TOKYO – Perdana Menteri Jepang Abe Shinzo kemarin meminta Presiden Iran Hassan Rouhani untuk tetap berpegang pada komitmen yang dibuat dalam perjanjian nuklir 2015.
"Jepang ingin melakukan yang terbaik untuk meredakan ketegangan dan menstabilkan situasi di Timur Tengah," kata Abe kepada Rouhani pada awal pertemuan di antara kedua pemimpin itu di Tokyo. "Adapun Iran, saya sangat berharap negara ini akan sepenuhnya mengimplementasikan perjanjian nuklir dan memainkan peran konstruktif untuk perdamaian dan stabilitas di kawasan."
Rouhani menjadi Presiden Iran pertama yang berkunjung ke Jepang setelah 19 tahun. Kunjungan ini dilakukan ketika ekonomi Iran sedang memburuk setelah Amerika Serikat secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir Iran pada Mei tahun lalu dan kembali menerapkan sejumlah sanksi.
Adapun Rouhani meminta Abe untuk bekerja dengan negara-negara lain guna membantu menjaga kesepakatan nuklir tetap berlaku. "Perjanjian nuklir, tentu saja, adalah perjanjian yang sangat penting bagi Iran. Itu semakin menjadi alasan bagi saya untuk mengkritik keras kepergian unilateral dan irasional Amerika Serikat," ujar Rouhani melalui seorang penerjemah.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan bahwa ekonomi Iran akan menyusut 9,5 persen tahun ini. Pemerintah Iran berharap bahwa kunjungan Rouhani akan membantu meningkatkan hubungan ekonomi dengan Jepang dan memperbaiki situasi di mana unjuk rasa anti-pemerintah memburuk setelah Teheran menaikkan harga bahan bakar hingga 50 persen.
Kelompok hak asasi manusia melaporkan lebih dari 300 orang tewas dalam demonstrasi di Iran selama beberapa pekan terakhir.
Iran, Amerika Serikat, dan negara-negara lain pada 2015 menandatangani Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA), di mana Teheran mengekang kapasitas pengayaan uraniumnya dan menerima pelonggaran sanksi ekonomi sebagai balasannya.
Presiden Donald Trump kemudian menarik Amerika Serikat dari kesepakatan dan menaikkan sanksi terhadap Iran, yang bertujuan untuk menekan ekonomi negara itu dengan mengakhiri penjualan internasional minyak mentahnya. Jepang-salah satu sekutu AS-adalah pembeli utama minyak Iran selama beberapa dekade sebelum sanksi.
Sebagai negara yang dihormati kedua pihak, Jepang diharapkan dapat menjadi mediator baru setelah upaya serupa yang dilakukan Prancis gagal. "Rouhani berharap kunjungannya akan menunjukkan bahwa Iran masih dihormati dan tidak terisolasi. Ia juga mungkin bisa mendapatkan beberapa konsesi dari Jepang atau Amerika Serikat," tutur Kazuo Takahashi, seorang profesor emeritus di Universitas Terbuka Jepang dengan spesialisasi politik Timur Tengah.
Dia bahkan mungkin berharap untuk menyampaikan pesan kepada Trump bahwa "dia mungkin bersedia untuk berbicara," kata Takahashi, mengutip pertukaran tahanan baru-baru ini antara Iran dan Amerika Serikat sebagai bukti bahwa negosiasi di antara kedua negara sangat mungkin terjadi.
Namun Yukio Okamoto-seorang mantan diplomat Jepang dan penasihat kebijakan untuk perdana menteri-menyebutkan pertemuan itu tidak mungkin memiliki hasil yang signifikan. Jepang menyadari tidak akan dapat memperbaiki hubungan antara Washington dan Teheran.
Kendati demikian, ujar Okamoto, "atmosfer" yang diciptakan oleh pertemuan itu akan menjadi penting karena memberikan pesan kepada dunia bahwa Iran siap untuk berbicara.
Upaya Jepang sebagai perantara sebelumnya tidak banyak berhasil. Abe pergi ke Iran pada Juni lalu untuk mendamaikan Teheran dan Washington ketika ketegangan di antara keduanya meningkatkan kekhawatiran perang.
Namun upayanya untuk mengirimkan pesan atas nama Trump kepada Ayatollah Khamenei ditolak. Bahkan, saat Abe masih di Iran, dua tanker-salah satunya dioperasikan oleh perusahaan Jepang-diserang di Teluk Oman, tindakan agresi yang oleh Amerika Serikat disebut dilakukan oleh Garda Pengawal Revolusi Islam.REUTERS | THE NEW YORK TIMES | NHK | SITA PLANASARI AQUADINI
Kunjungan Bersejarah Rouhani ke Jepang