DHAKA – Para pegiat hak asasi manusia mendesak Bangladesh untuk menghentikan rencana relokasi ribuan pengungsi Rohingya ke Bhasan Char, pulau rawan banjir di Teluk Bengal. Para pegiat menilai para pengungsi baru bisa direlokasi jika semua masalah hak asasi dan kemanusiaan warga Rohingya diselesaikan.
"Otoritas berwenang harus segera menghentikan relokasi lebih banyak pengungsi ke Bhashan Char," ujar juru bicara Amnesty International kawasan Asia Selatan, Saad Hammadi, dalam pernyataannya, kemarin. “Ini menimbulkan keprihatinan besar tentang pemantauan hak asasi manusia secara independen.”
Fortify Rights Group, kelompok advokasi Refugees International yang berbasis di Amerika Serikat, mengatakan bahwa rencana relokasi itu "berpandangan pendek dan tidak manusiawi". "Bangladesh harus menghentikan proses relokasi yang terburu-buru ini," kata Ismail Wolff, direktur regional Fortify Rights. "Tidak ada satu pun pengungsi yang boleh dipindahkan sampai semua masalah kemanusiaan diselesaikan dan relokasi dilakukan berdasarkan persetujuan yang dijamin."
Bangladesh mulai merelokasi ribuan pengungsi dari kamp pengungsi di Cox's Bazar di Kutupalong, perbatasan Bangladesh-Myanmar. Pejabat Bangladesh mengatakan 400 pengungsi gelombang pertama dari total 2.500 orang dibawa pada Kamis malam ke Pulau Bhasan Char. Relokasi memakan waktu beberapa jam, bergantung pada air pasang. Polisi mengawal perjalanan para pengungsi yang dibawa menggunakan 10 bus dari Ukhiya di Cox's Bazar ke Pelabuhan Chittagong dan kemudian ke Bhasan Char, pulau rawan banjir di Teluk Bengal yang muncul dari laut 20 tahun lalu.
Eksodus ini bermula dari sekitar 730 ribu warga Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar pada 2017. Warga Rohingya terpaksa melarikan diri lantaran adanya aksi kekerasan militer Myanmar yang menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dilakukan dengan tujuan genosida. Myanmar membantah melakukan genosida dan mengatakan pasukannya membidik pemberontak Rohingya yang menyerang pos polisi. Warga Rohingya kabur dan bermukim di kamp pengungsi di Kutupalong.
Otoritas Bangladesh mengatakan relokasi para pengungsi tersebut mengurangi kepadatan yang kronis di kamp-kamp yang selama ini menampung lebih dari 1 juta warga Rohingya. Relokasi itu, menurut mereka, merupakan tindakan sukarela. Wakil Pejabat Pemerintah Bangladesh, Mohammed Shamsud Douza, yang bertanggung jawab atas pengungsi menjelaskan bahwa perumahan telah dibangun untuk 100 ribu orang. Otoritas yang berwenang ingin memindahkan mereka selama musim kemarau pada November-April ketika laut tenang. “Kami tidak akan memaksa siapa pun untuk pergi ke sana,” ujar Douza melalui telepon.
Omar Faruq, pemimpin Rohingya, mengatakan bahwa pulau itu "benar-benar indah" dengan fasilitas yang lebih baik daripada di kamp pengungsian. Kelompoknya menyatakan siap untuk pergi, tapi kebanyakan orang tidak mau pergi ke sana. “Kami tidak ingin menjalani kehidupan seperti penjara yang terisolasi,” ujar Nurul Amin, salah satu pengungsi Rohingya yang namanya tidak ada dalam daftar.
REUTERS | AL JAZEERA | SUKMA LOPPIES