JAKARTA – Pemerintah terus berupaya mencari dan mengevakuasi korban banjir bandang, tanah longsor, dan angin kencang di Nusa Tenggara Timur. Evakuasi ini dilakukan di tengah cuaca ekstrem yang terjadi di sebagian besar wilayah yang dilanda bencana.
Dalam rapat terbatas, Presiden Joko Widodo memerintahkan jajarannya segera memenuhi kebutuhan pengungsi korban bencana di Nusa Tenggara Timur. Jokowi mengatakan bantuan sudah dikirim, tapi belum terdistribusi ke lokasi bencana lantaran cuaca ekstrem.
"Segera tangani dan penuhi kebutuhan para pengungsi. Meskipun saya tahu hari Minggu sudah beberapa dikirim ke NTT. Tapi, karena cuaca yang sangat ekstrem, bantuan itu belum bisa masuk ke lokasi," kata Jokowi, kemarin.
Presiden meminta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan pemerintah daerah segera mendata titik pengungsian untuk memastikan bantuan logistik tersalurkan kepada mereka. Jokowi juga memerintahkan untuk mempercepat evakuasi korban, mempercepat perbaikan infrastruktur yang rusak, serta menyediakan layanan kesehatan di lokasi bencana.
Mantan Wali Kota Solo ini meminta BNPB membangun dapur lapangan untuk memenuhi kebutuhan dasar pengungsi sekaligus kebutuhan bayi dan anak-anak, terutama ketersediaan air bersih serta fasilitas mandi, cuci, dan kakus. "Saya minta juga segera pulihkan jaringan listrik, telekomunikasi, Internet, distribusi logistik, dan BBM, sehingga bantuan dapat segera tersalurkan ke masyarakat yang menjadi korban bencana," ujarnya.
Sejumlah warga mencari barang di sebuah rumah yang hancur akibat diterjang banjir bandang di Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, NTT, 6 April 2021. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha
Bencana banjir bandang, tanah longsor, dan angin kencang melanda 11 kabupaten dan kota di Nusa Tenggara Timur, Ahad lalu. Bencana ini disebabkan oleh siklon tropis Seroja yang menerjang Nusa Tenggara Timur hingga Nusa Tenggara Barat. Kondisi terparah akibat banjir bandang terjadi di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Lembata, dan Kabupaten Alor.
Bah tersebut menyebabkan puluhan orang meninggal. Berdasarkan data BNPB hingga pukul 14.00 kemarin, sebanyak 117 orang ditemukan meninggal dan 146 orang luka-luka. Masih ada 76 orang lagi yang belum ditemukan dan dinyatakan hilang. Ratusan rumah, sawah, fasilitas umum, serta infrastruktur jalan dan jembatan luluh lantak akibat bencana ini. Total warga yang terkena dampak bencana mencapai 2.683 jiwa, yang tersebar di 11 kabupaten dan kota.
Di Flores Timur, tercatat 60 orang meninggal, 22 orang luka-luka, dan 12 orang hilang. Korban hilang paling banyak terdapat di Lembata, yang mencapai 44 orang. Di sini, sebanyak 98 orang luka-luka dan 28 orang ditemukan meninggal.
Wakil Bupati Flores Timur Agus Boli mengatakan jumlah korban yang berhasil ditemukan di Flores Timur lebih banyak. Hingga kemarin siang, ada 56 orang meninggal di Desa Nelelamadike, Kecamatan Ile Boleng. Lalu di Desa Waiwerang dan Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, ada enam orang meninggal.
"Jumlah korban yang lagi dalam pencarian di Desa Oyangbarang, Kecamatan Wotanulumado, sebanyak tiga orang; dan Waiwerang satu orang," kata Agus.
Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Marius Jelamu, mengakui penanganan korban banjir bandang di Adonara, Flores Timur, dan Lembata termasuk lambat. Kondisi itu terjadi karena cuaca buruk yang melanda wilayah yang terkena dampak bencana.
Marius mengatakan bantuan dan alat berat ekskavator belum sampai ke Adonara karena pihak syahbandar belum mengizinkan kapal atau perahu berlayar ke sana. Saat ini, pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah berkoordinasi dengan TNI dan Polri untuk mengevakuasi korban.
Menurut Marius, TNI akan mengerahkan lima kapal untuk menyalurkan bantuan. Satu kapal akan difungsikan sebagai rumah sakit terapung untuk menangani korban di Adonara dan Lembata. "Juga disiapkan pesawat Hercules dan helikopter untuk menurunkan bantuan bagi korban bencana," ujarnya.
Marius berharap kondisi cuaca segera membaik, sehingga alat berat dan bantuan bagi korban dapat secepatnya dikirimkan ke lokasi bencana. "Saat ini pencarian korban masih dilakukan seadanya karena alat berat masih terhambat pelayaran," kata dia.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati, mengatakan lembaganya berupaya secepat mungkin mencari dan mengevakuasi korban di berbagai titik. "Sesuai dengan arahan Presiden Jokowi untuk percepatan evakuasi, pencarian, dan penyelamatan korban yang belum ditemukan," kata dia di Jakarta, kemarin.
Raditya mengatakan, dalam proses pencarian korban, tim menemui kendala karena masih banyak material yang berserak akibat banjir bandang dan tanah longsor. Lembaganya juga sudah menyiapkan alat berat, tapi belum sampai ke lokasi bencana karena terhambat cuaca ekstrem.
Raditya menjelaskan, saat ini kondisi cuaca sudah membaik sehingga Syahbandar mulai membuka jalur untuk pengiriman bantuan lewat transportasi laut. "Tadi sudah bergerak kapal dari tempat lokasi ke Adonara sudah dikirimkan dan tim lapangan sudah bergerak," ucapnya.
Untuk menampung para korban yang terkena dampak, pemerintah lewat TNI membuka 20 posko dan dapur umum yang tersebar di berbagai desa. Bantuan yang dikirimkan antara lain makanan siap saji, masker, alat dan alas tidur, pakaian, kebutuhan bayi, serta kebutuhan kelompok rentan. "Dapur umum yang dipakai kondisinya baik dan jauh dari wilayah yang terkena dampak. Ada kantor kelurahan, gereja, kantor camat, sekolah, pasar," kata Raditya.
Adapun Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan alat berat untuk membantu evakuasi korban sudah disiapkan, tapi belum bisa dikirim ke Adonara dan Alor. Sedangkan untuk alat berat yang akan dikerahkan ke Lembata, pemerintah berupaya meminta bantuan kepada perusahaan kontraktor jalan. "Masih diupayakan oleh perusahaan untuk dimobilisasi dan dikerahkan ke sana," kata Doni.
Selain menyiapkan alat berat, kata dia, BNPB akan mengirim anjing pelacak tim SAR yang berpengalaman. Hari ini, satwa tersebut akan dikirim ke Lembata, Adonara, dan Alor. "Kami juga siapkan enam unit helikopter," ujar dia.