JAKARTA - Pakar epidemiologi, Pandu Riono, menyarankan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menggelar tes cepat Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di permukiman padat Ibu Kota. Menurut dia, data DKI masih berfokus pada kelompok masyarakat yang berdomisili di permukiman menengah ke atas.
Pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia itu juga mengkritik jomplangnya angka pasien positif Covid-19 di daerah permukiman menengah ke atas dengan permukiman padat. "Informasi yang saya peroleh menyebutkan rapid test itu belum menyentuh kelompok masyarakat ekonomi rendah," kata Pandu kepada Tempo, kemarin. "Padahal, kalau sampai ada pasien positif di permukiman padat, penyebarannya akan sangat masif dan tak terkendali."
Berdasarkan Corona.jakarta.go.id, sebaran pasien Covid-19 masih didominasi wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk sedang dan rendah. Contohnya, 50 kasus di Sunter Agung yang berpenduduk 16,6 ribu jiwa per kilometer persegi serta 35 kasus di Kelapa Gading Barat dengan 7,5 ribu penduduk per kilometer persegi. Keduanya merupakan kelurahan di Jakarta Utara.
Sebaliknya, di Kalianyar, kelurahan di Tambora, Jakarta Barat, yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Jakarta dengan 95,6 ribu jiwa per kilometer persegi, hanya tercatat ada satu kasus. Adapun di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur, dengan kepadatan mencapai 65,1 ribu jiwa per kilometer persegi, belum ada satu pun yang teridentifikasi terjangkit virus corona. "Beberapa negara, seperti Singapura dan New York (Amerika Serikat), kewalahan saat Covid-19 meledak di permukiman padat," kata Pandu. "Ini juga rawan di DKI Jakarta."
Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia Slamet Budiarto menilai pemerintah harus segera menunaikan janji menggelar rapid test massal. Menurut dia, pemerintah pusat dan daerah harus memeriksa sedikitnya 1,5 juta spesimen dari lokasi-lokasi di peta sebaran Covid-19.
Dia menyatakan data sementara yang dikantongi pemerintah belum mampu memberikan gambaran utuh. "Kemampuan deteksi Covid-19 pemerintah hanya 0,1 persen, padahal angka kematian akibat corona sudah mencapai 8,8 persen," ujar Slamet. "Hasil tes swab butuh 10 hari. Lambatnya pemetaan ini akan terus menciptakan angka kematian yang tinggi."
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan DKI, Ani Ruspitawati, mengatakan tim gugus tugas penanganan Covid-19 sudah melakukan tes cepat terhadap 63.546 orang di Ibu Kota. Hasilnya, sekitar 3,7 persen atau setara 2.365 orang dinyatakan positif Covid-19.
Menurut dia, pelaksanaan rapid test memang masih memprioritaskan orang-orang yang masuk kategori paling rentan terjangkit virus corona, seperti petugas medis dan orang yang pernah berinteraksi dengan pasien Covid-19. "Secara pasif, pusat kesehatan masyarakat juga memeriksa (rapid test) pasien yang berobat," ucapnya.
Suharti, Deputi Gubernur DKI Bidang Pengendalian Kependudukan dan Permukiman, mengatakan pemerintah provinsi telah mengantisipasi penyebaran Covid-19 di permukiman padat. Menurut dia, penyebaran di wilayah tersebut sangat berbahaya karena sirkulasi udara yang buruk dan rapatnya jarak antar-individu. "Di sana tak mungkin ada fasilitas untuk isolasi mandiri di rumah," kata Suharti.
Hal itu yang mendorong DKI menyediakan ruang isolasi tingkat lingkungan. Sejak akhir Maret lalu, sejumlah gelanggang olahraga (GOR) dipersiapkan menjadi tempat karantina. Dinas Pendidikan juga mengusulkan 136 sekolah menjadi tempat isolasi mandiri bagi orang dalam pengawasan (ODP) dan orang tanpa gejala (OTG). FRANSISCO | DEWI NURITA | GANGSAR PARIKESIT | FRANSISCO ROSARIANS
Menakar Ancaman di Permukiman Padat