Foto Raffi Ahmad bersama selebritas lainnya tanpa mengenakan masker dan tidak menjaga jarak itu viral di media sosial beberapa waktu itu. Sang bintang itu menghadiri sebuah pesta dan mengabaikan protokol kesehatan. Padahal, ia salah seorang pemengaruh (influencer) yang mendapat keistimewaan divaksin untuk pertama kalinya bersama Presiden dan sejumlah pejabat tinggi. Sayangnya, ia tidak memberi teladan yang baik bagi masyarakat.
Raffi banyak dikecam warganet plus teguran dari Istana. Ia lalu meminta maaf kepada publik dan Presiden Joko Widodo. Peristiwa itu menjadi pelajaran bagi masyarakat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan meski sudah divaksin. "Protokol kesehatan menjadi kunci utama untuk pencegahan dan penularan Covid-19,” kata Tjandra Yoga, guru besar Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dalam Instagram Live pada Rabu, 10 Februari lalu.
Menurut bekas Direktur WHO SEARO (South East Asia Region) itu, pengendalian virus corona harus seiring sejalan dengan gerakan 3M (memakai masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan), 3T (test, tracing, treatment), serta vaksin. “Ingat, ya, vaksin ini bukan obat.” Bahkan, ia melanjutkan, “Saya kira perlu ditambah M-M yang lain, seperti menjaga etika batuk dan makan makanan bergizi dan M lainnya.”
Ia menjelaskan, beberapa waktu lalu ada kasus mereka yang sudah divaksin malah terinfeksi virus karena ada kemungkinan melanggar protokol kesehatan. Atau antibodi dalam tubuh belum banyak atau belum terpenuhi karena baru sekali vaksin. “Makanya masih perlu dan pentingnya 3M dan 'M-M' yang lain tadi. Apalagi, vaksin masih terbatas dan perkembangan virus masih berubah-ubah."
Warga menggunakan masker untuk menghindari terinfeksi COVID-19 di perkantoran, Jakarta, 8 Februari 2021. TEMPO/Imam Sukamto
Hingga awal Februari lalu, sudah lebih dari 100 juta orang di 60 negara, termasuk Indonesia, mendapatkan vaksin. Mereka berlomba-lomba menjaga kekebalan tubuh dari virus ini. Ia pun menggarisbawahi bahwa vaksin itu sudah diuji dengan proses yang tidak mudah dan bertahap sesuai dengan kaidah keilmuan, sehingga tak perlu dikhawatirkan keamanannya.
Efikasinya tidak ada yang sempurna 100 persen. Tapi, dengan divaksin, kata dia, kemungkinan terinfeksi menjadi lebih kecil. "Kalaupun sakit atau terinfeksi, tidak akan parah.” Vaksin cukup efektif untuk membentengi tubuh dari virus corona, meski saat ini virus tersebut telah bermutasi dan muncul variannya. Para ilmuwan dan produsen vaksin juga terus melihat perkembangan.
Dalam kesempatan berbeda, ahli gizi komunitas dan filsuf, Dr Tan Shot Yen, juga menekankan pentingnya disiplin menerapkan protokol kesehatan meski sudah ada vaksin, dan itu harus dilakukan dengan benar. “Pakai masker yang benar, tutup mulut dan hidung. Jangan melorot menggantung di leher atau pake face shield seperti pakai bando,” ujarnya. Selain itu, Tan Shot Yen menambahkan, masyarakat perlu senantiasa menjaga daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi seimbang, memperbanyak makanan berserat, seperti sayur dan buah, serta menerapkan pola hidup sehat.
DIAN YULIASTUTI