar stasiun mass rapid transit (MRT) Jakarta, Jalan Lebak Bulus Raya, R.A. Kartini, Fatmawati Raya, Cipete Raya, Panglima Polim Raya, Sisimangaraja, Jenderal Sudirman, dan KH Mas Mansyur. "Jadi, masyarakat bisa masuk ke stasiun dengan nyaman," katanya.
Pemerintah DKI juga akan membenahi trotoar di sekitar jalan yang dilintasi bus Transjakarta, kereta ringan atau light rail transit (LRT), dan kereta rel listrik. Misalnya, torotoar di Jalan Tomang Raya, Dewi Sartika, Tubagus Angke, Kayu Putih Raya, dan Balap Sepeda.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo, mengatakan integrasi fasilitas seperti trotoar dengan angkutan umum sangat diperlukan. Dia mencontohkan, pembenahan trotoar di Jalan Cikini Raya bisa mempermudah pengguna kereta dari Stasiun Cikini menuju tempat kerjanya di sekitar Jalan Cikini Raya. "Jadi, mereka enggak bingung mau melanjutkan perjalanan naik apa karena sudah terakomodasi oleh trotoar," ucapnya.
Syafrin menjelaskan, dengan revitalisasi trotoar, lebar jalan juga akan menjadi konsisten. Menurut dia, salah satu penyebab kemacetan ialah lebar jalan yang tidak seragam atau mengalami penyempitan di banyak titik. "Kalau lebar jalannya konsisten, kendaraan tidak mengalami hambatan lagi," ujar dia.
Dinas Perhubungan juga akan melakukan rekayasa lalu lintas bila kemacetan terjadi di jalan sekitar trotoar yang ditata ulang. Salah satu caranya, memisahkan area trotoar yang dibenahi dari kendaraan yang melintas.
Ketua Koalisi Pejalan Kaki, Alfred Sitorus, menilai revitalisasi trotoar yang dilakukan pemerintah DKI masih sebatas meningkatkan rasa nyaman bagi para pejalan kaki. Namun pembenahan itu dirasa belum cukup untuk meningkatkan rasa aman bagi pejalan kaki.
Alfred mencontohkan, masih banyak pedagang kaki lima yang berjualan di atas trotoar yang telah diperbaiki pemerintah DKI. Bahkan pejalan kaki juga sering terancam oleh pengendara sepeda motor yang nekat melintasi trotoar untuk menghindari kemacetan. "Kami tidak hanya perlu rasa nyaman, tapi juga rasa aman," ucapnya.
LANI DIANA | GANGSAR PARIKESIT