DJIBO - Organisasi hak asasi manusia internasional, Human Rights Watch (HRW), mengungkap temuan kuburan massal berisi 180 jasad yang diduga mengalami eksekusi diluar hukum oleh tentara di Burkina Faso.
Dilansir France24 kemarin, jasad yang ditemukan mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Mereka diketahui berasal dari etnis Fulani dan Peul, yang menjadi sasaran perekrutan oleh pemberontak. Diduga kuburan massal yang berada di utara kota Djibo sudah ada sejak April dan Mei.
Laporan HRW mengatakan, pembunuhan di Djibo kemungkinan terjadi antara November 2019 dan Juni 2020. Warga yang melihat jenazah itu mengatakan kepada HRW bahwa, mereka semua yang meninggal dunia berjenis kelamin laki-laki. Mayat-mayat tersebut dibiarkan tergeletak di sepanjang jalan raya utama, di bawah jembatan, dan di ladang serta tanah kosong di sekitar Djibo.
"Otoritas Burkina Faso perlu segera mengungkap siapa yang mengubah Djibo menjadi ladang pembunuhan," ujar Direktur Sahel di HRE, Corrine Dufka.
Namun, Menteri Pertahanan Moumina Cheriff Sy mengatakan pembunuhan itu bisa saja dilakukan oleh kelompok-kelompok bersenjata yang menggunakan seragam militer dan peralatan logistik curian. "Sulit bagi penduduk untuk membedakan antara kelompok teroris bersenjata dan pasukan pertahanan dan keamanan," tutur Moumina.
Burkina Faso telah memerangi kelompok-kelompok militan yang berhubungan dengan Al Qaeda dan ISIS pada 2017. Ratusan warga sipil telah tewas dan hampir satu juta orang terlantar akibat konflik, yang juga mempengaruhi negara tetangga, Niger dan Mali.
FRANCE24 | SITA PLANASARI AQUADINI