KOPENHAGEN – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa virus corona atau Covid-19 kembali menyebar di seluruh Eropa dengan tingkat yang mengkhawatirkan. Hal ini harus dijadikan sebagai peringatan bagi pemerintah negara-negara di Eropa.
Sebagian wilayah di Eropa bersiap kembali menerapkan pembatasan atau karantina sementara (lockdown) setelah jumlah kasus infeksi di seluruh dunia mencapai 30 juta orang. Benua Biru juga mencatatkan rekor baru dengan jumlah pasien terinfeksi mencapai 54 ribu orang dalam 24 jam pada pekan lalu.
Kepala WHO wilayah Eropa, Hans Kluge, menyatakan penularan lebih cepat terjadi terhadap orang berusia antara 25 dan 49 tahun. WHO juga mencatat peningkatan infeksi yang lebih cepat pada orang lanjut usia. “Selain mencerminkan hasil pengujian yang lebih komprehensif, angka-angka ini menunjukkan tingkat penularan yang mengkhawatirkan di seluruh kawasan,” kata Kluge dalam konferensi pers secara virtual dari Kopenhagen, kemarin.
Ibu kota Spanyol, Madrid, menyatakan kewalahan oleh virus ini. Otoritas setempat menyerukan tindakan tegas dari pemerintah pusat untuk segera menerapkan pembatasan di sejumlah kawasan. Seorang pejabat pemerintahan di Madrid mengatakan sistem perawatan kesehatan di kawasan itu semakin tertekan. Menurut dia, satu dari lima tempat tidur rumah sakit ditempati oleh pasien yang terinfeksi Covid-19 di tengah gelombang kedua pandemi.
Meningkatnya jumlah pasien terinfeksi juga terjadi di sejumlah rumah sakit di Inggris. Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan jumlahnya meningkat dua kali lipat setiap delapan hari. “Kami akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk menyelamatkan warga,” kata Hancock. “Kami terus memantau situasi ini.”
Jumlah kasus Covid-19 di Inggris mulai meningkat lagi pada September, dengan 18.371 orang dinyatakan positif dalam sepekan hingga kemarin. Jumlah ini naik 75 persen dibanding pekan sebelumnya. Pada Kamis lalu, Inggris mencatatkan 21 kematian akibat penyakit tersebut, sehingga totalnya, berdasarkan penghitungan pemerintah, menjadi 41.705 orang.
London bakal menerapkan pembatasan terhadap populasi yang rentan oleh virus. Inggris sejatinya telah menerapkan lockdown selama tiga pekan pada Maret lalu. Penguncian tersebut dilonggarkan pada 1 Juni. Namun pembatasan akan kembali diberlakukan pada Jumat ini. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan sejumlah kafe harus tutup lebih awal untuk membantu menghindari “punuk kedua” infeksi. Sekitar dua juta orang di timur laut Inggris, termasuk di Kota Newcastle dan Sunderland, tidak akan diizinkan lagi bertemu orang di luar rumah.
Otoritas Prancis juga menyiapkan pembatasan ketat di beberapa kota untuk membatasi meningkatnya hampir 10 ribu kasus baru per hari dalam sepekan. Menteri Kesehatan Olivier Veran mengatakan di Kota Lyon dan Nice mulai diberlakukan aturan pembatasan pada Sabtu ini. Pembatasan terhadap sejumlah pertemuan publik diberlakukan di Bordeaux dan Marseille pada pekan lalu.
Di seluruh wilayah Eropa, pemerintah setempat juga berjuang untuk menahan lonjakan jumlah kasus Covid-19, selain menghindari kerusakan terhadap ekonomi. Warga pun khawatir pengetatan di sejumlah kawasan berdampak pada ekonomi mereka. “Hal ini akan berdampak buruk bagi toko-toko dan bisnis kecil,” kata Maribel Quesada, 55 tahun. Warga Kota Madrid ini berujar, “Orang-orang benar-benar muak jika hanya berada di rumah. Penguncian pada musim semi ini menyulitkan.”
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyoroti dua aspek tersebut. Menurut dia, membuat keputusan untuk memberlakukan lockdown versus membuka kembali perekonomian sebagai pilihan antara kesehatan publik dan ekonomi merupakan dikotomi semu. WHO mendesak negara berfokus pada empat hal, yakni mencegah kerumunan, melindungi masyarakat yang rentan, mengedukasi masyarakat tentang menjaga jarak, dan, jika ditemukan kasus, lakukan isolasi mandiri dan lacak kontak mereka. Menurut dia, sudah ada negara yang secara efektif mencegah dengan cara ini, di antaranya Selandia Baru, Islandia, Senegal, Mongolia, dan Singapura.
FRANCE24 | REUTERS | CHANNEL NEWS ASIA | VOA | BBC | SUKMA LOPPIES
21