maaf email atau password anda salah


Risiko Tersembunyi Paparan Mikroplastik

Studi terbaru menghubungkan mikroplastik dengan sejumlah masalah kesehatan. Apa saja fakta yang belum diketahui publik?

arsip tempo : 171470503199.

Ilustrasi mikroplastik. Shutterstock/Studio Deemerwha. tempo : 171470503199.

SEBUAH penelitian terbaru yang diterbitkan jurnal bergengsi New England Journal of Medicine mengaitkan mikroplastik dengan risiko kesehatan manusia. Penelitian tersebut melibatkan pasien di Italia yang memiliki kondisi bernama carotid artery plaque, yaitu plak yang menumpuk di arteri sehingga berpotensi menghalangi aliran darah. Para peneliti menganalisis spesimen plak pasien tersebut.

Mereka menemukan bahwa pasien dengan plak arteri karotis yang mengandung mikroplastik dan nanoplastik lebih berisiko terkena serangan jantung, stroke, atau kematian (dibandingkan dengan pasien plak arteri karotis yang spesimen plaknya tidak memiliki mikro atau nanoplastik).

Yang harus diperhatikan, para peneliti tidak menemukan bahwa mikro dan nanoplastik memicu risiko lebih tinggi, hanya keduanya berkorelasi.

Jadi, apa yang harus kita lakukan terhadap temuan baru itu? Dan bagaimana kecocokannya dengan bukti kuat tentang keberadaan mikroplastik di lingkungan dan tubuh kita?

Mikroplastik ditemukan dalam sampel plak yang diekstraksi dari arteri karotis. Shutterstock/Roco

Apa Itu Mikroplastik?

Mikroplastik adalah partikel plastik yang diameternya kurang dari lima milimeter. Nanoplastik berukuran kurang dari satu mikron (1.000 mikron sama dengan satu milimeter). Klasifikasi ukuran persisnya masih menjadi perdebatan.

Mikroplastik dan nanoplastik tercipta ketika produk konsumsi sehari-hari—termasuk pakaian, makanan dan minuman kemasan, perabot rumah tangga, kantong plastik, mainan, serta perlengkapan mandi—terurai. Banyak produk perawatan diri yang mengandung mikroplastik, berupa microbeads (mikromanik).

Plastik juga digunakan secara luas di bidang pertanian, dan seiring waktu dapat terurai menjadi mikroplastik dan nanoplastik. Partikel-partikel ini terdiri atas polimer umum, seperti polietilen, polipropilen, polistiren, dan polivinil klorida. Bahan kimia penyusun polivinil klorida, yaitu vinil klorida, dianggap karsinogenik oleh Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (US Environmental Protection Agency).

Tentu saja, risiko sebenarnya bergantung pada tingkat paparan bahan tersebut. Seperti yang sering dikatakan oleh para ahli toksikologi, dosislah yang menghasilkan racun. Jadi, kita perlu berhati-hati agar tidak berlebihan menafsirkan penelitian yang baru muncul.

Mengulik Penelitian Lebih Dalam 

Studi terbaru yang diterbitkan oleh New England Journal of Medicine ini merupakan studi kelompok kecil, yang awalnya terdiri atas 304 pasien. Namun hanya 257 di antaranya yang menyelesaikan bagian lanjutan dari penelitian ini 34 bulan kemudian.

Penelitian tersebut memiliki sejumlah keterbatasan. Yang pertama adalah temuan itu hanya menyangkut pasien tanpa gejala yang menjalani endarterektomi karotis (prosedur untuk menghilangkan plak arteri karotis). Artinya, temuan itu mungkin tidak dapat diterapkan pada populasi yang lebih luas.

Para penulisnya juga menegaskan, meski paparan mikroplastik dan nanoplastik kemungkinan besar meningkat selama beberapa dekade terakhir, angka penyakit jantung telah menurun.

Kendati begitu, fakta soal banyaknya orang dalam penelitian ini yang tubuhnya terdeteksi memiliki mikroplastik adalah hal yang patut diperhatikan. Para peneliti menemukan bahwa kadar polietilen dan polivinil klorida (dua jenis plastik) dalam plak karotis, yang terdeteksi pada pasien, masing-masing sebanyak 58 persen dan 12 persen.

Sebagian besar pasien tersebut adalah pria muda yang menderita diabetes atau penyakit jantung dan memiliki riwayat merokok. Tidak ada perbedaan mendasar soal tempat tinggal pasien.

Gejala peradangan pada sampel plak pasien yang terdeteksi terpapar mikroplastik dan nanoplastik lebih tinggi dibanding pasien yang tidak memiliki partikel tersebut.

Kemudian ada temuan utama: pasien yang plaknya mengandung mikroplastik dan nanoplastik lebih berisiko mengalami apa yang disebut dokter sebagai "titik primer akhir" (seperti serangan jantung yang tidak fatal, stroke non-fatal, atau kematian karena penyebab apa pun), dibanding mereka yang tidak memiliki mikroplastik dan nanoplastik.

Para penulis mencantumkan bahwa hasil studi mereka "tidak membuktikan hubungan sebab-akibat".

Namun tak ada gunanya jika kita tidak berhati-hati. Sejarah kesehatan lingkungan penuh dengan contoh-contoh bahan kimia yang dianggap mencurigakan, tapi tidak diatur secara tepat, karena diasumsikan sebagai "bahan kimia yang belum teruji" oleh Dewan Riset Nasional Amerika Serikat. Asumsi tersebut muncul karena tidak ada penelitian yang menunjukkan dampak buruknya, sehingga tidak ada penindakan berbasis regulasi.

Secara umum, butuh lebih banyak penelitian untuk mengetahui seberapa jauh bahaya mikroplastik terhadap kesehatan manusia. Sampai buktinya muncul, kita harus menerapkan prinsip kehati-hatian. Tidak adanya bukti bukan berarti tak ada risiko.

Ilustrasi sampah plastik. UNSPLASH

Aksi Global dan Lokal

Paparan mikroplastik di lingkungan rumah, tempat kerja, dan luar ruangan tidak dapat dihindari. Pemerintah di seluruh dunia sudah mulai mengakui perlunya intervensi.

Perjanjian Plastik Global (Global Plastic Treaty) akan diberlakukan oleh 175 negara mulai 2025. Salah satu tujuan perjanjian ini adalah membatasi paparan mikroplastik secara global. Beban terbesar ada pada anak-anak, terutama mereka yang berada di negara-negara berpendapatan menengah ke bawah.

Australia terbantu oleh adanya undang-undang yang mengakhiri penggunaan plastik sekali pakai. Begitu pula dengan peningkatan penerapan skema penyimpanan kontainer yang mencakup botol plastik.

Polusi mikroplastik merupakan bidang yang memerlukan pendekatan kolaboratif antara peneliti, masyarakat sipil, industri, dan pemerintah. Kami yakin pembentukan Dewan Nasional Mikroplastik akan membantu merumuskan dan mengkoordinasi strategi untuk mengatasi masalah ini.

Hal-hal sederhana juga penting. Tindakan kecil yang dilakukan oleh individu juga dapat menghasilkan manfaat yang signifikan bagi lingkungan dan kesehatan manusia secara keseluruhan.

Memilih bahan, kain, dan peralatan alami yang tidak terbuat dari plastik, serta membuang sampah dengan bijaksana dan tepat—termasuk mendaur ulang bila memungkinkan—sangatlah membantu.

Artikel ini ditulis oleh Mark Patrick Taylor, Kepala Ilmuwan Lingkungan di Environment Protection Authority (EPA) Victoria sekaligus Doktor Honoris Causa Sekolah Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Macquarie; serta Scott P. Wilson, Direktur Riset Proyek Penilaian Mikroplastik Australia (AUSMAP) sekaligus anggota Peneliti Senior Kehormatan Sekolah Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Macquarie. Terbit pertama kali dalam Bahasa Inggris di The Conversation dan diterjemahkah oleh Yohanes Paskalis dari Tempo.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 3 Mei 2024

  • 2 Mei 2024

  • 1 Mei 2024

  • 30 April 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan