WASHINGTON, DC -Presiden Amerika Serikat Donald Trump berkukuh akan membangun tembok di daerah perbatasan dengan Meksiko. Seperti dilansir Reuters, kemarin, hal ini dia sampaikan dalam pidato kenegaraan tahunan (SOTU) kedua di hadapan Kongres Amerika pada Selasa malam waktu setempat.
"Pemerintahan saya telah mengirimkan sebuah proposal yang masuk akal kepada Kongres untuk mengakhiri krisis di perbatasan selatan," kata Trump dalam pidato di ruang sidang Dewan Perwakilan Rakyat di Gedung Capitol, Washington, DC.
Proposal itu, menurut Trump, termasuk bantuan kemanusiaan, lebih banyak penegakan hukum, pendeteksian narkoba di pelabuhan, penutupan celah yang memungkinkan pe-nyelundupan anak, dan rencana membangun pembatas fisik atau tembok untuk mengamankan area-area luas di pintu masuk pelabuhan.
"Pada masa lalu, sebagian besar orang di ruangan ini memilih pemba-ngunan tembok, tapi tembok yang layak tidak pernah dibangun. Saya akan memastikannya dibangun," kata Trump menegaskan ucapannya kepada Ketua DPR, Nancy Pelosi-yang menentang pembangunan tembok itu-yang duduk persis di belakangnya.
Anggota Kongres Amerika dari Partai Republik dan Partai Demokrat gagal mencapai kesepakatan terkait dengan proposal Trump soal dana pemba-ngunan tembok perbatasan Amerika dan Meksiko sebesar US$ 5,7 miliar. Trump berdalih tembok diperlukan demi menangkal imigran ilegal, yang dia sebut telah memicu "krisis nasional".
Kegagalan mencapai kesepakatan telah membuat pemerintah federal Amerika ditutup (shutdown) selama 35 hari-mencetak rekor sebagai yang terlama dalam sejarah Amerika. Penutupan pemerintahan yang diakhiri pada 25 Januari lalu itu sempat menunda penyampaian pidato SOTU oleh Trump, yang seharusnya digelar pada 29 Januari.
Reuters melaporkan jutaan warga Amerika menonton pidato tersebut di televisi dan memberi Trump kesempatan untuk menjelaskan mengapa tembok itu diperlukan. Trump terus mendorong pembangunan tembok, termasuk dalam kicauannya di Twitter beberapa jam sebelum pidato yang menyebutkan "bangun tembok manusia bila perlu" itu.
Dalam pidato tersebut, Trump juga mendesak penyelidikan terhadap dirinya dan kroninya dihentikan. Ia pun mengancam akan menyeret Kongres jika mereka menyelidikinya. Trump tidak menyebut nama penasihat khusus Robert Mueller, mantan Direktur FBI yang menyelidikinya selama lebih dari satu tahun, atau menyebutkan penyelidikan khusus Kongres, seperti penyelidikan Rusia atau upaya untuk mendapatkan pengembalian pajaknya.
"Jika akan ada perdamaian dan legislasi, tidak boleh ada perang dan investigasi. Itu tidak berfungsi seperti itu!" tutur Trump, seperti dikutip Daily Mail. Alih-alih menuai tepuk tangan, pidato ini justru disambut dengan keheningan hadirin.
Elijah Cummings, anggota DPR dari Partai Demokrat yang mengetuai Komite Pengawasan dan Reformasi DPR, mengatakan bahwa Trump tidak memahami peran Kongres. "Presiden tampaknya percaya bahwa karena Kongres harus membuat undang-undang, kami tidak berhak menyelidiki," kata Cummings kepada NBC News. "Konstitusi mengharuskan kami melakukan keduanya. Begitulah cara kerjanya."
Tanggapan Partai Demokrat atas pidato Trump disampaikan oleh Stacey Abrams, politikus perempuan kulit hitam yang sempat maju sebagai kandidat gubernur untuk Negara Bagian Georgia. Ia me-ngecam pidato Trump yang mengobarkan kebencian terhadap imigran.
"Amerika menjadi lebih kuat dengan kehadiran para imigran, bukan tembok," kata dia dalam pidato di hadapan massa di Kota Atlanta, yang disiarkan secara langsung oleh televisi nasional, seperti dikutip The Associated Press.
Dia juga menyalahkan Presiden atas penutupan pemerintahan terpanjang dalam sejarah Amerika. "Trump bermain-main dengan nyawa orang-orang, menyebabkan 800 ribu pekerja federal tak menerima bayaran selama 35 hari, menggadaikan mata pencarian rakyat untuk permainan politik. Memalukan!"
Pidatonya juga menyentuh topik yang tidak dibahas oleh Trump, yakni soal pendidikan dan kekerasan dengan senjata api di sekolah. "Kami berutang sekolah yang aman dengan standar tertinggi kepada siswa. Namun Gedung Putih abai, sementara siswa kelas satu berlatih jika terjadi penembakan di sekolah, dan biaya pendidikan tinggi terus meningkat." REUTERS | DAILY MAIL | NBC NEWS | AP | SITA PLANASARI AQUADINI
Para Perempuan yang Mencuri Perhatian