maaf email atau password anda salah


Surga Anggrek Bernama Rimba Papua

Papua merupakan surga bagi anggrek liar. Mengapa kita penting mengenali dan menjaga spesies ini?

arsip tempo : 172873573759.

Anggrek liar yang tumbuh di hutan Papua. Shutterstock . tempo : 172873573759.

PAPUA dikenal dengan bentang alamnya yang beragam. Begitu pula keanekaragaman habitat di sana cukup tinggi: mangrove di pesisir pantai, hutan dataran rendah, rawa gambut, sabana, alpin, dan sungai-sungai lebar yang bersalin menjadi payau sesaat sebelum bertemu lautan. Semua kaya biodiversitas.

Anggrek adalah salah satunya. Belum banyak yang mengenal, Papua merupakan surga anggrek liar. Sejauh ini sedikitnya 3.000 jenis anggrek ditemukan di Papua. Sebagian besar, sekitar 95 persen, merupakan jenis endemik—tidak ditemukan di tempat lain.

Seabad terakhir, banyak ahli tumbuhan menjelajahi Papua. Karya-karya mereka menjadi rujukan penting untuk mempelajari jenis-jenis anggrek Papua.

Sebut saja Rudolf Schlechter, peneliti dan kolektor anggrek berkebangsaan Jerman, yang mendokumentasikan risetnya dalam buku bertajuk The Orchidaceae of German New Guinea. Dia juga mengoleksi spesimen herbarium, yang kebanyakan disimpan di Herbarium Berlin—sebagian duplikat spesimennya disumbangkan ke Herbarium Bogoriense.

Di Papua bagian Indonesia, Johannes Jacobus Smith juga berperan besar dengan mendokumentasikan ekspedisinya dalam naskah berseri berjudul Nova Guinea: Résultats des Expéditions Scientifiques a la Nouvelle Guinée. Dalam naskah tersebut, Smith mendeskripsikan cukup banyak tumbuhan asli Papua, termasuk jenis-jenis anggrek.  

Pemandangan udara kampung Malagufuk di hutan hujan dataran rendah, Sorong, Papua Barat Daya, 27 Maret 2024. Ulet Ifansasti

Mengenal Anggrek Liar Papua

Anggrek adalah tumbuhan monokotil atau berbiji satu yang memiliki polinia, yaitu alat reproduksi (jantan dan betina) yang menyatu. Selain itu, anggrek memiliki bagian bunga yang termodifikasi menjadi sepal, petal, dan labelum atau bibir bunga. Anggrek tersebar luas dari pinggir pantai dengan ketinggian 0 meter di atas permukaan laut (mdpl) hingga pegunungan di ketinggian 3.800 mdpl. 

Berdasarkan beberapa hasil penelitian, makin tinggi suatu tempat, keragamannya akan makin banyak. Sebaliknya, makin rendah tempatnya, jumlah jenisnya makin sedikit, populasinya makin banyak, atau bahkan makin tersebar lebih luas.

Hal ini didukung temuan saya atas empat jenis anggrek baru di Lengguru, Papua Barat, pada 2016. Empat jenis itu ditemukan di ketinggian lebih dari 1.000 mdpl, yaitu Bulbophyllum leucoglossum, Dendrobium centrosepalum, Dendrobium taeniocaule, dan Taeniophyllum pyriforme. Spesies terakhir, yaitu Taeniophyllum pyriforme, merupakan salah satu jenis yang terkecil dari suku anggrek.

Beberapa jenis rekaman baru juga ditemukan di Papua, seperti Bulbophyllum veldkampii dan Dendrobium armeniacum. Ada pula salah satu anggrek terbesar yang dapat ditemukan di Papua, yakni Dimorphorchis beccarii. Sedangkan anggrek terbesar di dunia, Grammatophyllum speciosum, berdasarkan The Global Biodiversity Information Facilities, ada di Indonesia, tapi belum terekam di Papua.

Berikut ini sejumlah jenis dan rekaman baru anggrek yang ditemukan di Papua dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

Anggrek jenis Bulbophyllum Leucoglossum. plantnet.org

Bulbophyllum leucoglossum

Jenis ini menjadi salah satu jenis Bulbophyllum yang ditemukan di Kawasan Konservasi Pegunungan Kumawa di Desa Nusa Ulan, Kabupaten Kaimana, Papua Barat, pada 2016. Jenis ini memiliki ciri khas berupa engsel bibir bunga. Rambut pada permukaan bibir membentuk keel yang padat. Dua lamela terdapat pada bagian bawah bibir. 

Bulbophyllum veldkampii

Awalnya jenis ini dideskripsikan berasal dari Sulawesi dan pertama kali dideskripsikan pada 2011 oleh peneliti dari Leiden, Belanda. Nama jenisnya didedikasikan bagi peneliti senior yang sudah bekerja dengan tanaman anggrek hingga akhir hayatnya. Saat nama peneliti tersebut dipakai, dia masih menjadi peneliti senior aktif.

Dengan berjalannya waktu, jenis B. veldkampii ditemukan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Jenis ini kemudian dipublikasikan sebagai jenis rekaman baru yang ditemukan di Papua pada 2018. Karakteristik yang mencirikan B. veldkampii adalah permukaan labelum yang memiliki rambut berbentuk corong.  

Anggrek jenis Bulbophyllum Veldkampii. 

Dendrobium armeniacum

Jenis ini ditemukan sebagai rekaman baru di Pulau Papua pada 2016. Dendrobium armeniacum memiliki jumlah bunga yang cukup banyak dengan variasi warna labelum hijau-ungu dan hijau-oranye kecokelatan.

Bentuk labelum terdiri atas tiga lobus. Bagian samping lobus tegak. Adapun lobus bagian tengah berbentuk oval memanjang. 

Jenis ini tumbuh di daerah dataran cukup tinggi, yaitu 1.500-1.600 mdpl, anggrek ini masuk section Latouria, seperti anggrek D. macrophyllum dan D. spectabile.

Anggrek jenis Dimorphorchis Armeniacum.

Dendrobium centrosepalum

Anggrek jenis Dendrobium centrosepalum ditemukan di area Triton Bay, dekat Desa Lobo, Kabupaten Kaimana, Papua Barat—satu-satunya populasi yang terlihat dan ditemukan di ketinggian lebih dari 1.000 mdpl.

Perbungaan Dendrobium centrosepalum pendek dan padat berwarna ungu dengan ujung berwarna hijau. Bagian ujung sepal panjang dan meruncing. Bulbus palsu dengan daun tunggal dan memiliki rizoma yang merayap. 

Jenis ini tumbuh menempel pada batang pohon yang ditumbuhi lumut.

Anggrek jenis Dendrobium Centrosepalum.

Dendrobium taeniocaule

Jenis Dendrobium taeniocaule diketahui hanya ditemukan di Lengguru, Papua Barat, di daerah dengan ketinggian lebih dari 1.000 mdpl.

Anggrek tersebut memiliki satu kuntum perbungaan dengan batang tanaman yang pipih. Bibir bunganya melebar dengan bagian tengah yang terbagi menjadi dua lobus. Jenis Dendrobium ini dinamakan taeniocaule karena pada batang bulbus palsu yang berbentuk pipih itu memiliki garis-garis—ciri khas jenis ini.

Jenis ini tumbuh secara epifit pada batang pohon yang ditutupi lumut kerak.

Anggrek jenis Dendrobium Taeniocaule.

Taeniophyllum pyriforme

Anggrek Taeniophyllum pyriforme ditemukan di Desa Lobo, Triton Bay, dengan ketinggian lebih dari 1.000 mdpl. Jenis tersebut merupakan salah satu marga terkecil dalam suku anggrek dengan perawakan dan ukuran bunga sangat kecil.

Jenis ini memiliki keunikan berbeda dengan jenis dalam section Loboglossum lainnya, yaitu memiliki tangkai bunga kasar yang tajam dan bagian bawah dari lobus samping bibir bunganya terdapat lobus yang mirip kaitan. Anggrek ini juga tidak memiliki daun.

Dimorphorchis beccarii 

Jenis ini merupakan salah satu jenis anggrek yang terbesar. Bunga Dimorphorchis beccarii memiliki warna yang cukup mirip dengan Grammatophyllum speciosum.

Jenis Dimorphorchis becarii terdistribusi di Papua. Perawakannya dapat mencapai beberapa meter, seperti daun yang memanjang hingga lebih dari 1,5 meter dan perbungaannya bisa mencapai 2 meter.

Bunganya cukup banyak di setiap tangkai, berukuran sedang dan besar—biasanya mudah terlihat karena berwarna kuning dengan bintik-bintik cokelat. Bagian bunganya terpisah-pisah dengan jumlah polinia sebanyak empat buah. 

Mengapa Anggrek Penting Dikenali dan Dijaga?

Jenis baru anggrek akan terus bertambah setiap tahun. Penelitian untuk merevisi klasifikasi anggrek pun akan terus berlanjut hingga mendapatkan klasifikasi yang merefleksikan pengelompokan yang sebenarnya terjadi (the tree of life).

Beberapa jenis anggrek yang ditampilkan dalam artikel ini hanya secuplik kecil dari keragaman anggrek Papua yang melimpah. Hingga saat ini, banyak anggrek Papua yang belum diketahui. 

Persoalannya, Papua akan terus menjadi surga bagi anggrek jika kondisi alamnya tetap dipertahankan dan dipelihara. Masyarakat perlu tahu keragaman anggrek dan menaruh perhatian terhadap kelestariannya agar tersisa bagi generasi pada masa mendatang.

Hal yang belum banyak dipahami masyarakat luas, anggrek liar sebetulnya merupakan indikator keseimbangan suatu ekosistem. Hilangnya anggrek bisa menjadi sinyal rusaknya daerah tersebut.

Eksistensi beberapa anggrek mutiara, misalnya, berkaitan erat dengan hutan. Tumbuh di lantai hutan yang lembap dan gelap, anggrek mutiara, seperti Goodyera, Hetaeria, Macodes, dan Anoectochilus, bisa bertahan hanya jika belantara terjaga. Begitu pula sebaliknya, anggrek mutiara akan musnah bersamaan dengan rusaknya ekosistem akibat penebangan, bahkan ketika alih fungsi hutan belum terjadi.

Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran. Pertanyaan besarnya, apakah kondisi hutan Papua akan terus terjaga? Warga Papua memang memiliki sasi, aturan adat untuk melindungi keanekaragaman hayati di tanah mereka. Namun kita semua tahu deforestasi akibat penebangan serta kebakaran hutan dan lahan makin mengarah ke timur Indonesia.

Walhasil, langkah nyata perlu dilakukan untuk mengidentifikasi sekaligus mengkonservasi jenis-jenis anggrek Papua. Penelitian lapangan harus digencarkan untuk mengetahui kondisi habitat dan populasi anggrek Papua yang masih banyak belum tereksplorasi secara menyeluruh. Dengan begitu, upaya pelindungan bisa dilakukan. Namun, lagi-lagi, siapa yang akan mendukung upaya ini? 

Artikel ini bagian dari Kolokium, program penulisan sains popular dan pengembangan komunitas peneliti yang dikelola Tempo. Sebagai rubrik, Kolokium terbit setiap Sabtu.  

Konten Eksklusif Lainnya

  • 12 Oktober 2024

  • 11 Oktober 2024

  • 10 Oktober 2024

  • 9 Oktober 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan