JAKARTA – Penerapan pembatasan sosial berskala lokal (PSBL) tingkat rukun warga (RW) masih terganjal pembatasan mobilitas warga. Ketua Rukun Warga 01, Kelurahan Sunter Agung, Jakarta Utara, Aris Sunandar, mengatakan Gugus Tugas Penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) Sunter Agung kesulitan mengawasi lebih dari 13 ribu warga di enam rukun tetangga (RT) yang berada dalam zona merah.
Menurut dia, meski dibatasi, mayoritas warga di zona merah tersebut masih leluasa keluar-masuk wilayah tersebut untuk melakukan aktivitas harian. "Hanya orang-orang yang berada dalam ketentuan isolasi mandiri tak boleh keluar dari rumah," kata Aris kepada Tempo, kemarin.
Kata Aris, pengetatan yang bisa dilakukan Gugus Tugas adalah menutup sejumlah akses jalan kecil, sementara petugas keamanan berjaga selama 24 jam di jalan-jalan utama. Petugas akan memastikan warga mencuci tangan, menggunakan masker, dan menyebutkan keperluannya saat melintasi perbatasan wilayah.
Gugus Tugas juga mendapat bantuan dari anggota kepolisian dan TNI yang berpatroli keliling zona merah saat malam hari. "Ada satu jalur utama yang tak bisa ditutup karena menjadi akses umum warga sejumlah RW di Kelurahan Sunter Agung," kata dia.
Aris mengatakan, saat ini ada 25 warga di RW 01 Sunter Agung yang menjalani isolasi mandiri. Tiga warga di antaranya akan menjalani tes polymerase chain reaction (PCR) pekan ini karena sudah dua kali dinyatakan positif dalam pemeriksaan oleh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kecamatan Tanjung Priok. Namun, dia melanjutkan, seluruh warga yang tak boleh ke luar rumah tersebut belum mendapat bantuan dari Dinas Sosial DKI Jakarta. Pengurus lingkungan bersama lurah mengumpulkan sumbangan dari sesama warga untuk mereka yang menjalani isolasi mandiri. "Supaya semua sehat," ujar Aris.
Mayoritas warga RW 02 Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur, juga sudah berkegiatan secara normal. Warga RT 015, Sumiati, 35 tahun, mengatakan masih sering bertemu dengan tetangganya yang merupakan warga RT 03 dan 10, yang wilayah tempat tinggalnya ditetapkan berada dalam pengawasan ketat PSBL tingkat RW.
Para warga yang berstatus sehat atau tak terkena aturan isolasi mandiri, kata dia, tetap berinteraksi seperti biasa, termasuk belanja ke Pasar Ciplak, Jatinegara. "Bahkan banyak yang tak pakai masker, lalu berboncengan sepeda motor tiga orang," kata Sumiati.
Meski demikian, menurut Sumiati, sejumlah akses keluar-masuk RT 03 dan 10 telah ditutup dan dijaga petugas gugus tugas kelurahan bersama anggota kepolisian dan TNI. Wilayah tersebut masuk daftar 66 RW yang harus menjalani PSBL selama dua pekan karena munculnya dua kasus baru pada akhir masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) III awal bulan ini. "Sudah beberapa kali diadakan penyemprotan disinfektan di dua RT itu. Kelurahan juga mengumumkan akan ada rapid test terhadap 50 orang yang menjadi tetangga dari dua pasien positif yang isolasi mandiri di rumah,” ujar Sumiati.
Pengetatan akses masuk juga menjadi strategi andalan pelaksanaan PSBL tingkat RW di Kelurahan Krukut, Jakarta Utara. Lurah Krukut Ilham Nurkarim mengatakan petugas Gugus Tugas Covid-19 berjaga selama 24 jam di RT 10, RW 06, Krukut, yang menjadi zona merah. Menurut dia, seluruh akses keluar-masuk kawasan padat tersebut telah ditutup dengan pagar dan digembok, kecuali satu akses yang dijaga petugas.
Menurut dia, petugas Gugus Tugas tak memberikan izin kepada warga di luar RT 10 masuk ke wilayah tersebut. Kurir yang mengantarkan barang atau makanan juga harus menyerahkan paketnya di pos pemeriksaan tersebut. Kemudian petugas kemudian akan meminta warga penerima paket mengambil barang atau makanan di gerbang utama. "Tak ada yang boleh masuk," kata Ilham.
FRANSISCO ROSARIANS