JAKARTA – Perusahaan penyedia jasa logistik diprediksi masih memilih pesawat untuk melakukan pengiriman barang antarpulau. Ketua Asosiasi Logistik Indonesia, Zaldy Ilham Masita, memperkirakan volume kargo udara domestik pada tahun ini tumbuh 30-40 persen dibanding pada 2020.
“Mayoritas untuk pengiriman ke luar Pulau Jawa karena konsumen mencari waktu pengiriman yang paling singkat,” katanya kepada Tempo, kemarin.
Kinerja angkutan barang via udara selama 2020 terganggu karena minimnya jumlah penerbangan dan penutupan akses sejumlah wilayah pada awal masa pandemi Covid-19. Saat itu, tak sedikit perusahaan jasa logistik yang harus menumpangkan kargo di bandar udara keberangkatan lantaran harus antre slot penerbangan.
Bongkar-muat angkutan kargo di apron Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, 30 April 2020. ANTARA/Muhammad Iqbal.
Ketika diwawancarai pada April 2020, Zaldy menyebutkan penumpukan kargo terjadi di rute pengiriman dari Sulawesi, Bali, Kalimantan, serta Sumatera Utara ke kota-kota besar di Jawa. Usaha kecil dan menengah pun terpukul karena pengurangan layanan pengiriman bahan makanan segar, seperti makanan laut atau buah.
Pada masa pembatasan sosial berskala besar, maskapai penerbangan dan operator bandara pun memangkas kegiatan operasional. Pergerakan di 19 bandara milik PT Angkasa Pura II (Persero) anjlok dari 1.100 menjadi 698 penerbangan per hari. Tren lalu lintas kargo di 15 bandara PT Angkasa Pura I (Persero) pada triwulan pertama 2020 juga turun 16,9 persen dibanding periode serupa pada 2019.
Menjelang akhir 2020, Zaldy melanjutkan, tren kargo udara mulai membaik. Namun pengiriman untuk rute di dalam pulau telah diisi oleh penyedia angkutan darat yang mengambil peluang saat penerbangan lesu. “Angkutan antarkota di Jawa sudah diisi truk karena banyak jalan tol baru. Durasi pengiriman tidak berbeda jauh, tapi harganya lebih murah.”
Pertimbangan lainnya, menurut dia, distributor logistik lelah dengan proses bongkar-muat kargo di bandara yang rata-rata menghabiskan waktu lebih dari enam jam. “Begitu jalan tol tersambung, pengiriman barang lewat jalur darat lebih baik,” ucap Zaldy.
Ketua Bidang Organisasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik Indonesia, Trian Yuserma, mengakui permintaan kargo udara masih didominasi oleh kebutuhan pengiriman barang antarpulau. “Penerbangan masih menjadi tumpuan untuk pengiriman barang cepat lintas pulau,” dia mengungkapkan.
Pelayanan di PT Pos Indonesia, di Kantor Pos Besar Pasar Baru, Jakarta, 2019. TEMPO/Tony Hartawan.
Pemerintah pun tak berhenti menyiapkan infrastruktur penunjang kargo udara. Pemerintah Jawa Barat mempromosikan penerbangan angkutan barang dari Bandara Kertajati di Kabupaten Majalengka. Asisten Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Jawa Barat, Taufiq Budi Santoso, mengatakan layanan kargo menjadi alternatif bisnis utama di Kertajati.
“Tujuannya supaya Kertajati tidak bergantung pada transportasi berbasis penumpang yang belum kembali ke kondisi normal,” katanya kepada Tempo.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil kemudian menerbitkan surat edaran yang berisi imbauan dan tawaran insentif bagi pelaku usaha kargo domestik, yang mau mengirimkan barangnya melalui Kertajati. Ridwan menuturkan Kertajati memiliki terminal barang seluas 4.480 meter persegi dengan daya tampung maksimal 37 ribu ton kargo per tahun.
Proyek strategis nasional yang dikelola oleh PT Bandarudara Internasional Jawa Barat itu melayani kargo udara sejak 2019 untuk kota-kota tujuan di luar Pulau Jawa, seperti Makassar, Balikpapan, Medan, serta Banjarmasin. “Potensi ekspor dan impor Jawa Barat perlu dioptimalkan,” katanya.
AHMAD FIKRI (BANDUNG) | YOHANES PASKALIS