JAKARTA – Para penyedia jasa penerbangan kargo berencana menambah kapasitas layanan pada tahun ini. Vice President Corporate Secretary PT Angkasa Pura I (Persero), Handy Heryudhitiawan, mengatakan anak usaha entitasnya, PT Angkasa Pura Logistik, tengah mengejar potensi kargo udara kilat atau ekspres yang sedang tumbuh. “Dipicu pertumbuhan e-commerce yang cukup tinggi,” ucapnya kepada Tempo, kemarin.
Meski belum bisa merinci seberapa besar pertumbuhan kargo langit itu, Handy mengatakan, perusahaannya kini lebih mengandalkan pesawat khusus kargo alias freighter. Berkaca pada berbagai pembatasan mobilitas orang semasa pandemi Covid-19, volume kargo yang disisipkan di penerbangan penumpang sempat ikut anjlok.
Pada masa normal sebelum pandemi, AP Logistik melayani empat penerbangan kargo dari Jakarta menuju Makassar, Balikpapan, Medan, dan Batam dengan armada Boeing 737-300 milik MyIndo Airlines, yang setiap unitnya berkapasitas maksimal 15 ton. Pada paruh kedua tahun lalu, perusahaan menyewa sejumlah pesawat ATR 72-500F milik PT Pelita Air Service yang bisa menampung maksimal 7 ton barang.
Maskapai penerbangan Citilink Indonesia melaksanakan uji penerbangan perdana (proving flight) untuk kargo atau freighter pertama dengan jenis pesawat B737-500, 19 Mei 2020. Dok Antara.
Kolaborasi dengan MyIndo itu hanya sebatas penyediaan slot terbang dan fasilitas penyimpanan barang di bandar udara. Adapun dengan Pelita, AP Logistik langsung menyewa pesawat dan kru, termasuk mekanik khusus. “Belum ada tambahan baru. Tapi sejak Oktober 2020, ATR itu menerbangi rute Jakarta-Banjarmasin dan Jakarta-Pekanbaru,” ucap Handy. Dia mengaku masih harus berkoordinasi dengan AP Logistik untuk melihat frekuensi dan volume yang dicapai sejak layanan anyar itu berjalan.
Lewat keterangan tertulis, Direktur Utama Angkasa Pura Logistik, Danny Thaharsyah, menuturkan bisnis kargo udara Indonesia diproyeksikan naik hingga 110 persen pada 2018-2024, dengan rata-rata kenaikan 13,1 persen per tahun. Angka yang ia dapat dari studi Mordor Intelligence Report 2019 itu pun memprediksi bahwa valuasi pasar kargo mencapai US$ 19,3 miliar pada 2024.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Irfan Setiapura, mengatakan manajemennya memodifikasi dua pesawat Airbus agar bisa menjadi hybrid freighter untuk menambah kapasitas kargo. “Kemampuan angkutnya bisa sampai 50-an ton. Semoga bulan depan sudah selesai dan bisa dioperasikan,” katanya saat diwawancarai tim Tempo pada 10 Februari lalu.
Saat pembatasan penumpang sedang ketat, terutama pada pertengahan 2020, Garuda mulai membuka sejumlah rute khusus kargo. Rute Denpasar-Hong Kong, misalnya, melayani satu penerbangan per pekan dengan pesawat Airbus A330-300, yang daya angkutnya 30-40 ton.
Perusahaan membuka pengiriman komoditas segar, seperti ikan, untuk rute Manado-Narita (Jepang) dan Makassar-Singapura. Garuda pun sempat mengekspor 33 ton manggis dari Padang ke Guangzhou, Cina, pada awal bulan ini.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir. TEMPO/M. Taufan Rengganis.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir sebelumnya pun meminta Garuda Indonesia mengembangkan layanan barang yang berpotensi mendatangkan pendapatan besar. “Kargo bisa mendorong Garuda karena selama ini menyumbangkan 30-40 persen pendapatan. Ini potensi,” katanya.
Terlebih, bila merujuk pada keterangan tertulis perusahaan pada pekan lalu, pendapatan Garuda dari penerbangan kargo terus naik. Angkanya menembus US$ 236,2 pada Januari-September 2019, naik 33 persen dari periode yang sama pada 2018. Pada Januari-September 2020, pendapatan segmen ini turun ke level US$ 180,7 juta, tapi masih di atas capaian pada 2015 hingga 2018.
Manager Safety Tri-Mg Intra Asia Airlines, Yusri Supii, mengatakan perusahaannya juga akan menambah armada kargo baru dalam waktu dekat. Tri-Mg kini melayani rute carter atau tidak berjadwal dengan empat unit Boeing 737-300F, yang kapasitas maksimalnya sekitar 17 ton. Layanan mereka cenderung untuk general cargo alias komoditas berat, contohnya produk otomotif. “Pergerakan memang sesuai dengan permintaan pasar, tapi utilisasi pesawat kargo kami rata-rata 9-10 jam per hari,” tuturnya kepada Tempo.