maaf email atau password anda salah


Mengapa Suhu Bumi Terus Meningkat

Pada tahun lalu, suhu bumi tercatat paling tinggi. Peneliti menyatakan ulah manusia lebih berpengaruh ketimbang El Nino.

arsip tempo : 172896405696.

Ilustrasi penggunaan AC secara masal. Unsplash. tempo : 172896405696.

Kita baru saja melepas 2023, yang tercatat sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah, yang ditandai dengan gelombang panas di Amerika Utara, Cina, dan Eropa. Rekor pemanasan global itu bakal berumur singkat karena suhu bumi pada 2024 diyakini lebih panas.

Sementara kehadiran El Nino menyulut gelombang panas, penelitian terbaru mendapati temuan bahwa penyebab utama suhu panas ekstrem adalah perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

Meski rekornya telah dicatat, tren kenaikan suhu bumi terus bertambah parah. Suhu panas ekstrem, yang dulu dianggap sebagai anomali cuaca, kini menjadi bagian dari pola cuaca. Situasi ini menuntut tindakan yang sistematis di segala lini agar dampak panas ekstrem tersebut dapat ditangani secara efektif.

Memasuki 2024, kelayakan hidup di lingkungan kita bergantung pada pilihan masyarakat dan tindakan pemerintah daerah untuk secepatnya beralih dari bahan bakar serta mengambil langkah-langkah perlindungan dari bahaya gelombang panas.

Seperti yang terlihat dalam COP28 di Dubai pada Desember lalu, berbagai hasil perudingan soal perubahan iklim terancam oleh banyaknya pelobi gas dan batu bara serta keengganan pemimpin COP28 terhadap pengurangan penggunaan bensin.

Aktivis iklim memprotes penggunaan bahan bakar fosil di Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP28), di Dubai, Uni Emirat Arab , 12 Desember 2023. Reuters/Thaier Al-Sudani

Ancaman Sunyi Gelombang Panas

Gelombang panas merupakan salah satu bencana yang paling mematikan, tapi terabaikan. Tak seperti angin topan atau gempa, gelombang panas tidak berwujud fisik sehingga membuat publik terbutakan akan bahayanya.

Informasi soal dampak yang keliru dan tertunda soal hawa panas menyulitkan tercapainya kesepakatan bersama soal risiko bencana tersebut terhadap fisik dan mental warga, termasuk peningkatan jumlah pasien rawat inap serta meninggal.

Definisi gelombang panas adalah terjadinya lonjakan suhu yang sangat jauh dari rata-rata temperatur di suatu wilayah. Kejadian ini sangat berkolerasi dengan lokasi. Gelombang panas di Cina, misalnya, sangat berbeda dengan gelombang panas di Kenya.

Para ahli cuaca memperhitungkan, pada 2024, rekor-rekor terburuk pada 2023 akan terlampaui, dengan konsentrasi populasi terbesar ada di Beijing, Cina; Eropa Tengah; dan Amerika Tengah. Wilayah yang relatif jarang penduduk, seperti Australia, Rusia, Afganistan, dan Papua Nugini, juga sangat mungkin terserang gelombang panas. 

Secara matematis, para ahli memprediksi sebanyak 6,1 miliar orang atau 76 persen penduduk bumi pernah merasakan gelombang panas pada 2030. Meskipun banyak negara berinvestasi dalam sejumlah penelitian soal gelombang panas, masih terdapat hambatan besar berupa minimnya pemahaman warga, terutama di lokasi rentan, soal bencana tersebut.

Tanpa adanya terobosan, sejumlah wilayah di Asia Barat tak lagi dapat dihuni serta gelombang panas ekstrem diperkirakan muncul di kawasan sub-Sahara di Afrika. Dampak kenaikan suhu global sangat besar, terutama bagi negara-negara Skandinavia yang beriklim dingin.

Lebih dari separuh penduduk dunia tinggal di kota. Urbanisasi diperkirakan meningkat hingga 70 persen pada 2050. Dengan semakin besarnya efek pulau panas perkotaan atau urban heat island, bangunan di kota-kota besar akan terasa lebih panas.

Ibarat Pedang Bermata Dua

Bagi banyak orang, penyejuk udara atau air conditioner (AC) adalah solusi untuk menangkal hawa panas. Namun, pada kenyataannya, AC hanyalah solusi tambal sulam yang memperburuk risiko kerusakan iklim. Selain memproduksi emisi gas rumah kaca, AC berisiko mengganggu jaringan energi lokal dan membuat banyak listrik byar-pet selama masa gelombang panas.

Hitung-hitungan para ahli mendapati bahwa porsi AC dalam penggunaan listrik harian di rumah bisa mencapai 40 persen dalam beberapa dekade mendatang. Angka itu dapat meningkat, mengingat tingginya penjualan AC di India, Cina, dan ASEAN. Komitmen bersama COP28 dapat meningkatkan teknologi dan regulasi soal penyejuk udara.

Ilustrasi penggunaan penyejuk ruang di rumah. TEMPO/ Nita Dian

Ironisnya, mereka yang terkena dampak perubahan iklim sering kali tak mampu membeli AC. Lantas, bagaimana caranya menangkal suhu ekstrem? Penelitian menunjukkan bahwa mendinginkan tubuh adalah strategi yang lebih tepat dibanding mendinginkan udara. Salah satu cara yang efektif menangkal suhu panas ekstrem adalah menyelimuti badan dengan handuk basah, lalu menyalakan kipas angin.

Mempersiapkan Masa Depan yang Lebih Panas

Pada tahun baru ini, mengatasi tantangan dari peningkatan suhu panas butuh pendekatan berlapis di tingkat masyarakat dan komunitas. Komitmen negara untuk menghapus penggunaan bahan bakar fosil perlu kita dukung dari lingkup terkecil.

Keluarga dapat menerapkan strategi penangkal hawa panas di rumah. Misalnya menutup jendela dan gorden pada waktu siang. Juga kewajiban banyak minum air putih untuk menghindari dehidrasi. 

Desain rumah yang berkesinambungan, pengaturan waktu kerja di luar rumah, dan jadwal kunjungan rutin ke tetangga yang termasuk kelompok rentan merupakan contoh strategi penangkalan hawa panas di level komunitas.

Pada skala yang lebih luas, kota perlu menerapkan strategi aksi yang lebih terencana. Dari unit reaksi cepat korban gelombang panas, fasilitas pendingin komunal, hingga pengaturan waktu kerja di luar rumah. Perubahan jangka panjang meliputi inisiatif penghijauan kota, pengaturan bangunan dengan desain peredam panas, dan kampanye kesadaran warga. 

Di tingkat nasional, strategi negara mencerminkan sulitnya komunitas global mengidentifikasi dampak pemanasan iklim. Cina menanggapi pemadaman listrik akibat gelombang panas dengan membangun lebih banyak pembangkit listrik tenaga uap dari batu bara. Sementara itu, Amerika Serikat tak menganggap gelombang panas sebagai bencana meski menelan banyak korban jiwa.

Minimnya kebijakan yang jelas soal suhu panas ekstrem menunjukkan perlunya perubahan paradigma dalam mengenali dan mengatasi ancaman perubahan iklim.

Warga berjalan di tengah cuaca terik di kawasan Bundaran HI, Jakarta. .ANTARA/FAUZAN

Ketimpangan Global dan Proyeksi Masa Depan

Peningkatan siklus panas akan membawa dampak yang sangat besar bagi masyarakat dunia. Adapun mereka yang bukan penyebab masalah perubahan iklim akan menjadi pihak yang terkena dampak paling parah. 

Penelitian menyatakan bahwa, dalam 80 tahun, wilayah tropis bisa mengalami panas ekstrem saban hari. Frekuensi itu meningkat pesat dari gelombang panas tahunan yang dialami wilayah beriklim sedang saat ini. 

Periode kemunculan suhu panas ekstrem tidak lagi jarang dan tiba-tiba. Satu-satunya cara mencegahnya menyebar di berbagai sudut dunia adalah tindakan bersama, dari tingkat keluarga, komunitas, negara, sampai internasional. 

---

Artikel ini ditulis oleh Hannah Della Bosca, kandidat doktor dan asisten peneliti di Sydney Environmental Institute, Australia. Terbit pertama kali dalam bahasa Inggris di 360info dan diterjemahkan oleh Reza Maulana dari Tempo.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 15 Oktober 2024

  • 14 Oktober 2024

  • 13 Oktober 2024

  • 12 Oktober 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan