WASHINGTON – Amerika Serikat menolak klaim Cina atas sumber daya alam di sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan. Sikap Amerika itu dianggap Cina sebagai upaya menabur perselisihan antara Beijing dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo menyatakan bahwa Cina tidak memiliki dasar hukum yang koheren atas ambisinya di Laut Cina Selatan. Menurut dia, Cina selama bertahun-tahun telah mengintimidasi negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. “Klaim Beijing atas sumber daya lepas pantai di sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan sepenuhnya melanggar hukum, seperti kampanye pengendalian yang mereka lakukan,” ujar Pompeo dalam keterangannya, kemarin.
Amerika telah lama menentang klaim teritorial Cina di Laut Cina Selatan. Washington secara teratur mengirim kapal perang melalui jalur strategis untuk menunjukkan kebebasan navigasi. “Dunia tidak akan membiarkan Beijing memperlakukan Laut Cina Selatan sebagai kerajaan maritimnya,” ucap Pompeo.
Klaim Cina atas 90 persen kawasan Laut Cina Selatan yang kaya energi didasari latar belakang sejarah—dikenal dengan istilah nine dash line atau sembilan garis putus-putus. Beijing menegaskan klaim tersebut dengan membangun pangkalan-pangkalan di atas atol di wilayah itu. Namun sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara, seperti Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam, juga mengklaim sebagian kawasan Laut Cina Selatan, dengan sekitar US$ 3 triliun perdagangan melalui jalur ini setiap tahun.
Pernyataan Amerika itu mendukung putusan empat tahun lalu di bawah Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Hukum Laut. Pengadilan Arbitrase Internasional pada Juni 2016 memenangkan Filipina atas sebagian wilayah Laut Cina Selatan yang diklaim Cina. Juru bicara kepresidenan Filipina, Harry Roque, mengatakan klaim di wilayah itu harus diselesaikan sesuai dengan Konvensi. “Posisi kami di sini adalah mengejar kepentingan nasional. Penyelesaian Laut Cina Selatan harus sesuai dengan hukum,” kata dia.
Jepang juga menuduh Cina mendorong klaim teritorial Laut Cina Selatan selama masa pandemi. Buku putih yang disetujui oleh Perdana Menteri Abe Shinzo menggambarkan intrusi “tanpa henti” di dekat sekelompok pulau di Laut Cina Timur. “Cina terus berupaya mengubah status quo di Laut Cina Timur dan Laut Cina Selatan,” demikian bunyi buku putih pertahanan yang disetujui pemerintah Perdana Menteri Abe itu, kemarin.
Buku putih pertahanan tersebut menggambarkan intrusi tanpa henti di perairan sekitar gugusan pulau yang diklaim oleh kedua negara di Laut Cina Timur, yang dikenal sebagai Senkaku di Jepang dan Diaoyu di Cina. Jepang juga melihat Cina sebagai ancaman yang lebih serius dibanding Korea Utara yang bersenjata nuklir. Beijing sekarang menghabiskan dana empat kali lebih banyak dibanding Tokyo untuk pertahanan saat memperluas dan memodernisasi militernya.
Menanggapi hal tersebut, Kedutaan Besar Tiongkok di Washington mengatakan pernyataan yang dikeluarkan Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo sengaja mengubah fakta. Cina juga menuding Amerika mengabaikan upaya Tiongkok untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan.
“Amerika Serikat bukan negara yang terlibat langsung dalam perselisihan. Namun pihaknya terus mencampuri masalah ini,” ujar Kedutaan dalam situs webnya. “Dengan dalih menjaga stabilitas, bukannya meredakan suasana, mereka malah membangkitkan ketegangan dan memicu konfrontasi di wilayah tersebut.”
Zhu Feng, Direktur Pusat Studi Laut Cina Selatan di Universitas Nanjing, mengatakan pernyataan Pompeo itu merupakan perubahan besar dalam kebijakan terkait dengan Laut Cina Selatan. “Kali ini Amerika menjadi hakim atau wasit. Hal ini akan membawa ketidakstabilan dan ketegangan baru.” Zhu menyarankan agar Cina tidak terlalu bereaksi dalam menanggapi hal tersebut. Menurut dia, kebijakan Amerika terhadap Cina saat ini didorong oleh pemilihan periode kedua Presiden Donald Trump pada November mendatang. “Kebijakan Trump terhadap Cina saat ini gila,” kata Zhu. “Dia menjadikan masalah Cina sebagai topik paling penting untuk pemilihannya demi menutupi kegagalannya dalam mencegah epidemi dan mengalihkan perhatian publik.”
REUTERS | AL JAZEERA | TIME | BBC | SUKMA LOPPIES
Perseteruan Amerika-Cina di Laut Cina Selatan Memanas