BRUSSELS - Sejumlah pemimpin dunia menggalang dana untuk pengembangan vaksin virus corona atau Covid-19. Dalam konferensi internasional tentang penggalangan dana global melawan virus corona yang diprakarsai Komisi Eropa pada Senin lalu itu, para pemimpin dunia menjanjikan dana 7,4 miliar euro atau sekitar Rp 121 triliun.
"Hanya dalam beberapa jam, kami secara kolektif berjanji mengumpulkan 7,4 miliar euro untuk vaksin, diagnostik, dan pengobatan Covid-19. Ini akan membantu dimulainya kerja sama global yang belum pernah terjadi sebelumnya," ujar Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, setelah memimpin pertemuan secara online, kemarin.
Ursula mengatakan pengumpulan dana dari pemerintah dan dermawan di seluruh dunia tidak hanya membantu mengembangkan vaksin. Langkah-langkah tersebut juga memastikan vaksin ini tersedia secara universal dengan harga terjangkau. "Langkah cepat hari ini adalah awal yang baik untuk maraton kami," ujar dia.
Penggalangan dana diselenggarakan oleh Komisi Eropa dan beberapa negara yang tergabung dalam negara kelompok industri atau G20, seperti Jerman, Norwegia, Prancis, Inggris, Italia, Jepang, dan Arab Saudi. Cina, negara yang diketahui sebagai tempat awal ditemukannya virus corona, hadir dalam pertemuan secara daring tersebut. Namun Amerika tak hadir dan tidak mengirim perwakilan.
Amerika tidak memberikan penjelasan resmi ihwal alasan ketidakhadirannya dalam penggalangan dana yang dipimpin Uni Eropa tersebut. Seorang pejabat senior dari pemerintahan Presiden Amerika Donald Trump mengatakan Washington sudah menjadi "pemimpin global dalam bantuan luar negeri untuk Covid-19". Gedung Putih menyambut baik upaya Uni Eropa untuk mendapatkan pendanaan. "Banyak organisasi dan program konferensi yang berjanji untuk mendukung ini sudah menerima dana dan dukungan yang sangat signifikan dari pemerintah Amerika dan sektor swasta," kata pejabat Amerika itu tanpa menyebutkan nama.
Presiden Trump, sebagaimana diketahui, berselisih paham dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam beberapa pekan terakhir. Trump mengancam akan membekukan dana untuk WHO. Amerika sendiri menyumbang lebih dari US$ 400 juta per tahun. Trump menuduh WHO bertindak terlalu lambat dan tidak memaksa Cina untuk bertanggung jawab atas penyebaran pandemi corona.
Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg menyesali absennya Washington dalam penggalangan dana tersebut. "Sangat disayangkan Amerika bukan bagian dari ini. Ketika berada dalam krisis, Anda mengelolanya, tapi melakukannya bersama-sama dengan orang lain," ujar Solberg.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan telah beberapa kali berdiskusi dengan Amerika sebagai negara mitranya. "Saya yakin Amerika pada akhirnya akan berkomitmen untuk dinamika ini karena hal itu merupakan jalan masa depan dunia," ujar Macron.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, yang baru sembuh dari Covid-19, mengatakan pencarian vaksin merupakan upaya bersama yang paling mendesak. Dia menyerukan adanya perisai yang tidak dapat ditembus di sekitar kita.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memuji penggalangan dana dalam sebuah briefing virtual di Jenewa itu. Dia menyatakan rasa terima kasihnya melalui Twitter kepada setiap negara yang menyumbang. "Ini merupakan aksi yang kuat dan menginspirasi solidaritas global," kata dia. "Virus ini akan bersama kita untuk waktu yang lama. Kita harus bersama-sama mengembangkan dan berbagi alat untuk mengalahkannya."
DEUTSCHE WELLE | REUTERS | ASSOCIATED PRESS
Para Penyumbang
1. Komisi Eropa: 1 miliar euro
2. Prancis: 500 juta euro
3. Jerman: 525 juta euro
4. Norwegia: US$ 1 miliar
5. Italia: 100 juta euro
6. Spanyol: 125 juta euro
7. Swiss: 378 juta euro
8. Belanda: 192 juta euro
Bermasker dan Berjarak Saat Melonggarkan Lockdown
ITALIA merupakan satu di antara banyak negara yang secara tentatif melonggarkan kebijakan lockdown (karantina) yang diterapkan sebagai dampak pandemi corona. Negara di Eropa yang paling parah terkena dampak corona itu memungkinkan sekitar 4,5 juta orang kembali bekerja setelah hampir dua bulan bekerja dari rumah. Pekerjaan konstruksi dapat dilanjutkan dan kerabat dapat bersatu kembali. "Saya bangun pukul 05.30, saya sangat gembira," ujar Maria Antonietta Galluzzo. Dia membawa cucunya yang berusia 3 tahun berjalan-jalan di taman Villa Borghese di Roma. Ini pertama kalinya mereka bertemu setelah delapan minggu tak bersua.
Spanyol, Portugal, Belgia, Finlandia, Nigeria, India, Malaysia, Thailand, Israel, dan Libanon juga termasuk negara-negara yang membuka kembali berbagai pabrik, lokasi konstruksi, taman, salon, dan perpustakaan. Biro statistik Italia menyatakan bahwa dapat diasumsikan 11.600 kematian lebih lanjut adalah orang-orang yang meninggal karena Covid-19 tanpa diuji.
Meski lockdown secara tentatif mulai dilonggarkan, sebagian besar toko masih harus tutup hingga 18 Mei mendatang. Sementara itu, sekolah, bioskop, dan teater tetap ditutup tanpa batas waktu. "Senang bisa kembali, tapi dunia telah benar-benar berubah," kata Gianluca Martucci, sambil menarik daun jendela. Dia berbisnis katering di jalan-jalan belakang Kota Roma. "Saya khawatir kita memulai sedikit terlalu cepat. Saya tidak tahu apakah negara ini bisa selamat dari gelombang kedua."
Di Spanyol, sejumlah salon dan toko secara tentatif dibuka. Petugas dan relawan Palang Merah membagikan masker di stasiun metro Madrid. Warga diwajibkan memakainya di sarana transportasi umum. Langkah-langkah bertahap serupa juga dilakukan di negara-negara lain, dari Portugal, Belgia, India, hingga Israel.
Di Beirut, restoran mulai dibuka kembali, tapi kursi dan meja ditempatkan secara berjarak. Restoran diizinkan buka dengan jumlah pengunjung kurang dari 30 persen dari hari-hari biasa. Orang-orang di seluruh dunia mulai menyesuaikan diri dengan "new normal".
REUTERS | SUKMA LOPPIES