JAKARTA - Lima kota mendapat hibah untuk pengembangan bus rapid transit (BRT) dari pemerintah Swiss, Inggris, dan Jerman. Total bantuan untuk Semarang, Bandung, Makassar, Batam, dan Pekanbaru tersebut senilai 21 juta atau sekitar Rp 326 miliar.
Dana hibah ini merupakan buah kerja sama Kementerian Perhubungan dengan Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ). Sejak 2017, kedua pihak mencari lima dari 25 kota yang siap diuji coba untuk membangun BRT.
Direktur Angkutan Jalan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Ahmad Yani, mengatakan pihaknya mengadakan pra-studi kelayakan BRT di kota-kota terpilih dan focus group discussion hingga April 2019. "Kementerian Perhubungan juga telah bertemu dengan calon donor pembangunan BRT, yaitu PT Sarana Multi Infrastruktur, Bank Dunia, Korean Eximbank, AFD, dan EIB, pada Maret 2019," ujarnya. Dana hibah ini akan dibagi untuk kelima kota sesuai dengan kebutuhan detail engineering design proyek BRT yang dicanangkan tiap kota.
Senior Governance Policy Advisor GIZ, Zulasmi, mengatakan dana hibah mayoritas akan dipakai untuk kajian pengembangan BRT. Sedangkan sisanya untuk pembangunan line atau jalur bus. Targetnya, proyek pengembangan BRT akan rampung pada 2022. "Kajian di level pemerintah daerah ini memang lama karena mereka akan menata ulang rute-rute bus yang saat ini sudah ada," tuturnya. Seandainya sukses, Zulasmi mengatakan, pemerintah Jerman tertarik memberikan dana talangan atau pinjaman.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan proyek ini sejalan dengan upaya pemerintah daerah menekan pertumbuhan kendaraan pribadi. Mode transportasi BRT juga tergolong paling efisien, baik dari sisi sistem angkutan maupun harga. "Kalau mode lain, seperti LRT, saya hitung butuh Rp 500 miliar per kilometer, MRT Rp 1 triliun per kilometer," kata dia.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA