Homepage
  • login/register
  • Home
  • Berita Utama
  • Editorial
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Metro
  • Internasional
  • Olahraga
  • Sains
  • Seni
  • Gaya Hidup
  • Info Tempo

koran tempo

27
Juni
2020
Dukung Independensi Tempo
  • Home
  • Berita Utama
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Metro
  • Sains
  • Editorial
  • Opini
  • Info Tempo
  • Cari Angin
SebelumnyaTopik 2/2 Selanjutnya
Topik

Agar Anak Muda Betah di Desa

Sekolah Pagesangan di Gunungkidul mengajarkan pendidikan bertani kepada anak-anak sejak usia dini. Tujuannya agar ketika remaja, mereka tak meninggalkan kampung dan pergi ke kota. Tapi kegiatan yang memikat belum tentu membuat mereka bertahan di desa.

Edisi, 27 Juni 2020
Profile
Tempo
Anak anak mengikuti kegiatan di Sekolah Pagesangan, Yogyakarta. Dok.Sekolah Pagesangan

Tinggal di daerah yang gersang dan tandus membuat warga di Gunungkidul, Yogyakarta, punya sistem pertanian dan pengolahan pangan tradisional yang khas. Secara turun-temurun, warga di sana menjalankan sistem pertanian tadah hujan. Lalu, karena hasil panen yang sangat bergantung pada cuaca, warga terbiasa mengawetkan hasil ladang agar bisa disimpan lama untuk mencukupi kebutuhan pangan hingga musim panen berikutnya.

Konsep pertanian yang dijalankan warga itu pun tak bertujuan komersial. Justru para petani dan peladang berfokus merawat tanaman hingga panen sebagai upaya memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan keluarganya (subsistens).

Hal itu rupanya menjadi solusi kebutuhan pangan warga setempat ketika pageblug virus corona menerpa. Saat pembatasan sosial di banyak daerah diberlakukan, para anak muda dan warga desa yang merantau ke kota-kota besar memilih pulang kampung. Dusun Wintaos di Girimulya, Gunungkidul, adalah salah satu contoh desa yang menerima “serbuan” arus ruralisasi (perpindahan masyarakat dari kota ke desa) itu.

W251bGwsIjIwMjEtMDQtMjEgMDk6NDY6MzAiXQ

“Fenomena ini memperlihatkan bahwa desa dengan sistem pertanian yang dijalankan di sana memberikan jaminan sosial, termasuk di antaranya jaminan pangan dan perasaan aman bagi para pemuda yang merantau,” ujar Diah Widuretno, pendiri Sekolah Pagesangan, yang berlokasi di Wintaos, dalam diskusi siaran langsung di akun Instagram Sekolah Pagesangan.

Sekolah Pagesangan, yang berbasis komunitas, didirikan oleh Diah sekitar 12 tahun lalu. Sekolah ini menggunakan konsep pendidikan kontekstual dan terbuka untuk seluruh warga. Di sini warga bisa belajar pengetahuan umum dan ilmu-ilmu praktis dalam pengelolaan lahan pertanian. Tema belajar bertani dipilih sebagai muatan proses belajar karena dianggap sebagai salah satu potensi terbesar warga di sana. Salah satu misi sekolah ini juga bertujuan mengatasi salah satu persoalan di desa tersebut: menahan laju urbanisasi anak muda.

Salah satu metode yang dilakukan di Pagesangan adalah pengenalan budaya bertani kepada anggota kelompok belajar usia dini, yakni anak-anak usia 6-13 tahun. Materi yang diajarkan misalnya “sobo pawon”, yakni beraktivitas di dapur (pawon) untuk mengenal benda-benda di sana. Lalu, ada “sobo tegal” atau beraktivitas di ladang untuk memperkenalkan kegiatan bertani yang dijalankan orang tua mereka. Tapi, meski sudah ada aneka kegiatan dan program yang bagi orang dewasa tampak menarik dan ideal itu, belum tentu para anak muda desa kemudian mau bertahan di kampung halaman.

“Sampai sekarang minat anak muda Wintaos untuk merantau ke kota masih tinggi,” kata Diah saat dihubungi terpisah. Menurut dia, persoalan urbanisasi di Gunungkidul sama dengan daerah lain, yakni persoalan sistemik. “Ada banyak faktor yang membuat anak muda setempat merasa perlu untuk keluar dari desa,” ujarnya. Kalaupun ada anak muda yang bertahan di desa, kata Diah, jumlahnya tak banyak, hanya sekitar 10-20 persen dari setiap angkatan belajar. “Dari 17-20 anak, yang bertahan paling 1 atau 2 orang, sisanya masih tergoda untuk menjadi buruh urban.”

Diah mengatakan, perlu pendekatan khusus agar anak-anak desa tidak pergi ke kota dan tetap bertahan di desa meneruskan kegiatan pertanian orang tuanya. “Anak muda dan remaja itu pola pikirnya masih menuruti hal-hal yang membuat mereka senang,” tutur dia. Karena itu, kata dia, proses pendidikan yang dilakukan di Pagesangan diproyeksikan sesuai dengan minat anak-anak. “Enggak bisa dipaksakan dari orang luar, harus digali suara mereka, apa yang mereka mau. Lalu, dicari irisan dengan potensi yang ada di lingkungan.”

Salah satu upaya Diah untuk membuat warga “betah” di desa dan bersemangat menggarap lahannya adalah dengan membentuk kelompok masyarakat pengolah pangan hasil tani warga. Di Pagesangan terdapat potensi hasil bumi yang sangat beragam, dari koro yang bisa dijadikan tempe, tiwul, kacang ijo, kacang tanah, kacang tholo, beras merah, hingga beras jali. Hasil kebun itu dialokasikan dari hasil ladang warga yang surplus (melebihi kebutuhan diri sendiri dan keluarga). Produk hasil olahan kelompok beranggotakan para ibu dan perempuan muda desa itu lalu dipasarkan dengan sistem pemasaran langsung ke konsumen.

Menurut Diah, sebagian dari “murid” Pagesangan yang memilih tinggal di desa akhirnya menjadi pengelola toko bahan pangan yang diberi nama Kedai Sehat Pagesangan. Tak hanya dipasarkan untuk warga sekitar, aneka produk hasil bumi itu juga mereka pasarkan secara luas melalui media sosial. “Nanti uang dari keuntungan penjualan itu dikelola bersama untuk keperluan komunitas dan kesejahteraan anggotanya,” kata dia.

Tapi, bagi warga Wintaos, ukuran kesejahteraan mereka bukan sekadar pendapatan dalam bentuk uang. “Lewat proses ini, kami mendapatkan banyak pengalaman, pengetahuan, pertemanan, dan keluarga. Ini yang kami namakan kesejahteraan.” ***

 

PRAGA UTAMA




SebelumnyaTopik 2/2 Selanjutnya

Hubungi Kami:

Alamat : Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No.8, Jakarta Selatan, 12210

Informasi Langganan :

Email : cs@tempo.co.id

Telepon : 021 50805999 || Senin - Jumat : Pkl 09.00 - 18.00 WIB

Telp/SMS/WA : 0882-1030-2525 | 0882-1023-2343 | 0887-1146-002 || Senin - Minggu : Pkl 08.00 - 22.00 WIB

Informasi Lainnya :

Telp/SMS/WA : 0882-1030-2828 || Senin - Minggu : Pkl 08.00 - 22.00 WIB

Komentar

Berita Terkait

  • Cita-cita Mulia Petani Muda
  • Agar Anak Muda Betah di Desa

    Berita Lainnya

  • Cover Story

    Halo Heli Firli

    Kunjungan pribadi Firli Bahuri dengan menggunakan helikopter memantik kontroversi.

    27 Juni 2020
  • Berita Utama

    Ongkos Premium Helikopter Firli

    Firli menginap di sebuah hotel milik pengusaha yang diduga menjadi tersangka suap. 

    27 Juni 2020
  • Berita Utama

    Perilaku Firli Kontras dengan Pemimpin KPK Terdahulu

    Kode etik melarang komisioner bergaya hidup mewah.

    26 Juni 2020
  • Metro

    Takut Diserang Balik, Anak Buah John Kei Serahkan Diri

    Ia keluar dari persembunyian karena khawatir mendapat serangan balik dari kelompok Nus Kei. 

    26 Juni 2020
  • Topik

    Cita-cita Mulia Petani Muda

    Terjun langsung ke ladang dan sawah, meski tanpa modal besar, jadi pilihan sebagian anak muda. Meski punya ijazah sarjana, mereka mengikuti panggilan jiwa untuk menjadi petani. Pilihan itu mereka jalankan dengan idealisme bertani secara alami dan berkelanjutan, bukan sekadar untuk mengejar produktivitas dan keuntungan. Cita-cita mereka sederhana tapi mulia: mewujudkan kemandirian pangan di lingkungan sekitar.

    26 Juni 2020
  • Topik

    Agar Anak Muda Betah di Desa

    Sekolah Pagesangan di Gunungkidul mengajarkan pendidikan bertani kepada anak-anak sejak usia dini. Tujuannya agar ketika remaja, mereka tak meninggalkan kampung dan pergi ke kota. Tapi kegiatan yang memikat belum tentu membuat mereka bertahan di desa.

    26 Juni 2020
  • Nasional

    Pelanggaran Sebabkan Penularan Covid di Jawa Timur Tinggi

    Survei: sebagian besar warga Surabaya Raya abai masker dan tak menjaga jarak.

    26 Juni 2020
  • Tamu

    Wikan Sakarinto, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: Masuk Pendidikan Vokasi Itu Harus Bangga

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berniat mem-branding ulang pendidikan vokasi. Selama ini, ada anggapan pendidikan vokasi merupakan pilihan terakhir dan pencetak tukang saja, tak bisa melahirkan pencipta atau ahli.

    26 Juni 2020
  • Metro

    ‘Bisnis Kekerasan’ Bermodal Nyali  

    Kelompok preman membentuk badan hukum untuk memudahkan kerja sama dengan perusahaan.

    27 Juni 2020
  • Ekonomi dan Bisnis

    DPR Dorong Bulog Serius Salurkan Beras

    Bila terus menumpuk, potensi beras apak bisa mencapai 20 ribu ton.

    26 Juni 2020
  • Ekonomi dan Bisnis

    Sentuhan Digital di Tambak Udang

    Perangkat Jala sudah menyasar pasar Asia Tenggara dan Amerika Selatan.

    26 Juni 2020
  • Olah Raga

    Kesempatan Lingard

    Solskjaer menyebut Lingard sebagai pemain penting Manchester United.

    26 Juni 2020
  • Internasional

    Kecaman terhadap Aneksasi Israel Meluas

    Pemerintah Trump belum mencapai keputusan akan mendukung rencana aneksasi Israel atau tidak.

    26 Juni 2020
  • Olah Raga

    Ketika Balap F1 tanpa Penonton

    Seri pertama akan berlangsung di Austria pada 5 Juli mendatang.

    26 Juni 2020
  • Olah Raga

    Akhir Manis Penantian Panjang

    Buah revolusi Juergen Klopp.

    26 Juni 2020
  • Internasional

    Amerika Sahkan RUU Sanksi terhadap Cina

    Survei terbaru menunjukkan mayoritas warga Hong Kong menentang rencana Cina memberlakukan Undang-Undang Keamanan Nasional.

    26 Juni 2020
  • Seni

    Merayakan Persinggungan Gamelan

    Gondrong Gunarto memadukan instrumen tradisi dan modern. Mempertemukan Timur dan Barat.

    26 Juni 2020
  • Sastra

    Kucing-kucing Suginami

    Di Kashinomiya-gyoen, empat malam selama bulan gawat pandemi, kucing-kucing Distrik Suginami berkumpul.

    26 Juni 2020
  • Gaya Hidup

    Jajanan Viral yang Menggerakkan

    Semasa pembatasan sosial, sejumlah jajanan jalanan di Ibu Kota naik daun di media sosial. Banyak orang turut kecipratan rezeki, termasuk pengojek daring yang membuka jasa titip.

    26 Juni 2020
  • Gaya Hidup

    Bersepeda di Musim Corona

    Dalam beberapa pekan terakhir, makin ramai orang bersepeda. Mereka memenuhi jalan-jalan di Jakarta dan daerah-daerah di pinggiran Ibu Kota.

    26 Juni 2020
  • iTempo

    Game Mistis Khas Nusantara

    Karakternya berasal dari budaya asli Indonesia, seperti kuntilanak, jelangkung, dan genderuwo.

    26 Juni 2020
  • Cari angin

    Lomba Corona

    Terobosan baru dari Kementerian Dalam Negeri pada era pandemi Covid-19: menyelenggarakan berbagai lomba.

    26 Juni 2020
  • Buku

    Menyelamatkan Bumi dengan Kesedihan

    Kita perlu menyatakan dan mengorganisasi kesedihan secara terbuka untuk membangun kesadaran publik, saling terhubung, dan bertanggung jawab.

    26 Juni 2020
  • Gaya Hidup

    Wabah dalam Limbah

    Covid-19 mewabah, limbah infeksius pun tumpah ruah. Ini merupakan limbah dari orang yang terjangkit penyakit menular dan peralatan penanganan mereka.

    25 Juni 2020
  • Perjalanan

    Berhari Raya di Taman Kota Wina

    Berlebaran di negeri rantau sambil menerapkan pembatasan sosial pada masa pandemi virus corona harus dijalani sebagian warga negara Indonesia di negara lain. Di Austria, para WNI beruntung karena masih bisa berkumpul menikmati sajian masakan khas Lebaran bersama-sama di taman kota yang indah dan bersejarah.

    25 Juni 2020
Koran Tempo
  • TEMPO.CO
  • Majalah Tempo
  • Majalah Tempo English
  • Koran Tempo
  • Tempo Institute
  • Indonesiana
  • Tempo Store
  • Tempo.co English

© 2018 PT. Info Media Digital, All right reserved