maaf email atau password anda salah


Filantropi Islam Sebagai Solusi Pendanaan Iklim

Aneka instrumen dalam filantropi Islam dapat dikembangkan menjadi solusi pendanaan iklim. Potensinya besar.

arsip tempo : 171510417446.

Ilustrasi: Tempo/Kuswoyo. tempo : 171510417446.

BANJIR yang terjadi di Dubai, Uni Emirat Arab, menjadi pengingat bahwa bencana akibat perubahan iklim sudah dan makin sering terjadi. Contoh ini memperlihatkan betapa solusi untuk mengatasi perubahan iklim kian krusial. Sehingga kebutuhan pembiayaan berkelanjutan untuk solusi perubahan iklim menjadi isu yang mendesak.

Pada COP28 yang diselenggarakan di Dubai pada tahun lalu, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan angkat bicara soal pendekatan dalam pembiayaan iklim. Dia berpendapat bahwa model pembiayaan iklim yang berjalan saat ini memberikan beban besar bagi negara-negara global selatan seperti Indonesia. Terutama karena model ini menekankan pengembalian modal sebagaimana pendekatan "business as usual".

Keprihatinan itu cukup valid. Ada kebutuhan mendesak untuk mengeksplorasi metode yang lebih efektif dalam memobilisasi dana dari negara-negara global utara. Yakni metode yang dapat memfasilitasi perlindungan lingkungan sembari mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan di negara-negara global selatan. Karena itulah isu keadilan dalam kerangka iklim menjadi penting.

Di sisi lain, juga penting untuk mengidentifikasi pendekatan untuk mendiversifikasi dana dan pembiayaan iklim yang ada. Diversifikasi ini penting demi menciptakan fleksibilitas dalam mekanisme pembiayaan. Diversifikasi ini juga dapat memastikan sumber daya dialokasikan dengan tepat dan adil untuk mendukung solusi krisis iklim berkelanjutan dan berkeadilan.

Pendekatan Unik Filantropi Islam

Dalam situasi ini, filantropi Islam menawarkan pendekatan unik yang berakar pada prinsip-prinsip etis, nilai-nilai kemanusiaan, dan pendekatan kolektif. Dengan menyelaraskan prinsip-prinsip ini dengan upaya mitigasi dan adaptasi krisis iklim, filantropi Islam dapat memainkan peran penting dalam mengatasi kesenjangan pembiayaan dalam solusi iklim.

Badan Wakaf Indonesia (BWI), dalam Indeks Wakaf Nasional 2022, menyebutkan bahwa Indonesia memiliki potensi wakaf uang sebesar Rp 180 triliun (sekitar US$ 11,5 miliar) per tahun. Jumlah ini belum termasuk potensi wakaf lainnya, seperti tanah dan infrastruktur.

Dalam upaya memvalidasi kelayakan peluang ini, dan sebagai bukti konsep, Muslims for Shared Actions on Climate Solutions (Mosaic) memulai dua inisiatif: "Sedekah Energi" dan "Wakaf Hutan". Meskipun mengatasi tantangan yang berbeda, kedua inisiatif ini sama-sama menggunakan filantropi Islam untuk mendanai solusi iklim.

Sedekah energi merupakan inovasi dengan memanfaatkan dana sedekah untuk mendukung pemasangan panel surya (disebut "solarisasi") pada masjid. Selama dua bulan pilot project ini berjalan, lebih dari 5.000 individu berpartisipasi dalam memberikan sedekah.

Kontribusi mereka bervariasi, dari Rp 5.000 hingga Rp 1,5 juta per orang. Hal ini menunjukkan kesediaan masyarakat untuk mendukung solusi iklim dari berbagai status sosial ekonomi. Hasil ini sejalan dengan laporan World Giving Index yang menahbiskan Indonesia sebagai negara paling dermawan.

Selain mendanai proses pemasangan panel surya pada masjid, Mosaic memberikan pelatihan bagi masyarakat lokal dan pengelola masjid. Pelatihan ini diperlukan untuk memastikan mereka dapat memelihara atau memperluas panel surya pada masjid mereka dengan efektif, sehingga keberlanjutan proyek lebih terjamin.

Melalui dana sedekah, Mosaic berhasil memasang delapan panel surya dengan kapasitas masing-masing 535 WP, 2 unit inverter, dan 2 unit baterai. Infrastruktur ini mampu memenuhi 100 persen kebutuhan listrik untuk masjid yang melayani lebih dari 600 umat. Listrik yang dihasilkan juga berkontribusi pada kegiatan pendidikan di sekolah dan berbagai acara sosial masyarakat.

Dengan menerapkan model serupa, Mosaic menjalankan program wakaf hutan. Program ini berupa model pembelian atau pembebasan lahan untuk penghutanan kembali menggunakan dana wakaf. Tanah yang dialokasikan melalui wakaf harus tetap didedikasikan sesuai dengan akadnya, sehingga pelestarian hutan dapat berjalan selamanya.

Namun hambatan besar untuk model ini adalah perbedaan pendapat di antara pemimpin Islam mengenai penggunaan dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ziswaf). Meski ada ulama yang bersepakat bahwa dana ziswaf dapat digunakan untuk solusi iklim, beberapa ulama lain lebih ketat dalam penggunaan dana ini.

Mereka lebih berfokus pada penggunaan dana untuk penghapusan kemiskinan, pendidikan, dan isu sosial lainnya. Berdasarkan data Badan Wakaf Indonesia, kurang dari 5 persen dana wakaf yang sudah digunakan untuk mengatasi masalah iklim.

Distribusi Kekayaan dan Usaha Kolektif

Aspek penting dari filantropi Islam adalah penekanannya pada distribusi kekayaan yang adil. Hal ini sangat relevan dalam konteks dampak perubahan iklim, yaitu komunitas rentan yang secara tidak proporsional memikul beban kerusakan lingkungan.

Mekanisme filantropi Islam dapat memastikan investasi iklim memprioritaskan inisiatif yang langsung menguntungkan masyarakat terpinggirkan, serta mendorong pembangunan inklusif dan berkelanjutan.

Bukti konsep melalui sedekah energi juga menunjukkan kekuatan komunitas akar rumput untuk mendorong transisi energi yang adil dan berpartisipasi aktif dalam mewujudkannya. Bertentangan dengan persepsi umum yang menganggap transisi energi hanya merupakan ranah elite, program ini justru menunjukkan bahwa setiap orang mempunyai potensi untuk berkontribusi ketika diberi kesempatan.

Karena itu, diperlukan perhatian pemerintah untuk memprioritaskan partisipasi masyarakat lokal dalam upaya transisi energi. Dengan melakukan hal ini, kita dapat memastikan keberhasilan dan keberlanjutan solusi iklim yang tentunya harus juha berkeadilan.

Kolom Hijau merupakan kolaborasi Tempo dengan sejumlah organisasi masyarakat sipil di bidang lingkungan. Kolom Hijau terbit setiap pekan.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 7 Mei 2024

  • 6 Mei 2024

  • 5 Mei 2024

  • 4 Mei 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan