LOS ANGELES - Pau Gasol belum selesai bermain basket. Pemain veteran Asosiasi Bola Basket Nasional (NBA) itu mengatakan masih menantikan Olimpiade Tokyo yang akan menjadi penampilan pemungkasnya membela tim bola basket Spanyol di pentas dunia. Meski niatnya itu harus tertunda satu tahun lagi, Gasol tetap bertekad tampil ketika usianya nanti 41 tahun.
"Semakin tua semakin menggairahkan saya, menjadi orang yang sangat menantang dan selalu sangat ambisius," kata Gasol. "Saya ingin bermain di Olimpiade yang berpotensi menjadi turnamen terakhir saya."
Pengunduran waktu Olimpiade Tokyo pada 2021 justru membuatnya punya kesempatan untuk pulih dengan sempurna. Sebelumnya, ia harus absen membela Milwaukee Bucks pada sisa musim 2018/2019 karena menjalani operasi kaki kirinya yang retak pada Mei tahun lalu. Pada 25 Juli 2019, Gasol menandatangani kontrak dengan Portland Trail Blazers. Namun Blazers membebaskannya tanpa bermain membela tim.
"Sekarang saya memiliki lebih banyak waktu untuk pulih dari cedera, tapi saya harus bermain secara kompetitif untuk mencapai musim panas 2021 di tingkat tinggi dan dapat bersaing serta membantu negara saya. Itu bukan hal yang buruk," kata mantan bintang Los Angeles Lakers itu.
Pemain yang Juli nanti genap berusia 40 tahun tersebut memutuskan untuk terus mendorong kemampuan fisiknya agar dapat bersaing dalam Olimpiade, yang dijadwalkan digelar pada 23 Juli-8 Agustus 2021. Untuk mendapatkan hasil maksimal, ia mengatakan harus bermain di NBA musim depan yang sekaligus akan menjadi tahun ke-20 baginya.
"Tapi, pertama-tama, kembali ke prioritas nomor satu menjadi sehat dan memperhatikan bahwa kaki dan tulang sudah sembuh sepenuhnya serta dapat bertahan," kata Gasol. "Mencoba bermain ketika saya menginjak usia 40 tahun dan terlepas dari seberapa besar hati dan pikiran saya ingin terus bermain, tubuh saya juga harus bekerja sama di lapangan yang sama. Sekali lagi, banyak variabel saat ini."
Gasol tetap berpeluang menjadi motor bagi tim nasional Spanyol, meski ada banyak talenta muda yang ada dalam tim. Mental dan pengalamannya setelah membantu meraih dua medali perak dan sekali perunggu di Olimpiade akan meningkatkan motivasi skuad tim Matador.
Sampai saat ini, ia bisa dibilang salah satu pemain internasional terbaik dalam sejarah bola basket. Bagi tim bola basket Spanyol, ia punya peran besar dalam kesuksesan tim nasional itu, termasuk meraih Piala Dunia dan tiga kali meraih medali emas di Piala Eropa dan terpilih menjadi pemain terbaik (MVP) dua kali. Sayang, Gasol tidak ikut saat Spanyol menjuarai Piala Dunia 2019.
Dibesarkan dari keluarga medis--ibunya, Marisa, seorang dokter, dan ayahnya, Agusti, kepala perawat-Gasol semula bercita-cita menjadi dokter. Saat berusia 11 tahun, ia mendengar kabar bintang NBA Magic Johnson mengumumkan statusnya HIV-positif pada 1991. Saat itu ia bertekad menjadi dokter dan mencari obat untuk AIDS. Setelah lulus sekolah, ia pun mendaftar ke fakultas kedokteran di Universitas Barcelona. Namun takdir berkata lain, ia akhirnya lebih menekuni bola basket sebagai profesinya.
Pemain dengan tinggi badan 2,13 meter itu mengawali karier di Barcelona pada 1998 dan membawa klubnya menjuarai Liga ACB, Spanyol, pada 1999 dan 2001. Gasol kemudian hijrah ke Amerika Serikat dan bergabung dengan tim NBA Memphis Grizzlies pada 2001. Ia langsung menyedot perhatian hingga dinobatkan sebagai pemain pendatang baru terbaik atau Rookie of the Year 2002.
Pada 2008, Gasol teken kontrak dengan Los Angeles Lakers dan mengukir prestasi dengan dua gelar juara NBA (2009-2020). Selama kariernya, pemain kelahiran Barcelona itu telah membela beberapa klub NBA, meski hanya bersama Lakers ia meraih gelar juara dua kali.LATIMES | IBTIMES | NBCSPORT | NUR HARYANTO
Gasol Bertekad Bela Spanyol