MANILA - Kematian pertama akibat virus corona baru (2019-nCoV) di luar Cina, kemarin, dilaporkan telah terjadi di Filipina. Kementerian Kesehatan Filipina menyatakan korban meninggal adalah pria berusia 44 tahun dari Wuhan, Cina.
"Ini kematian pertama yang dilaporkan di luar Cina," kata Rabindra Abeyasinghe, perwakilan WHO untuk Filipina. "Namun kita harus ingat bahwa ini bukan kasus yang didapat secara lokal. Pasien ini berasal dari pusat penyebarannya."
Menteri Kesehatan Filipina, Francisco Duque, mengatakan pasien laki-laki itu telah menunjukkan tanda-tanda peningkatan kondisi sejak teridentifikasi pada 25 Januari lalu. Namun kondisinya memburuk 24 jam sebelum kematiannya dan meninggal karena pneumonia parah.
"Kami saat ini bekerja dengan Kedutaan Besar Cina untuk memastikan pengelolaan mayat yang bermartabat sesuai dengan standar nasional dan internasional untuk mengatasi penyakit ini," ujar Duque.
Rekan pria tersebut, wanita berusia 38 tahun, juga dari Wuhan, telah menjalani tes dan positif virus corona. Dia bertahan dalam isolasi di Manila.
Pemerintah Filipina pun bergerak cepat mengidentifikasi orang-orang yang melakukan kontak dengan korban pertama yang meninggal akibat virus corona baru, kemarin. Korban dilaporkan telah mengunjungi tiga provinsi di Filipina setiba dari Hong Kong, yakni Cebu, Negros Oriental, serta Manila.
Otoritas Kesehatan Filipina mencoba menghubungi karyawan hotel tempat pasangan itu tinggal dan melacak penumpang yang berada dalam penerbangan yang sama. Keputusan ini diambil dalam upaya cepat menghentikan infeksi menyebar lebih luas.
Kabar kematian pria itu dirilis tak lama setelah Filipina mengumumkan akan segera menghentikan kedatangan wisatawan asing dari Cina. Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengumumkan larangan sementara terhadap semua wisatawan non-Filipina yang tiba dari Cina dan daerah otonomnya.
Keputusan ini diambil setelah kemarahan publik yang meningkat atas respons pemerintah terhadap wabah dan seruan untuk tindakan lebih keras. Filipina telah menawarkan pemulangan secara sukarela kepada warganya di Cina, dengan penerbangan yang akan dilakukan pekan depan.
Tes untuk mendeteksi 2019-nCoV di Filipina pada awalnya dilakukan di Australia, karena ada kekhawatiran kekurangan kapasitas untuk mengidentifikasi virus. Namun pejabat negara itu sekarang memiliki alat tes sendiri.
Secara total, dua kasus telah tercatat di Filipina, meskipun hasil tes dalam 10 kasus lebih lanjut belum dapat dikonfirmasi. Advokat reformasi kesehatan masyarakat, Dr Tony Leachon, mengatakan pemerintah Filipina terlalu lamban untuk memberlakukan larangan perjalanan.
"Negara-negara harus melanggar protokol untuk menyelamatkan rakyat mereka. Dalam epidemi, virus tidak dapat bertahan tanpa inang. Jadi, kita perlu membatasi perjalanan orang yang menyebabkan infeksi dari daratan Cina," tutur Leachon, dikutip dari The Guardian.
Jumlah kasus orang yang terinfeksi wabah virus corona sudah melampaui 14.300 secara nasional di Cina. Komisi Kesehatan Nasional memberi konfirmasi, ada 2.590 kasus baru kemarin. Komisi itu menyebutkan ada 45 kematian baru akibat virus tersebut, semuanya di Provinsi Hubei yang terkena dampak paling parah. Sementara jumlah korban tewas secara nasional menjadi 304 jiwa.
Cina telah menerbangkan dua pesawat yang mengangkut warganya kembali ke Hubei, provinsi yang diisolasi di pusat wabah virus corona. Sebuah penerbangan carter Xiamen Airlines dari Bangkok mendarat Jumat malam di ibu kota provinsi, Wuhan, tempat infeksi itu berasal dari pasar yang menjual hewan liar.
Otoritas kesehatan yang mengenakan pakaian pelindung di seluruh tubuh berwarna putih berdiri di dekat pintu kabin ketika 73 penumpang pesawat turun, tersenyum melalui masker wajah.
REUTERS | CHANNEL NEWSASIA | FRANCE24 | SITA PLANASARI AQUADINI
Ramai-ramai Mengucilkan Cina
Cina tengah menghadapi pengucilan internasional di tengah meningkatnya pembatasan perjalanan dari berbagai negara. Wabah virus corona baru yang telah menyebar luas menyebabkan sejumlah negara melakukan evakuasi warganya dari Cina.
Amerika Serikat, misalnya, melarang masuknya semua warga negara asing yang telah mengunjungi Cina dalam dua pekan terakhir. Adapun warga AS yang kembali dari Provinsi Hubei akan dikarantina selama 14 hari.
Sedangkan militer Rusia mengevakuasi warganya dari Cina mulai hari ini hingga besok. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan proses evakuasi akan dimulai di daerah yang paling terkena dampak wabah virus corona. Selain itu, Rusia telah membatasi penerbangan langsung ke Cina, menangguhkan bebas visa, serta menghentikan visa kerja bagi warga Cina. Padahal Cina adalah mitra dagang terbesar Rusia.
Daftar maskapai penerbangan internasional yang menangguhkan perjalanan ke Cina juga terus bertambah. Selain 30 maskapai internasional, Qantas Airways dan Air New Zealand mengumumkan menangguhkan penerbangan langsung ke Cina mulai 9 Februari. Sementara itu, tiga maskapai utama AS akan membatalkan penerbangan ke Cina daratan.
Langkah-langkah ini mengabaikan saran Badan Kesehatan Dunia (WHO) agar negara-negara di dunia tidak membatasi perjalanan ke Cina. WHO memperingatkan bahwa penutupan perbatasan dapat mempercepat penyebaran virus, karena para pendatang akan masuk ke Cina melalui jalur-jalur yang ilegal atau tidak resmi.
Cina pun melayangkan kritik kepada sejumlah negara, terkait dengan pembatasan perjalanan tersebut. "WHO merekomendasikan larangan perjalanan, sedangkan AS menuju arah yang berlawanan. (Ini) tentu saja bukan niat yang baik," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying, kemarin.
REUTERS | SITA PLANASARI AQUADINI