JAKARTA – Wabah virus novel corona masih mempengaruhi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia pekan ini. "Dengan adanya tambahan korban jiwa hingga hampir 300 orang, isu corona bisa kembali memberatkan laju IHSG pekan ini," kata analis OSO Sekuritas, Sukarno Alatas, kemarin.
Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, IHSG anjlok ke level 5.940,05 atau angka terendah dalam setahun terakhir. Sukarno mengatakan isu wabah virus corona menjadi sentimen negatif bagi IHSG. Investor mencermati kondisi Cina, tempat virus itu berjangkit, dan aktivitas bisnis yang terkait dengannya. Namun Sukarno memperkirakan dampak isu corona pada pasar modal hanya berlaku dalam jangka pendek. Terlebih, kata dia, pemerintah Cina telah melakukan berbagai upaya untuk meredakan situasi dan aktivitas ekonomi mulai membaik.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah Redjalam menuturkan penurunan drastis IHSG terjadi setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan wabah virus corona sebagai kondisi darurat global. Hal ini, kata dia, meningkatkan kekhawatiran investor mengenai upaya penanggulangan virus ganas ini yang tidak tertangani dengan cepat sehingga bisa berdampak negatif terhadap perekonomian dunia. "Investor mengarahkan aliran modal ke instrumen yang lebih aman," ujar dia.
Menurut Piter, aliran modal ke pasar keuangan negara berkembang akan terhenti atau bahkan akan terjadi outflow atau aliran keluar. Dampaknya, kata dia, pasar modal nasional dilanda aksi jual dan IHSG jatuh cukup dalam. Piter juga memperkirakan isu corona memberi tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
Analis Binaartha Sekuritas, Nafan Aji Gusta Utama, mengatakan secara teknis potensi rebound pada pergerakan IHSG masih terbuka. Sebab, kata dia, pada penutupan perdagangan pekan lalu, support pertama maupun kedua memiliki range pada level 5.885,34 hingga 5.840,94. Sedangkan resistance pertama dan kedua berada pada range 5.988,87 hingga 6.022,60. "Indeks berpeluang menuju titik resistance terdekat," ujar Nafan.
Selain isu corona, Nafan mengatakan pergerakan IHSG pekan ini bergantung pada publikasi data makroekonomi, seperti tingkat inflasi, indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur, indeks keyakinan konsumen (IKK), produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi, hingga cadangan devisa.
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan pasar dunia sempat pulih di tengah pekan setelah WHO mengumumkan darurat kesehatan global. Hans memperkirakan dampak virus corona akan lebih besar dibanding wabah SARS sebelumnya yang menewaskan 800 orang pada 2002-2003 dan menelan dana US$ 33 miliar. "Situasi saat ini berbeda karena Cina punya perekonomian yang sangat besar, maka kemungkinan butuh dana yang lebih besar dan akan mengganggu ekonomi dunia," tutur Hans.
Hans mengatakan indeks manufaktur Cina pada Februari 2020 akan turun tajam akibat wabah corona. Sektor tambang diperkirakan terkoreksi di tengah kekhawatiran lesunya pasar Cina. Saham-saham maskapai penerbangan juga bisa terkoreksi karena penundaan penerbangan ke Cina.
Karena wabah corona masih menjadi isu panas, Hans memperkirakan IHSG turun kembali pada pekan ini, dengan support di level 5.900 sampai 5.767 dan resistance di level 6.000 sampai 6.152. "Pelaku pasar harus tetap tenang dan memanfaatkan momentum ketika terjadi koreksi," ujar Hans.
LARISSA HUDA