maaf email atau password anda salah


Krisis Iklim Sama dengan Krisis Kesehatan

Untuk pertama kali dalam COP28, konferensi iklim mencakup Hari Kesehatan. Pengakuan bahwa krisis iklim memicu krisis kesehatan.

arsip tempo : 171469946528.

Kebakaran hutan di Gunung Merbabu, Boyolali, Jawa Tengah, 28 Oktober 2023. ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho. tempo : 171469946528.

Sepanjang tahun ini, bencana akibat krisis iklim muncul di berbagai belahan dunia. Dari kebakaran hutan dan lahan terparah sepanjang sejarah di Kanada, sampai krisis kemanusiaan akibat banjir di Derna, Libya. 

Krisis iklim telah membawa dampak pada jutaan jiwa: menyebabkan kematian, cedera, dan gangguan kesehatan mental; sekaligus menghancurkan tempat tinggal, mata pencarian, sarana kesehatan, serta infrastruktur vital, seperti listrik, transportasi, dan komunikasi.

Saat ini tak ada keraguan lagi bahwa krisis iklim juga merupakan krisis kesehatan. Maka, ketika para pemimpin dunia berkumpul di Dubai, Uni Emirat Arab, dalam konvensi iklim COP28 mulai 30 November hingga 12 Desember mendatang, mereka juga akan membahas cara mengatasi masalah turunan dari kerusakan lingkungan, yaitu isu kesehatan.

Negara-negara maju, pihak yang paling berperan dalam kenaikan suhu global, sering kali tak mengakui dampak kesehatan yang diderita warganya. Apalagi implikasi yang muncul di luar negara mereka. Negara-negara yang kesehatan warganya paling terkena dampak perubahan iklim adalah negara berpendapatan rendah dan menengah.

COP adalah konferensi antar-pihak dalam Konvensi Rangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC). COP28 merupakan pertemuan pertama yang menggelar "Hari Kesehatan" secara khusus. Agenda itu berupa pertemuan tingkat menteri yang diselenggarakan bersama oleh presidensi COP28, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan Kementerian Kesehatan Uni Emirat Arab. Pertemuan ini didukung sejumlah negara, seperti Brasil, Mesir, Belanda, Sierra Leone, India, Fiji, Jerman, Kenya, Amerika Serikat, dan Inggris.

Lebih dari 50 menteri kesehatan dijadwalkan hadir bersama rekan-rekannya dari kementerian keuangan dan lingkungan hidup. Tujuan pertemuan itu adalah membangun konsensus soal kebijakan prioritas dan investasi dalam sistem kesehatan. Juga untuk mendapatkan komitmen para donor bidang kesehatan dan lingkungan hidup guna memperoleh dana implementasinya. Inisiatif khusus di bidang kesehatan ini perlu didorong, tapi jangan sampai membuat sektor-sektor yang bertugas menjaga kesehatan dan kesejahteraan warga mengabaikan tugasnya.

Polusi udara di Jakarta, 11 Agustus 2023. TEMPO/Hilman Fathurrahman W.

Di tengah momentum untuk aksi penanggulangan perubahan iklim, terdapat sejumlah tantangan besar, terutama bagi negara dengan sumber daya terbatas dan kerap dilanda kerusuhan. Sekalipun setiap negara telah berkontribusi untuk membatasi kenaikan temperatur maksimal 1,5 derajat Celsius serta target jangka panjang soal nol emisi karbon tercapai, suhu bumi tetap akan naik 1,7 hingga 2,1 derajat Celsius pada abad ini.

Kondisi ini akan menyulut risiko kesehatan secara luas. Untuk menghindarinya, setiap negara perlu segera memperkuat dan melaksanakan semua komitmen iklim mereka.

Inventarisasi global pertama tentang progres pelaksanaan Perjanjian Paris akan berlangsung dalam COP28. Evaluasi itu meliputi pengurangan emisi, adaptasi iklim, pendanaan, dampak sosial-ekonomi, serta upaya pengurangan dan respons terhadap kehilangan dan kerusakan. Semua hal itu berkaitan dengan kesehatan manusia. 

Memasukkan dampak kesehatan dalam inventarisasi ini akan membantu terlihatnya akibat ketiadaan tindakan kolektif soal krisis iklim terhadap manusia. Inventarisasi ini juga akan menunjukkan bahwa manfaat kesehatan dari perekonomian hijau lebih besar daripada biaya penanggulangan bencana.

Perubahan iklim yang dapat mengancam kesehatan manusia bisa dibagi secara langsung dan tak langsung—lewat kerusakan alam yang berpengaruh pada sistem kesehatan manusia. Contohnya, kebakaran hutan dan lahan secara langsung dapat membuat warga di sekitar lokasi terkena luka bakar ataupun banyak menghirup asap hingga mengakibatkan kematian.

Namun dampak kesehatan yang lebih besar dari kebakaran hutan dan lahan terjadi secara tak langsung, baik dalam lingkup lokal maupun jarak jauh. Risikonya meliputi polusi udara akibat asap yang menyebabkan kerusakan paru-paru dan jantung, pencemaran sumber air dan lahan pertanian, serta gangguan sumber energi, komunikasi, layanan kesehatan, dan infrastruktur lain.

Ada juga gangguan kesehatan mental akibat kehilangan teman dan keluarga, tetangga, rumah tinggal, mata pencaharian, serta harapan di masa depan. Gangguan tersebut tak hanya terjadi pada masyarakat yang terkena langsung dampak kebakaran lahan, tapi juga memicu kecemasan akan keamanan lingkungan pada masyarakat umum.

Meningkatnya kesadaran ihwal kaitan kesehatan masyarakat dengan kesehatan bumi tecermin lewat berbagai inisiatif, seperti Aliansi WHO untuk Aksi Transformatif tentang Iklim dan Kesehatan. Inisiatif ini mendukung negara-negara untuk membangun sistem kesehatan yang dapat mengatasi dampak perubahan iklim, termasuk mempertahankan fungsi layanan kesehatan selama dan pasca-terjadinya cuaca ekstrem. Lebih dari 70 negara ikut dalam aliansi itu.

Krisis air bersih di permukiman kawasan Tajur, Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 7 September 2023. TEMPO/Tony Hartawan

Banyak negara telah menyadari kaitan aksi iklim dengan kesehatan manusia. Sebanyak 91 persen dari negara-negara anggota setidaknya punya beberapa referensi kesehatan dalam laporan kontribusi nasional. Referensi tersebut seputar penanggulangan dampak kesehatan akibat perubahan iklim, manfaat kesehatan dari gaya hidup rendah emisi karbon, atau pembiayaan sektor kesehatan dan lingkungan hidup.

Namun hanya 29 persen dari negara-negara anggota yang telah mengalokasikan anggaran untuk kesehatan dalam hal perubahan iklim pada laporan kontribusi mereka. Terdapat ketimpangan anggaran yang besar dalam kerja sama internasional soal kesehatan dan iklim.

Dunia membutuhkan upaya segera yang efektif dan merata untuk melindungi kesehatan serta kesejahteraan generasi sekarang dan yang akan datang. Peralihan ekonomi tanpa karbon dengan mengganti bahan bakar fosil merupakan jalan keluar untuk menghindari dampak terburuk perubahan iklim bagi kesehatan.

Negara-negara industri, yang emisinya paling banyak menyulut perubahan iklim, perlu kebagian tanggung jawab terbesar dalam pengurangan emisi mereka sendiri serta mendukung negara berpendapatan rendah mengembangkan ekonomi yang berkelanjutan. 

Menjamin kesehatan warga, baik fisik maupun mental, perlu dikedepankan dan menjadi pusat kerja negara ihwal perubahan iklim. Upaya-upaya tersebut termasuk mempersiapkan masyarakat dan sistem kesehatan supaya lebih siap menghadapi dampak krisis iklim, sambil memastikan manfaat kesehatan dari transisi hijau dapat diakses semua orang.

Guna mewujudkan daftar keinginan tersebut dibutuhkan anggaran untuk membuat bangunan, pelayanan, hingga rantai pasokan yang lebih tangguh. Juga untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan. Fokus COP28 soal kesehatan dapat menjadi stimulus awal untuk meningkatkan investasi di bidang itu.

---

Artikel ini ditulis oleh Angie Bone, Karin Leder, Tin Tin Su, dan Tony Capon dari Monash University. Terbit pertama kali dalam bahasa Inggris di 360info dan diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Reza Maulana dari Tempo.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 3 Mei 2024

  • 2 Mei 2024

  • 1 Mei 2024

  • 30 April 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan