JAKARTA – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah menguji coba flyover Tanjung Barat dan Lenteng Agung. Uji coba dua jalan layang memutar atau u-turn di Jakarta Selatan itu dilakukan selama tiga hari sejak Ahad lalu hingga hari ini.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Hari Nugroho mengatakan pembukaan sementara bagi publik itu dilakukan untuk mengetahui kekurangan proyek tersebut. “Setelah uji coba ini, akan diadakan evaluasi atas kekurangan pekerjaan yang ada di lapangan, seperti marka, rambu, dan kelengkapan jalan lainnya,” kata dia kepada Tempo, kemarin.
DKI membangun jalan layang Tanjung Barat dan Lenteng Agung masing-masing dengan dana Rp 191,2 miliar dan Rp 168,5 miliar. Kontrak pengerjaan flyover yang melintang di atas rel Commuter Line rute Bogor-Depok-Jakarta itu ditandatangani pada 30 September 2019.
Jalan layang Tanjung Barat dan Lenteng Agung dibangun dua arah atau double u-turn. Walhasil, jika dilihat dari atas, bentuk kedua flyover itu seperti tapal kuda.
Untuk memperindah tampilan jalan layang Lenteng Agung saat dilihat dari atas, pemerintah DKI bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jakarta melukis sejumlah atap rumah di sekitar lokasi. Lukisan atap rumah didesain dengan mengadopsi kesenian Betawi.
Jalan layang tapal kuda Tanjung Barat dan Lenteng Agung di Jakarta Selatan., Jakarta, 31 Januari 2021. TEMPO/M Taufan Rengganis
Hari mengatakan Dinas Bina Marga masih menyelesaikan pembangunan jembatan penyeberangan orang (JPO) di tengah flyover Tanjung Barat dan Lenteng Agung. Jembatan itu dibangun untuk memfasilitasi masyarakat yang ingin melintasi rel kereta. “Diharapkan pekerjaan JPO ini selesai dalam waktu dekat,” katanya.
Pekerjaan lain yang masih tersisa ialah penyelesaian sisi timur dan selatan flyover Tanjung Barat. Dinas masih perlu membebaskan lahan di tempat itu.
Menurut Hari, sejauh ini belum ditemukan adanya kendala saat uji coba flyover Lenteng Agung dan Tanjung Barat. Pembangunan dua jalan layang tapal kuda itu juga mendapat sambutan positif dari warga.
Setelah flyover Lenteng Agung dan Tanjung Barat dibuka untuk umum, kata Hari, perlintasan kereta di bawah jalan layang itu akan ditutup secara permanen. Sebab, tujuan pembangunan flyover tapal kuda tersebut adalah mengurai kemacetan dan meminimalkan kecelakaan antara pengendara dan kereta.
Pekerja, Hari melanjutkan, juga masih menyelesaikan flyover Cakung di Jakarta Timur. Jalan layang itu juga melintas di atas rel KRL rute Jakarta-Bekasi dan kereta jarak jauh.
Hingga kemarin, pengerjaan flyover Cakung telah rampung 96,5 persen. Adapun proyek yang dimulai sejak Oktober 2019 itu menelan dana hingga Rp 261 miliar. “Diharapkan bisa rampung secara keseluruhan pada Mei 2021,” katanya.
Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Selatan Budi Setiawan menuturkan kehadiran flyover Tanjung Barat dan Lenteng Agung bisa mengurangi kemacetan di dua perlintasan kereta itu. Sebab, pengendara yang hendak berputar arah tidak perlu tertahan akibat adanya kereta yang melintas saban 5 menit. “Waktu tempuh kendaraan yang berputar jadi lebih singkat,” ujarnya.
Adanya dua jalan layang tapal kuda itu, Budi melanjutkan, juga bisa mengurangi risiko kecelakaan di perlintasan kereta. Sebab, pengendara yang akan berputar bisa menggunakan flyover tersebut.
Peneliti dari Pusat Studi Perkotaan, Nirwono Joga, mengapresiasi langkah pemerintah DKI mengecat atap rumah warga di sekitar flyover Lenteng Agung. Namun yang menjadi catatan ialah pemeliharaannya karena lambat laun warna cat akan memudar termakan usia. “Siapa yang akan menanggung biayanya, tentu tidak bisa dibebankan ke pemilik rumah,” katanya.
GANGSAR PARIKESIT | IMAM HAMDI