Kreasi Mural di Lapangan Bhayangkara
Markas Besar Kepolisian RI menggelar Bhayangkara Mural Festival Piala Kapolri 2021. Seni melawan pandemi Covid-19.
Tidak sari-sarinya di Lapangan Bahayangkara Markas Besar Kepolisian RI di Jalan Palatehan, kebayoran Baru, Jakarta Selatan, terpacak multipleks dengan rangka besi berukuran panjang 2,44 meter dan tinggi 3,66 meter. Perancah atau Scafolding menjadi penyangganya. Bukan tanpa alasan Korps Bhayangkara menghadirkan papan tersebut.
Markas Besar Kepolisian akan menggunakan papan tersebut sebagai media untuk acara Bhayangkara Mural Festival Piala Kapolri 2021 yang akan dihelat pada 30-31 Oktober 2021. Mabes Polri pun juga telah menyiapkan medium tembok di underpass Jalan Pattimura Kebayoran Baru untuk menunjukkan mural hasil karya anak bangsa. Mural merupakan lukisan pada dinding atau salah satu bentuk seni rupa yang dapat menggunakan media seperti papan besi, kain, maupun langit-langit.
Saat ini, seni mural telah berkembang di Indonesia. Mural tak hanya semata untuk mengekspresikan pemikiran seniman, kini juga bernilai komersial. “Mural sekarang semakin dihargai karena yang tadinya hanya untuk hobi, kini sudah masuk galeri, restoran, dan kafe,” ujar Bunga Fatia, seniman mural.
Tujuan pembuatan mural beraneka ragam. Mulai dari kepentingan pribadi sang pembuat mural, kepentingan menyuarakan kritik politik dan sosial budaya, hingga kepentingan promosi produk. Belakangan, ramai berkembang seni mural sebagai media penyampaian kritik tentang permasalahan bangsa dan realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Karena medianya kerap menggunakan fasilitas umum, seni mural yang belakangan berkembang bisa dikategorikan melanggar peraturan daerah setempat.
Guna menampung ide-ide kreatif seniman-seniman, Markas Besar Kepolisian menggelar lomba acara Bhayangkara Mural Festival Piala Kapolri 2021. Temanya adalah ‘Peran Generasi Muda untuk Berkreasi dalam Menyampaikan Informasi yang positif di Masa Pandemi Covid-19’. Adapun subtemanya dibagi menjadi lima, yaitu peduli sesama di masa pandemi Covid-19, bersama menjalankan protokol kesehatan, Indonesia sehat dan kuat, bebas dari Covid-19, dan bersama menjaga Indonesia. Melalui lomba mural ini, Mabes Polri berharap dapat mengobarkan semangat nasionalisme, kemerdekaan, dan optimisme di masa pandemi melalui kegiatan yang positif.
Warga melintas di depan mural bergambar karikatur vaksin COVID-19 yang ada di Tangerang, Banten, 9 Februari 2021. ANTARA/Muhammad Iqbal
Pendaftaran dibuka sejak 27 September lalu dan akan berakhir pada 21 Oktober mendatang. Pendaftaran bisa melalui situs https://tribratanews.polri.go.id. Masyarakat yang tertarik untuk mengikuti lomba ini juga dapat mendaftar melalui kepolisian daerah setempat hingga 17 Oktober 2021.
Markas Besar Kepolisian RI telah menyiapkan juri untuk menilai karya mural. Para juri tersebut adalah desainer dan ilustrator senior Majalah Tempo Kendra Paramita, seniman kontemporer Moh. Al Firdaus, yang biasa dipanggil Daus Rojali, seniman mural Bunga Fatia, seniman grafiti Suryo Hanantoseno, dan akademisi Institut Kesenian Jakarta, Guntur Wibowo.
Salah satu juri, Kendra Paramita, mengajak seniman mural untuk ikut berpartisipasi dalam lomba ini. “Kapan lagi bisa mencoret tembok di lokasi strategis dengan diakomodir tanpa karya seninya dihapus dan diberi hadiah,” kata Kendra.
Juri lainnya, Suryo Hanantoseno, menilai lomba ini menguntungkan Mabes Polri maupun seniman. “Di saat pandemi ini, penting untuk kita saling peduli dan memberi semangat. Dalam acara ini, semangat dan kepedulian dapat disalurkan melalui mural,” kata Suryo.
Seniman mural Jakarta, Ajul Jiung, menyambut baik lomba ini. “Karena temanya soal Covid-19, momennya memang pas. Dan bagus karena menyadarkan masyarakat untuk berdamai dan tidak bermusuhan dengan Covid-19,” kata Ajul.
Dengan seni mural, Ajul menilai kampanye positif Covid-19 yang diselenggarakan Mabes Polri ini bisa berdampak baik untuk masyarakat. “Saat mengalami macet di jalan dan melihat ada karya mural di tembok, masyarakat bisa lebih memperoleh pesan edukasinya (tentang penanganan Covid-19),” kata Ajul. Sebagai seniman mural, pria lulusan Seni Rupa Universitas Negeri Jakarta ini pun tertarik untuk ikut berpartisipasi dalam lomba tersebut.
Untuk masyarakat yang tertarik mengikuti lomba ini, panitia akan meminta mereka mengirimkan desain dan konsep mural sesuai subtema untuk dikurasi lima juri yang berkompeten di bidang seni rupa. Juri mengurasi desain dan konsep mural peserta melalui empat indikator, yaitu narasi mural, nilai artistik, keterkaitan dengan tema, dan keaslian karya. Sebanyak 5 peserta dengan desain dan konsep terbaik dari masing-masing kepolisian daerah akan diumumkan pada 21 Oktober 2021. Adapun sebanyak 70 peserta terbaik tingkat Mabes Polri yang memang merupakan peserta pilihan dari kepolisian daerah akan diumumkan pada 24 Oktober 2021.
Setelah itu, pada 30-31 Oktober 2021, panitia menyelenggarakan lomba mural untuk 70 peserta terbaik di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri dan disiarkan secara virtual. Khusus untuk sepuluh karya terbaik akan dipasang di Lapangan Bhayangkara dan underpass Jalan Pattimura Kebayoran Baru. Dalam lomba ini, Markas Besar Kepolisian RI telah menyediakan hadiah uang tunai sebesar Rp 30 juta untuk pemenang pertama, Rp 15 juta untuk pemenang kedua, Rp 10 juta untuk pemenang ketiga, dan masing-masing uang tunai Rp 5 juta untuk 7 pemenang.
Lomba Bhayangkara Mural Festival Piala Kapolri 2021 untuk mempertemukan berbagai komunitas dan pegiat mural agar bisa sama-sama merepresentasikan karya mereka ke panggung yang berbeda. Dalam acara ini, ada juga sesi sharing knowledge dari tiga pemenang lomba untuk berbagi pengalaman tentang seni mural di beberapa area publik.
Area publik memang menjadi salah satu ciri medium yang dipakai oleh mural. Para seniman mural mengekspresikan pemikirannya melalui lukisan dan tulisan dengan menggunakan cat di medium tembok besar di area publik. Tujuannya, agar pesan yang disampaikan melalui mural dapat diterima oleh masyarakat. Bhayangkara Mural Festival Piala Kapolri 2021 ini memang diharapkan dapat menjadi ajang apresiasi untuk para seniman mural di Indonesia untuk tetap berkarya di masa pandemi.
Salah Juri lomba ini, Guntur Wibowo, berharap festival ini dapat dimanfaatkan seniman mural sebagai suatu kesempatan. “Ini bisa jadi ajang anak muda untuk memberikan karya seni muralnya dan kami sebagai juri bisa mendapat anak-anak muda yang berpotensi melalui acara ini,” katanya. Guntur berharap karya mural yang dihasilkan dapat menyampaikan pesan positif kepada masyarakat yang melihat. “Karena mediumnya besar dan di ruang publik, makna apa yang disampaikan melalui mural lebih cepat ditangkap dan direspons oleh masyarakat,” kata Guntur.
Kendati belakangan mural berkembang sebagai protes atas isu sosial yang terjadi, materi edukasi pun dapat disampaikan melalui mural. “Karena masing-masing seniman mural punya idealismenya sendiri-sendiri,” kata juri lainnya, Moh. Al Firdaus.