maaf email atau password anda salah
Polisi gencar membangun kontra-narasi untuk mengaburkan kekerasan yang terjadi di Desa Wadas, Jawa Tengah. Pengalihan narasi itu diikuti dengan pembekuan sejumlah akun media sosial para penentang proyek tambang. Pemantauan terhadap akun aktivis yang mengkritik pemerintah semakin masif setelah polisi mengalokasikan anggaran jumbo untuk mengembangkan patroli siber.
Akademikus dan pegiat lingkungan menyoroti rencana pengerukan batu andesit di Desa Wadas yang belum mengantongi izin usaha pertambangan. Selain menabrak Undang-Undang Mineral dan Batu Bara, ketiadaan izin berpotensi mengikis pendapatan negara. Silang sengkarut juga terjadi pada analisis mengenai dampak lingkungan Bendungan Bener yang ditengarai menjadi satu dengan kegiatan pertambangan.
Tindakan represif polisi membuat warga Wadas mengalami trauma. Sejumlah penduduk memilih berdiam diri dan mengunci pintu rumah setelah penangkapan besar-besaran terjadi sehari sebelumnya. Aparat masih melakukan razia telepon seluler hingga mendatangi rumah warga. Kekerasan memicu solidaritas membela masyarakat Wadas meluas.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.