JAKARTA – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Suharso Monoarfa, mengatakan desain istana negara di ibu kota baru yang diumumkan Presiden Joko Widodo, pekan lalu, masih berupa gagasan awal. Menurut dia, pemerintah masih membuka peluang untuk arsitek ataupun kalangan lain yang ingin memberi masukan bagi desain istana negara.
Salah satu forum untuk menyampaikan aspirasi soal istana negara digelar pada Senin lalu. Saat itu, Bappenas berdiskusi dengan sejumlah organisasi dan kalangan profesional di bidang arsitektur, antara lain Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia (IALI), dan Green Building Council Indonesia (GBCI).
Suharso mengatakan proses desain istana terus bergulir dan dapat diperdalam bersama para ahli di bidang arsitektur dan perencanaan. “Saya berterima kasih sekali atas masukan dari rekan-rekan arsitek dan masyarakat luas. Kita pikirkan, bangunan burung garuda, secara arsitektur bagaimana atau secara security-nya. Kita bisa diskusikan,” ujar dia.
Menurut Suharso, pemerintah sudah menyelaraskan rancangan bangunan istana negara dengan materi Master Plan Ibu Kota Negara dan Urban Design Ibu Kota Negara. Dia menjamin aspek lingkungan menjadi elemen utama dalam pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur. "Semua hitungan dalam proses perencanaan dan rancangan ibu kota negara sudah kami perhitungkan. Prosesnya sudah mengikuti kaidah yang bisa diterima, dan paling penting tidak melanggar undang-undang," katanya.
Desain bertema “Nagara Rimba Nusantara” oleh Urban+ sebagai pemenang sayembara Ibu Kota Negara. urbanplus.co.id
Rancangan istana negara di ibu kota baru terungkap melalui video berdurasi 2 menit yang diunggah dalam media sosial Presiden Joko Widodo, Jumat pekan lalu. Dalam tayangan itu, Jokowi mengatakan salah satu usul pradesain bangunan ikonik ibu kota baru adalah istana negara karya pematung Nyoman Nuarta. Sosok burung garuda raksasa terlihat menjadi dinding latar yang menaungi bangunan istana tersebut. "Saya mengharapkan istana negara ini jadi kebanggaan bangsa sekaligus mencerminkan kemajuan bangsa," kata Jokowi.
Tayangan itu kemudian direspons oleh berbagai kalangan, antara lain para arsitek. Lima asosiasi profesi arsitek, yaitu IAI, GBCI, IARKI, IALI, serta Ikatan Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (IAP), mengkritik desain tersebut. "Bangunan istana negara yang berbentuk burung garuda atau burung yang menyerupai garuda merupakan simbol yang di dalam bidang arsitektur tidaklah mencirikan kemajuan peradaban bangsa Indonesia di era digital dengan visi yang berkemajuan, era bangunan emisi rendah, dan pasca-Covid-19," demikian pernyataan kelima asosiasi tersebut.
Kepada Tempo, Nyoman Nuarta selaku perancang bangunan tersebut menyatakan desain garuda dia pilih sebagai latar istana karena menggambarkan identitas Indonesia. "Ketika kita menyebut nama garuda, itu menggambarkan sebuah rumah besar (istana) bagi persaudaraan, persatuan, dan kerukunan hidup bersama," kata dia.
Nuarta mengaku terlibat dalam perancangan istana setelah diundang dalam sayembara yang digelar Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada 27 Februari 2020. Menurut dia, banyak arsitek yang diundang saat itu. “Saya diundang sebagai satu-satunya pematung. Di undangannya itu arsitek/ahli,” kata dia.
Pemerintah kemudian memberi waktu 12 hari untuk menyelesaikan 12 desain, termasuk istana negara. “Berat banget, tapi saya punya biro arsitek,” ujar Nuarta. Pemerintah kemudian memutuskan desain Nuarta yang akan dipakai sebagai konsep istana negara pada 29 Maret 2021. Setelah mendapat kepastian tersebut, Nuarta diberi waktu sebulan untuk menyelesaikan pradesain istana di ibu kota baru. “Kami sedang giat-giatnya membuat model dan sebagainya.”