Edisi Minggu, 12 Oktober 2014
Cari angin
Putu Setia
Tuhan Maha Adil. Beliau membuat semua orang senang. Tentu tingkat kesenangan berbeda dan tidak sama, tergantung penilaian masing-masing orang. Santai sajalah.
Ini komentar dari seorang petani kopi di lereng Gunung Batukaru, menanggapi apa yang oleh orang kota disebut "kegaduhan politik" di parlemen. Bagi petani itu, tak ada yang gaduh, kecuali memang diakuinya anggota Dewan Perwakilan Rakyat tidak biasa bersidang sebagaimana warga petani bersidang. "Mereka tak punya pengalaman sebagai warga desa yang ikut rapat-rapat di desa adat. Mereka produk sekolahan dan itu pun mungkin tak pernah aktif di organisasi intra sekolah. Lulus sarjana pun mungkin dengan membeli skripsi. Dan ketika ada lowongan pekerjaan sebagai anggota DPR, lewat partai politik mereka mendaftar dengan sejumlah uang. Jadilah mereka wakil rakyat yang tak punya etika dan sopan santun dalam bersidang," kata petani kopi yang sudah sepuh itu.
Baca Selengkapnya
Metro
JAKARTA - Meski pelantikan Joko Widodo sebagai presiden masih delapan hari lagi, mantan Gubernur DKI Jakarta itu sudah mulai mengemasi barang-barangnya. Berdasarkan pantauan Tempo di rumah dinas Gubernur di Jalan Surapati, Menteng, Jakarta Pusat, kemarin, terlihat adanya kegiatan pemindahan barang milik Jokowi. Sebuah truk Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta berkelir biru-putih mengangkut beberapa barang dari dalam rumah.
Barang tersebut kebanyakan berupa pajangan, seperti lukisan, suvenir, dan beberapa piagam. menurut informasi yang diperoleh Tempo, semua barang tersebut dibawa ke Media Center Jokowi-JK di Jalan Sukabumi, Menteng, yang tak jauh dari rumah dinas.
Baca Selengkapnya
Internasional
TIKRIT - Jurnalis kembali menjadi korban kebrutalan kelompok Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS). Milisi ISIS menembak mati pewarta foto asal Irak, Raad al-Azzawi, 37 tahun, di depan warga Desa Samra, sebelah timur Tikrit, Provinsi Salaheddin, Jumat lalu waktu setempat.
Seperti dilansir Al-Jazeera, kemarin, selain Azzawi, turut dieksekusi seorang saudaranya dan dua warga sipil lainnya. "Milisi ISIS mengambil Azzawi dan saudaranya dari rumahnya," kata seorang kerabat yang menolak menyebut identitasnya. "Azzawi tidak melakukan kesalahan. Kejahatannya adalah menjadi juru kamera, dan melakukan tugasnya."
Baca Selengkapnya
Olah Raga
Berita Lainnya
Fotografi
Musim kemarau panjang masih melanda Desa Tuju, Kecamatan Bangkala Barat, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, pekan ini. Volume air di sumur banyak yang telah menyusut. Kekeringan menghampar di mana-mana.
Bagi warga Desa Tuju, kemarau berarti perjuangan untuk bertahan hidup. Mereka terpaksa berjalan hingga satu kilometer lebih menuju sumber air yang tersisa demi mendapatkan satu ember air bersih.
Baca Selengkapnya
Tamu
Suhu Jakarta yang mencapai 33 derajat Celsius pada Jumat, 12 September 2014, itu ternyata tak mengusik kenyamanan Ole Isacson. "Ada beberapa hari di musim panas di Boston. Kami mempunyai suhu seperti ini," ujar profesor ilmu saraf dari Harvard Medical School, Amerika Serikat, itu pada pertengahan September lalu. Dengan kemeja biru lengan pendek dan celana kain warna krem, Isacson berusaha beradaptasi dengan panasnya sinar terik matahari.
Dekan Institut Sel Punca Harvard itu hanya tiga hari di Indonesia dan semua waktunya dihabiskan untuk berbicara tentang perkembangan ilmu yang digelutinya selama lebih dari dua dekade: sel punca untuk saraf otak. Dia berbicara di depan mahasiswa, dokter, wartawan dan akademisi dari Universitas Indonesia, Universitas Atmajaya Jakarta, dan berakhir di Hotel Four Season Jakarta.
Baca Selengkapnya
Cerpen
Anton Kurnia
BUKAN kematian yang mengejutkan si Pak Guru John Keating dalam Dead Poets Society yang pernah memukaumu dengan mantra "Carpe diem!" yang membuatku menuliskan kisah ini. Bukan pula "Smells Like Teen Spirit" yang kudengar lagi setelah bertahun-tahun dan membuatku terbayang sosok urakan Kurt Cobain yang pernah membuatmu tergila-gila sebelum dia menarik pelatuk maut untuk mengakhiri hidupnya yang muda dan murung.
Sesungguhnya, aku menuliskan kisah ini karena tak sengaja kutemukan lagi buku lama Paulo Coelho yang judulnya menyitat nama depanmu dan kau serahkan kepadaku setelah dengan susah-payah aku berhasil membujukmu mengurungkan niat bunuh diri.
Baca Selengkapnya
Ide
Ahmad Sahidah,
Dosen Filsafat Universitas Utara Malaysia
Setiap kali saya bertanya kepada kawan Melayu tentang kesukaan pada lagu Indonesia, mereka bilang karena kekuatan liriknya. Tentu perasaan itu tak bisa dielakkan karena daya ungkap lagu kita berbeda dengan negeri seberang. Betapapun akar bahasa sama, Melayu, gaya puitis di antara penggubah lagu dua serumpun ini berbeda. Masing-masing akan menemukan keunikan diksi. Pada waktu yang sama, adanya kemungkinan salah paham menganga karena ketaksaan makna dari kata.
Pada 1990-an, lagu Suci dalam Debu oleh Iklim begitu disukai di sini. Salim membawakannya dengan mendayu-dayu, khas cengkok Melayu. Lagu jiwang atau balada meraja. Bukan hanya diminta pendengar radio, seorang pendengar di radio lokal Madura bahkan meminta untuk membawakannya dengan iringan gitar. Secara keseluruhan, penikmat di sini mungkin bisa memahami. Tapi adakah mereka mengerti arti bekas yang berdebu? Bekas di sana adalah wadah, bukan mantan. Hal serupa, lagu Maia Ratu, Teman Tapi Mesra, yang di negeri jiran kata mesra bermakna ramah (friendly).
Dosen Filsafat Universitas Utara Malaysia