JAKARTA – Soliditas partai pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin mendorong kemenangan mutlak Ahmad Riza Patria, calon wakil gubernur yang diusung Partai Gerindra, dalam pemungutan suara di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta. "Tentu setiap partai punya kebijakan dan pertimbangannya sendiri. Tapi kami (koalisi pemerintah) satu suara seperti yang terlihat dari hasil voting," kata Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di DPRD DKI Jakarta, Gembong Warsono, kepada Tempo seusai pemungutan suara, kemarin siang.
Dalam rapat paripurna, jumlah anggota DPRD yang mendapat hak suara hanya 100 orang setelah enam anggota Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) telat mengisi absensi. Berdasarkan hasil voting, Ahmad Riza memenangi kursi yang ditinggalkan oleh Sandiaga Salahuddin Uno itu dengan dukungan 81 suara. Sedangkan calon yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Nurmansjah Lubis, hanya mendapat 17 suara dan 2 suara dinyatakan tak sah.
Dari jumlah tersebut, Nurmansjah diperkirakan hanya mendulang suara dari rekan separtainya PKS memiliki 16 kursi di Kebon Sirih plus seorang anggota Dewan dari fraksi lain. Minus Fraksi PSI, suara yang diperoleh Riza diprediksi berasal dari total anggota DPRD dari koalisi Jokowi-Ma’ruf, yaitu 25 kursi Fraksi PDIP, 19 kursi Partai Gerindra, 7 kursi Partai NasDem, 6 kursi Partai Golkar, dan 5 kursi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Jumlah tersebut ditambah dengan dua fraksi non-pemerintah yang juga tak berkoalisi dengan PKS, yaitu Partai Demokrat dengan 10 kursi dan Partai Amanat Nasional (PAN) 9 kursi.
Meski kompak, Gembong membantah koalisi pemerintah pusat menjadi biang keladi mandeknya pemilihan calon Wakil Gubernur DKI saat PKS mengajukan dua kadernya, Ahmad Syaikhu dan Agung Yulianto. Proses pencalonan sempat tertatih bahkan berhenti total pada awal Agustus tahun lalu. "Intinya, PDIP memilih calon dengan ideologi yang dekat atau sama. Riza dan Partai Gerindra kurang-lebih masih sama. Nasionalis," kata dia.
Seusai pengajuan Riza dan Nurmansjah, pencarian DKI-2 relatif lebih lancar. Fraksi Gerindra, yang sebelumnya pasif, berbalik ikut dalam lobi mendesak anggota DPRD melanjutkan proses pemilihan per Januari lalu. Bahkan Wakil Ketua DPRD dari Fraksi Gerindra, M. Taufik, dikabarkan ikut mendorong pelaksanaan pemungutan suara cawagub di tengah ketatnya social distancing dan work from home untuk menekan pandemi Covid-19.
Meski membantah telah menjegal kader PKS, Prabowo Sunirman dari Fraksi Gerindra mengakui adanya dukungan partai koalisi Jokowi-Ma’ruf dalam proses kemenangan Riza. Dia menilai keberadaan Prabowo Subianto, ketua umum mereka, dalam pemerintahan Jokowi memberikan relasi politik yang baik di DPRD Jakarta. Namun, dia melanjutkan, kemenangan Riza tak hanya mengandalkan relasi koalisi. "Fraksi Gerindra itu lobi-lobi terus semua fraksi untuk Riza. Kami tak diam," ujar dia.
Kekalahan PKS, menurut pengamat politik dan pemerintahan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, menjadi bukti partai besutan Sohibul Iman tersebut tak memiliki rekan politik di Jakarta. Hasil ini juga menunjukkan bagaimana koalisi pemerintah juga semakin merambah ke tingkat daerah atau provinsi. "Tak ada yang spesial dari hasil pemilihan Riza sebagai wagub. Sudah diprediksi," kata dia.
Wakil Ketua DPRD dari Fraksi PKS, Abdurrahman Suhaimi, enggan berkomentar soal adanya kemungkinan main mata sehingga kadernya gagal merebut kursi DKI-2. Dia juga emoh bicara saat disinggung soal kesepakatan awal Gerindra yang menyerahkan jabatan wagub kepada PKS saat Sandiaga, yang merupakan Ketua Gerindra, maju sebagai calon wakil presiden pada Agustus 2018.
Dia sempat menyampaikan kekecewaannya saat DPRD memilih uji kelayakan dan kepatutan calon Wakil Gubernur DKI secara tertutup. Padahal tahapan tersebut dapat menunjukkan kualitas Nurmansjah kepada warga Ibu Kota. Toh, Suhaimi mengatakan fraksinya tetap mendukung Riza sebagai pendamping Gubernur Anies Baswedan. "Kalau bahasa agamanya, ‘sudah takdir’," ujar dia. IMAM HAMDI | TAUFIQ SIDDIQ