Herry Nugraha yakin para petani seharusnya bisa memperoleh penghidupan yang lebih baik. Tapi rantai distribusi yang panjang serta minimnya manajemen persediaan hasil pertanian menyebabkan penghasilan petani tidak pernah mencukupi.
Dari situlah dia bertekad mengembangkan solusi digital pertanian. Namanya Etanee. Bersama rekan sekantornya, Cecep Mochamad Wahyudin, Herry berfokus mengembangkan sebuah platform dagang dan permberdayaan pertanian sejak 2017. Melalui Etanee, masyarakat mendapat alternatif pembelian bahan pokok. "Semua transaksi bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, cukup dengan melakukan transaksi di situs dan aplikasi," kata Herry ketika ditemui di kawasan Blok M, beberapa waktu lalu.
Etanee berfokus pada tiga permasalahan, dari hulu ke hilir. Pertama, perihal digitalisasi kegiatan produksi pertanian dan peternakan. Selanjutnya, Etanee juga membantu proses panen dengan penyediaan peralatan dan jadwal panen. Terakhir, ujar Herry, Etanee bisa berfungsi sebagai penyalur produk pertanian dan peternakan para mitra ke pembeli.
Herry yakin dua fokus pertama Etanee menjadi nilai tambah perusahaannya. Dengan sistem pencatatan produksi, persediaan, dan penyimpanan yang akurat, hal itu otomatis bisa mengoptimalikan pendapatan kegiatan tani dan ternak. "Makanya kami bisa memberi harga 20 persen lebih murah ketimbang berdagang secara konvensional," ujar Herry.
Ada puluhan produk yang tersedia di platform Etanee. Produk-produk tersebut, antara lain, adalah beras, sayur-mayur, rempah-rempah, dan minyak goreng. Pelbagai kebutuhan bahan pokok tersebut dipasok oleh ratusan mitra petani yang dihimpun ke beberapa mitra. Pemberdayaan petani, kata Herry, menggunakan skema seperti sistem plasma.
Untuk menopang manajemen suplai, Etanee memiliki belasan titik penyimpanan, seperti Jakarta, Cianjur, Cipanas, Sukabumi, dan Bandung. Selain melakukan kerja sama bisnis dengan mitra petani, Herry memiliki fitur pemberdayaan masyarakat. Masyarakat bisa menjadi agen resmi penjualan produk-produk mitra Etanee. "Sudah lebih dari 2.000 agen yang mendaftarkan diri," katanya.
Berjalan tiga tahun, Herry mengklaim bisnisnya cukup moncer. Tak kurang dari 10 ribu pengguna bertransaksi di platform Etanee, dengan transaksi harian lebih dari separuh jumlah penggunanya. Gudang stok perusahaan rintisan ini juga sudah tersebar di 18 wilayah dan 7 kota.
Pada awal tahun ini, Etanee juga baru saja mengikuti program akselerasi Gojek Xcelerate. Dalam pelatihan tersebut, tim inti Etanee mendapat pelatihan ihwal pengembangan teknologi dan bisnis dari Gojek beserta rekanan lainnya, seperti Digitaraya, Google Indonesia, dan DBS.
Tim Etanee pun optimistis bisnis entitasnya bakal berkelanjutan. Pendanaan serial sedang intens dijajaki kepada para investor potensial belakangan ini. Begitu juga dengan pengembangan mitra pihak ketiga, seperti logistik, yang juga bakal dibenahi dengan jangkauan yang lebih luas.
Etanee optimistis masyarakat bakal terus terbiasa dengan aktivitas belanja online. Menurut Kepala Eksekutif Etanee, Cepep Wahyudin, terus bertambahnya pengguna menjadi bukti nyata bahwa masyarakat mulai terbiasa berbelanja secara daring.
Berbelanja online juga memiliki keunggulan tersendiri. Dalam situasi wabah corona beberapa pekan ini, misalnya, perdagangan di marketplace Etanee melonjak hingga 5-7 kali lipat. Tak kurang dari 100 kilogram daging ayam dan 1 ton buah manggis ludes per hari. "Masyarakat bisa terbantu memenuhi kebutuhannya tanpa belanja langsung," kata Cecep, Ahad pekan lalu. ANDI IBNU
Etanee
- Afiliasi: PT Solusi Pangan Perwiratama
- Berdiri: Agustus 2017
- Sektor: teknologi agrobisnis
- Pendiri: Cecep Mochamad Wahyudin (Kepala Eksekutif), Herry Nugraha (Kepala Operasional)
- Pendanaan: Bootstraping (2017), Program Akselerasi Gojek Xcelerate (2020)
- Alamat: Jalan Sindangjaya, Cipanas, Kabupaten Cianjur