ROMA - Para pemimpin Eropa berjuang mencari respons terpadu atas virus corona baru setelah Italia kemarin menjadi negara pertama di Benua Biru yang mengumumkan karantina secara nasional sejak Perang Dunia II.
Pada Senin malam lalu waktu setempat, Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte meneken dekret yang memerintahkan 60 juta warganya berada di rumah masing-masing hingga 3 April mendatang. Sekolah dan universitas ditutup selama tiga pekan.
Selain itu, Italia melarang seluruh pertemuan publik, seperti pernikahan dan pemakaman, hingga penundaan pertandingan sepak bola Seri A. Langkah-langkah untuk memperluas zona karantina dilakukan oleh pemerintah Italia, di mana sebelumnya dilakukan di wilayah Lombardia, termasuk Milan dan Venesia.
"Perjalanan harus dihindari di seluruh semenanjung, kecuali karena alasan profesional, karena kebutuhan, atau karena alasan kesehatan," kata Conte dalam pidato pengumuman melalui siaran stasiun televisi nasional Italia, yang dilansir France 24, kemarin.
Langkah itu ditujukan untuk mengendalikan penyebaran virus corona jenis baru, di mana kasus infeksi terus bertambah. Namun keputusan ini memicu kemarahan narapidana dan menyebabkan kerusuhan di 25 penjara sehingga beberapa orang dilaporkan.
Para narapidana, yang kebanyakan marah karena kunjungan keluarga dibatasi, mengamuk dan mulai membakar penjara dari Ahad hingga Senin lalu waktu setempat. Menteri Kehakiman Alfonso Bonafede mengatakan pemerintah terbuka untuk membahas kondisi penjara, tapi pemberontakan harus dihentikan.
Pemberontakan terbesar dimulai pada Ahad lalu di sebuah penjara di Kota Modena. Tiga tahanan tewas di sana dan empat orang lainnya terbunuh di penjara tempat mereka dipindahkan setelah kekerasan dimulai. Dua sipir disandera di sebuah penjara di Kota Pavia dan kemudian dibebaskan setelah ada serangan polisi beberapa jam kemudian.
Para tahanan memberontak di penjara San Vittore Milan, turun ke atap, dan membentangkan spanduk yang menuntut pembebasan. Media Italia menyebutkan sekitar 50 narapidana berhasil melarikan diri dari penjara di Kota Foggia. Mayoritas narapidana ditangkap dengan cepat, tapi pada malam hari sembilan tahanan masih hilang.
Kendati demikian, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengapresiasi langkah yang diambil Italia guna menekan penularan Covid-19. "Mereka membuat pengorbanan yang tulus. WHO berdiri dalam solidaritas dengan Italia," ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus melalui akun Twitter pribadinya.
Italia merupakan negara di luar Cina yang paling parah terkena dampak wabah Covid-19. Sejauh ini Italia telah melaporkan 463 kematian akibat virus tersebut atau separuh dari seluruh kematian akibat virus corona baru di luar Cina. Sedangkan kasus virus mematikan itu di Italia naik 25 persen pada Senin lalu menjadi 9.172.
WHO mencatat bahwa empat negara Cina, Korea Selatan, Italia, dan Iran menyumbang 93 persen dari kasus Covid-19 di seluruh dunia.
Kondisi di Italia membuat negara-negara tetangga di Eropa siaga. Anak-anak sekolah di Madrid dan mahasiswa di Austria serta Portugal tinggal di rumah, sementara Perdana Menteri Belanda Mark Rutte meminta warga di provinsi yang paling terkena dampak untuk bekerja dari rumah.
Maskapai penerbangan Air France membatalkan ribuan penerbangan. Irlandia membatalkan perayaan Hari St. Patrick pada 17 Maret, yang biasanya menarik hingga setengah juta turis. Penyanyi Madonna menunda konser di Paris yang dijadwalkan kemarin dan hari ini. Di Jerman, Menteri Kesehatan Jens Spahn mendesak agar pertemuan lebih dari 1.000 orang dibatalkan.
Para pemimpin Eropa juga menggelar sidang darurat kemarin petang untuk membahas tanggapan terhadap virus yang mematikan itu. Virus ini telah merenggut lebih dari 520 nyawa di benua itu hingga Senin lalu, dan hampir 500 di antaranya terjadi di Italia.
"Ini bukan situasi yang mudah untuk dijalani dan keputusan oleh pemerintah tidak dianggap enteng," ujar Komisioner Kesehatan Uni Eropa, Stella Kyriakides, yang berbicara di Parlemen Eropa di Brussels. "Ini tidak bisa menjadi urusan seperti biasa. Kami menghadapi situasi yang luar biasa dengan seluruh 27 negara Uni Eropa sekarang telah melaporkan kasus."
Secara global, jumlah orang yang terinfeksi telah melampaui 113 ribu, dengan kematian melebihi 3.900 jiwa. Sementara itu, di Cina, tempat asal virus, laju infeksi baru melambat. FRANCE24 | AL JAZEERA | REUTERS | THE HINDUSTAN TIMES | SITA PLANASARI AQUADINI
Presiden Xi Akhirnya Kunjungi Wuhan
Presiden Cina Xi Jinping kemarin berkunjung ke kota pusat wabah virus corona baru, Wuhan, Provinsi Hubei. Ini merupakan kunjungan pertama Xi ke Wuhan sejak Covid-19 merebak pada akhir Desember 2019.
Kedatangan mendadak Xi ini dilakukan saat kota berpenduduk 11 juta jiwa itu masih berstatus karantina sejak akhir Januari lalu. Meski demikian, kasus infeksi virus corona maupun kematian di Cina sudah jauh berkurang.
Kantor berita pemerintah Xinhua mengungkapkan bahwa Xi berkunjung ke Wuhan untuk melakukan inspeksi pencegahan dan pengendalian epidemi Covid-19. Dalam kesempatan itu dia mengunjungi warga yang dikarantina di rumah mereka. Xi juga bertemu dengan para pekerja medis yang bertugas di garis depan, pejabat militer, relawan masyarakat, polisi, pasien, serta warga.
"Presiden menyatakan terima kasih kepada mereka yang bekerja mengatasi epidemi di garis depan," demikian Xinhua melaporkan.
Virus corona diyakini pertama kali muncul di pasar hewan dan seafood Wuhan sebelum menyebar secara nasional dan global.
Hingga kemarin, Covid-19 telah merenggut lebih dari 4.000 nyawa di seluruh dunia dan menginfeksi 111.600 orang. Cina kemarin juga melaporkan penambahan hanya 19 kasus, angka terendah sejak pendataan dimulai pada 21 Januari lalu. Sebanyak 17 kasus berasal dari Wuhan dan dua lainnya melibatkan warga yang baru pulang dari luar negeri. CNA | SITA PLANASARI AQUADINI