maaf email atau password anda salah

Cari angin
Pentas
Cerpen

Charles Baudelaire

Ilusi, kata kawanku, sama tak terduganya dengan hubungan antarmanusia atau antara manusia dan benda-benda. Ketika ilusi lenyap-yakni ketika kita melihat orang atau fakta sebagaimana adanya di luar diri kita-maka kita mengalami suatu perasaan yang ganjil. Itu disebabkan sebagian oleh rasa sesal atas bayangan yang musnah dalam benak kita; sebagian lagi oleh rasa kaget di hadapan fakta baru yang nyata. Kalaupun ada fenomena yang selalu sama, dan sifat semacam itu tak bisa salah ditafsirkan, itulah cinta keibuan. Sulit membayangkan seorang ibu tak memiliki rasa cinta keibuan sebagaimana membayangkan nyala api tanpa hawa panas. Maka tidakkah amat sah bila kita menisbatkan segala tindakan dan perkataan seorang ibu yang berkaitan dengan anaknya pada cinta keibuan? Namun, sebelumnya, simak dulu kisah sederhana ini, yang telah membuatku terlenakan oleh sifat paling alamiah dari ilusi.

Sebagai pelukis, aku dituntut untuk selalu memperhatikan dengan sungguh-sungguh segenap wajah dan raut muka orang-orang yang kutemui. Kau tahulah kesenangan apa yang kami dapat dari alat penglihatan itu karena mata kami lebih tajam dan lebih peka daripada mata orang lain. Di ujung kota tempat tinggalku, di mana lahan-lahan kosong yang luas ditumbuhi rerumputan memisahkan rumah yang satu dengan yang lain, aku kerap melihat seorang pemuda belia yang raut wajahnya kemerahan. Menggodanya menarik perhatianku lebih daripada yang lain. Lebih dari sekali dia menjadi modelku. Terkadang aku memintanya memerankan sosok seorang gipsi, terkadang sesosok malaikat, dan pada waktu lain sosok bocah pemanah asmara. Aku memerintahkannya membawa biola sang gipsi pengembara, mahkota duri dan paku salib, atau obor cinta.

Baca Selengkapnya

Berita Lainnya

Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan